9:28 PM

GARIS WAKTU KESUSASTRAAN JEPANG

Jomon

to 200 BCE

Yayoi

200BCE-250CE

Kofun (tomb)

250-552

Early civilization 552-710


poetry

narrative/essays etc.

drama

600

Nara

710-743

Heian

794-1185

Manyôshû (c. 759)

Kojiki 712

Nihon shoki 720


800

Kokinshû (c. 914)

Ise monogatari (c. 920)

Makura no sôshi (c. 996)


1000

Kamakura

1185-1336


Genji monogatari (c.1011)


1200

Muromachi

1392-1568

Shinkokinshû (1205)

Hôjôki (1212)

Heike monogatari (c.1218)

Tsurezuregusa (c. 1330)

Kan’ami (noh drama)

1400

development of renga


Zeami (noh drama)

1600

Edo

1600-1868

development of haikai

Basho

active 1680’s

Saikaku

active 1680’s

bunraku and kabuki appear

Chikamatsu

active c. 1700

1800




Sumber: f99.middlebury.edu

(www.mochihotoru.co.cc)

9:16 PM

PEMBAHASAN TOSA NIKKI KARYA KI NO TSURAYUKI

Oleh Sandy Arifiadie

Pendahuluan

Nikki Bungaku adalah aliran kesusastraan Jepang yang berkaitan dengan buku harian. Terdapat karya-karya terkenal dalam Nikki Bungaku seperti Tosa Nikki, Kagerou Nikki, dan Murasaki Shikibu Nikki. Meskipun buku harian dimulai sebagai arsip tiruan yang diambil dari buku harian pemerintahan Cina, buku harian pribadi dan buku harian kesustraan muncul dan maju selama zaman Heian (794-1192 M).

Tosa Nikki adalah karya sastra paling terkenal dalam aliran Nikki Bungaku. Karya ini ditulis oleh seorang laiki-laki yang bernama Ki no Tsurayaki, seorang penyair terkenal pada zaman Heian dan salah satu penyusun kumpulan puisi Kokin Wakashuu. Salah satu yang membuat Tosa Nikki menjadi terkenal dan menjadi referensi sastra Tosa Nikki adalah karena karya ini merupakan buku harian pertama yang ditulis secara fiktif.

Pada masa itu, hanya laki-laki yang menulis buku harian. Mereka menulisnya dalam bahasa Cina. Umumnya, membahas urusan kenegaraan atau mengenai pengadilan kerajaan. Kemudian Tsurayuki membuat sebuah percobaan dalam memilih sebuah gaya penulisan baru, yaitu buku harian fiksi di mana dia menyamar sebagai seorang perempuan yang kehilangan anaknya.

Dalam Tosa Nikki, sepenuhnya narator memakai gaya bahasa perempuan, seolah-olah memang ditulis oleh salah satu perempuan yang ikut dalam rombongannya. Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa karya ini adalah pioner dari sastra berbentuk buku harian.

Atas dasar fakta-fakta itulah, penulis pun tertarik untuk mengambil Tosa Nikki karya Ki no Tsurayuki untuk dibahas dalam makalah ini.

Pengenalan Pengarang

Ki no Tsurayuki (紀貫之, 872-945 M) adalah seorang penulis, pujangga, dan anggota istana yang hidup pada zaman Heian. Dia dikenal karena pengetahuannya dan keterampilannya dalam berbahasa Jepang dan Cina.

Tsurayuki adalah putra dari Ki no Mochiyuki. Dia menjadi penulis waka pada tahun 890-an. Dia dikenal karyanya yang berupa waka itu dan terhitung sebagai salah satu dari Ketigapuluh Enam Penyair Hebat yang dipilih oleh Fujiwara no Kinto. Sebagian besar syairnya terinspirasi oleh alam, dan mengungkapkan perasaan muram duja atau kesedihan. Keduanya disatukan oleh teknik sindiran yang sering digunakan. Misalnya, sebuat syair ditujukan kepada Mikado Nontoku (313-399 M), nampaknya merupakan puisi alam; tetapi syair itu sebenarnya sebuah nyanyian sindiran. Sang penyair menunjuk pada bunga-bunga musim semi, dan dengan berbuat demikian, dia menunjukkan bahwa sudah waktunya musim dingin yang diselimuti ketidaksenangan untuk memberikan jalan kepada suatu keberhasilan baru.

Waka yang ditulisnya tercakup dalam salah satu antologi puisi Jepang yang penting, Hyakunin Isshu, yang disusun pada abad ke-13 Masehi oleh Fujiwara no Teika, jauh setelah kematian Tsurayuki.

Setelah menjabat di beberapa kantor di Kyoto, ibukota kuna di Jepang, dia ditunjuk sebagai gubernur Provinsi Tosa dan tinggal di sana dari tahun 930 hingga tahun 935. Setelah itu, rupanya dia ditunjuk pula sebagai gubernur Provinsi Suo, dari sana terdengar kabar bahwa dia menulis kumpulan waka (Utaai) di rumahnya di Suo.

Pada tahun 905 M, di bawah pemerintahan Kaisar Daigo, dia menjadi salah satu dari empat penyair yang terpilih untuk menyusun Kokin Wakashuu, sebuah antologi puisi terkenal. Tsurayuki menulis salah satu dari kata pengantar Kokin Wakashuu; yang lainnya dalam bahasa Cina. Kata pengantar darinya merupakan esai kritis pertama pada waka. Dia menulis sejarah dari asal-usul mitologisnya untuk waka kontemporernya, yang dikelompokkan ke dalam genre-genre, yang mengacu pada beberapa penyair besar dan memberikan sedikit kritikan kasar kepada para pendahulunya seperti Ariwara no Narihira.

Dalam kata pengantarnya itu, Tsurayuki membuat klaim meluas untuk puisi-puisi itu—yang disebut menggetarkan langit dan bumi, dan melunakkan hubungan antara laki-laki dan perempuan, serta menyegarkan kembali hati para pejuang. Oleh karena ia melihat antologi itu sebagai sesuatu yang istimewa bagi kemanusiaan, di mana orang-orang bisa bersukacita karena puisi-puisi itu dan mendapatkan manfaat darinya. Dari pembicaraan para penyair yang aktif pada masanya, Tsurayuki dianggap menyentuh beberapa kualitas syair yang penting untuk memunculkan efek: kebenaran, perasaan, substansi, bentuk, diksi yang kaya, minim ketidakjelasan, kekuasaan.

Selain Kokin Wakashuu dan kata pengantarnya, karya sastra terbesar Tsurayuki adalah Tosa Nikki (土佐日記) atau Buku Harian Tosa, yang ditulis menggunakan huruf kana. Isinya melukiskan secara panjang lebar perjalanan pada tahun 935 M kembali dari Kyoto ke provinsi Tosa, di mana Tsurayuki menjadi gubernur.

Latar Belakang Karya

Sekitar tahun 935 M di Jepang, seorang laki-laki yang baru kembali ke Kyoto, ibukota kuna di Jepang, setelah menghabiskan waktu selama lima tahun sebagai seorang Gubernur Provinsi Tosa (土佐国), sebuah daerah tersebut yang sudah berganti nama menjadi Daerah Administrasi Kouchi, di pulau Shikoku, dia menulis, “Aku mendengar para laki-laki menulis buku harian. Untuk melihat apa yang bisa seorang perempuan lakukan, aku juga akan mencoba menulisnya sekali.” Karena itulah, setelah menyelesaikan Kokin Wakashuu, Tsurayuki pun melakukan sebuah percobaan dalam memilih sebuah gaya penulisan baru, yaitu buku harian fiksi berjudul Tosa Nikki.

Pada masa itu, hanya laki-laki yang menulis buku harian. Kemelekan huruf saat itu memiliki batasan gender. Umumnya, orang-orang yang berada dalam lingkungan pemerintahan menulis buku harian atau lebih seperti jurnal resmi dalam bahasa Cina yang saat itu merupakan bahasa resmi pemerintahan. Umumnya, mereka menulis dengan menggunakan huruf Cina mengenai berbagai urusan kenegaraan atau mengenai pengadilan kekaisaran, bukan mengenai kehidupan pribadi mereka.

Ki no Tsurayuki yang merupakan seorang pejabat tinggi pemerintahan, sekaligus penyair dan penulis, tentunya menguasai bahasa Cina, bahasa resmi dalam setiap catatan tertulis. Dia juga memahami huruf hiragana, huruf yang melambangkan bunyi dalam setiap suku kata (mora). Tetapi hiragana masih dianggap tidak resmi dan cenderung feminin serta dianggap hanya milik kaum yang “tidak berpendidikan” saat itu. Karena itulah disebut juga Onnade, atau ‘(tulisan) tangan perempuan.’ Sedangkan, kaum laki-laki, dalam pemerintahan dan dalam penempatan sosial lain yang penting, menggunakan Otokode, atau ‘(tulisan) tangan laki-laki.’

Perlu disebutkan pula bahwa Murasakishikibu (973-sekitar 1014 atau 1025) yang menulis Genji Monogatari (Kisah Genji) dan Seishonagon (965-1010) yang menulis Makurano Soshi (Kitab tentang Bantal) juga mengenal huruf Cina dengan sangan baik.

Mengapa Tsurayuki tertarik dengan tranvestisme dalam karya sastra ini? Bagaimanapun, Ki no Tsurayuki menggunakan hiragana karena huruf itu hanya digunakan oleh perempuan, tokoh yang dia pakai untuk menyamar dalam karyanya itu. Agaknya dia hendak mencoba untuk melepaskan dirinya sendiri dari belenggu kehidupan nyata. Tema utama dalam karyanya ini adalah perasaan seseorang, seperti ekspresi kesedihan atau kehilangan seorang anak perempuan dan sindiran bagi masyarakat saat itu. Untuk tema seperti ini, hiragana dianggap sangat mewakili. Tetapi karena huruf itu hanya dipakai oleh perempuan, sehingga dia pun merasa harus menyamar sebagai seorang perempuan.

Dengan demikian, Tsurayuki memilih metode ekspresi ini karena tema sentral dari buku harian ini bukanlah perjalanannya, melainkan kesedihan atas kematian putrinya di Tosa. Pada awal tulisan, kematian putrinya itu tidak disebutkan dan adegan perjalanan dijelaskan dengan gaya yang lucu tapi agak serius. Kemudian dalam tulisan selanjutnya, gadis meninggal dan kesedihan atas ketiadaannya digambarkan.

Dalam penyamarannya menjadi perempuan itu, Tsurayuki menjadi seorang perempuan, yaitu sebagai istrinya. Dia menulis tentang perjalanan kembalinya mereka ke ibukota Heian-kyou (平安京) dari Provinsi Tosa, tempat di mana Tsurayuki menjabat sebagai gubernur. Dalam Tosa Nikki, Tosa adalah sebuah daerah yang dikenal akan kekayaan ikan dan hidangan lautnya yang melimpah. Wilayahnya sebagian besar masih terbelakang. Mereka meninggalkan Tosa pada bulan ke dua belas tahun 934 dan kembali ke daerah asalnya di ibu kota 55 hari setelahnya, pada bulan ke dua tahun 935.

Di bawah ini merupakan peta perjalanan yang dilalui oleh narator Tosa Nikki, alias Tsurayuki sendiri:

Meskipun perjalanannya sebagian besar merupakan sebuah harapan akan keceriaan karena kembali ke kehidupan asal mereka di kota yang ramai, namun pada saat bersamaan, mereka telah kehilangan harta yang paling berharga bagi hidup mereka, yaitu anak perempuan mereka. Denagan alasan-alasan yang tidak spesifik disebutkan, anak perempuan mereka tiba-tiba meninggal. Dengan demikian, meskipun perjalanan pulang merupakan saat yang menyenangkan, tetapi juga diiringi oleh perasaan yang sangat sedih dan kehilangan yang tidak kunjung hilang.


Pendalaman Karya

Dalam Tosa Nikki, hal terbaik yang dilakukan Tsurayuki yaitu berpikir untuk menggambarkan perasaan emosional akan rasa kehilangan seorang anak yang telah dialaminya. Dengan mengungkapkannya dengan ragam bahasa perempuan pada peristiwa tersebut, dia membuat semuanya yang ada tertulis terkesan nyata dari sudut pandang seorang perempuan.

Sebuah percobaan dalam fiksi penyamaran gender merupakan hal pertama kalinya dalam sejarah kesusastraan Jepang, di mana seorang laki-laki mencoba menulis dalam ungkapan seorang perempuan. Tosa Nikki merupakan buku harian fiksi pertama dari sekian banyak kesusastraan tradisional Jepang.

Dari Tosa Nikki, kita bisa mengambil hal-hal penting yang menjadi pokok di dalamnya, yaitu: Pertama, karena seorang laki-laki mencoba untuk menulis sebuah buku harian dengan penyamaran sebagai perempuan, dalam cerita ini sebagai istrinya. Karya tersebut dijadikan cerita fiksi melalui media penyamaran gender. Namun karena tidak setiap peristiwa dalam perjalanan tersebut dituliskan, teks tersebut dijadikan cerita fiksi kembali, sehingga setiap kata dalam Tosa Nikki dipilih secara baik-baik dan diperhalus menjadi sebuah teks kesusastraan setelah Tsurayuki sampai di Kyoto. Kesasusastraan ini dikenal sebagai fiksi dari kebudayaan asli Jepang.

Kedua, kualitas dari Tosa Nikki ini dipertinggi dengan tambahan dari jumlah puisi yang banyak, Sesuatu yang alami dengan mempertimbangkan latar belakang dan sensivitas pengarang, apalagi Tsurayuki membuat usaha untuk memasukan puisi dari semua jenis penulis, termasuk anak-anak serta dari beberapa mereka yang naif, sederhana, bahkan menjemukan.

Ketiga, dalam bagian prosa tidak hanya berdasarkan fakta, tetapi juga menjurus ke arah kritik.

Keempat, kita bisa ikut dalam pemikiran dan perasaan seorang istri mengenai kehilangan anak perempuannya, mengenai bagaimana dia menemukan jalan untuk menyadari kesedihannya untuk menggambarkan semua itu secara internal; dan akhirnya sampai ke daerah asalnya di Kyoto, untuk menempatkan obyek yang alami pada tamannya dengan kenangan sehingga membuat pemindahan emosi pada obyek yang akan tersisa selamanya.

Tema yang dicoba untuk diangkat pada Tosa Nikki yaitu mengenai perjalanan kembali menuju sumber kesenangan (menuju kampung halaman) dan perjalanan dalam sumber kesedihan (kematian dan kehilangan). Penulis menyebut semua hal tersebut dalam dua bentuk bagian contoh:

Pertama, fuudo (風土), sebuah tema dari sebuah empati dengan lingkungan alam, tempat sepanjang perjalanan pada Tosa Nikki dan minggu kedua Ninjou (人情), pada sebuah tema penggambaran perasaan.

Kita akan menbahas mengenai kedua hal tersebut satu per satu. Pertama mengenai fuudo (風土). Di hari kesembilan pada bulan pertama, kapal meninggalkan tepi laut dan menempuh untuk membuka lautan. Pada puisi di bawah ini terdapat kata dengan dua makna, kaketoba (掛け言葉), yang berkenaan dengan laut untuk melindungi emosi:

“Tiada kurir yang kami miliki, walau dengan berat hati kami pergi meninggalkan, mungkin mereka tidak pernah tahu kesedihan ini.” (Kenee 85)

思ひやる、心は海を、渡れども、ふみしなければ、知らずやあらむ。

(Secara harfiah: hati diserahkan untuk lautan tetapi kasih sayang hanya untuk tepi pantai, jika di sana tidak ada lagi surat (fumi) atau langkah di atas daratan (fumi), siapa yang tahu? Dan pada apa pula kami bergantung?)

Dengan seketika kapal telah melewati pohon-pohon cemara, menutupi pantai dari sebuah tempat yang dinamakan uta.

Pohon cemara (matsu ) juga bermakna menunggu (matsu 待つ), sedangkan uta bermakna puisi. Jadi hasilnya sebuah puisi dari sebuah kapal mengenai puisi dari masa menunggu:

“Sejauh mata memandang, di atas tiap-tiap pohon cemara, di sana beristirahat seekor burung bangau..” (Kenee 85)

見渡せば、松のうれごとに、住む

(Secara harfiah: lihat sekeliling dan tidak ada satu orang pun yang dapat membantu berpikir burung-burung bangau yang tinggal di atas pohon cemara yang mungkin akan menjadi teman kita untuk seratus zaman. Puisi ini membawa keabadian pemandangan debagai jimat yang dapat melindungi pada penyair di atas kapal. Semua itu adalah harapan untuk keberuntungan perjalanan, bukan sebuah intesitas emosi).

Kebanyakan dari puisi-puisi dibawah ini terdapat variasi pada kata untuk kesedihan seperti kanashimi, kanashiki, kanashikarikeri, kanshisa).

Indikasi awal permasalahan kematian putrinya menyebabkan kejadian pada ibu pada awal keberangkatan saat persiapan akhir. Kedua puisi di bawah ini menunjukan bahwa bakan berpikir mengenai anaknya adalah sesuatu yang menyakitkan, dan disana tidak ada satu orang pun yang mampu membuat ibu tersebut berani untuk bertanya di manakah dia berada:

“Di perbatasan Kyoto, pikiran ini masih terasa berat. Bersama kesedihan untuk seseorang yang tidak akan pernah kembali.”

都へと、思ふをものの、悲しいきは、帰らない人は、あればなりけり。

(Catatan: meskipun kenyataan bahwa anaknya yang hanya memiliki hidup satu kali dan sekarang telah pergi secara berangsur-angsur memudar dari alam sadar, semua itu merupakan proses berpikir yang menyakitkan (kanashikarikeru 悲しかりける) di mana setiap orang yang suatu saat melihat putrinya, katakan di mana putrinya berada.)

Setelah tahun baru datang, ibu memulai untuk menulis sebuah puisi yang dia memulai untuk datang dan menggenggam serta masalahh kesedihannya. Dia mulai kehilangan anaknya dan secara aktif berpikir mengenai kehilangannya itu, juga tidak bisa tahu bagaimana mengendalikan semua itu:

“Selama aku berpikir kembali pada hal terbaik dalam hidupku, tidak ada pemikiran cinta yang menyamai saat berpikir mengenai kehilangan seorang anak.”

世の中に、思ひやれども、子を恋ふる、思ひなきかな。

Di bulan kedua, kapal yang ditumpangi tidak bisa bergerak karena cuaca yang buruk dan ibu berhenti mengumpulkan kerang-kerang dari pantai. Kerang yang terlupakan dari puisi mengarah pada kata ‘wasuregai’. Dua puisi di bawah ini menunjukkan bahwa kesedihan dipindahkan kepada obyek. Kerang-kerang merupakan metonim bagi harapan ibu untuk melupakan:

“Bersihkan kerang-kerangmu dari kapalku, oh ombak! Aku akan mengumpulkan kerang-kerang yang terlupakan untuk seseorang yang aku cinta.” (Keene 89)

よする渡、うちもよせなむ、わが恋ふる、人忘れ(貝、甲斐)、降りて拾わむ。

“Aku akan mengumpulkan bukan hanya kerang-kerang yang terlupakan, tetapi juga batu permata. Tanda mata batu permata ini seperti seseorang yang aku cinta.” (Keene 89)

忘れがひ、拾いしもせじ、自玉を、恋ふるをだにも、形見と思はむ。

(Catatan: kedua puisi di atas seperti puisi yang berasal dari orang yang berbeda, di mana puisi pertama merupakan puisi yang berasal dari ibu, sedangkan puisi kedua dari ayah. Padahal puisi kedua hiperbola belaka sementara puisi pertama melanjutkan proses pemindahan perumpamaan, ibu telah menjalani semuanya.)

Di bagian lainnya dalam Tosa Nikki, persis setelah melabuh di daratan, ibu memiliki waktu untuk membuka rahasia yang ada:

“Meskipun saya tidak memiliki siapa pun, mereka yang memiliki anak telah kembali. Fakta telah kembali adalah perasaan sakit yang menjelma pada seseorang pada siapapun.”

なかりしも、ありつつ帰る、人の子を、ありしもなくて、来るが悲しさ。

(Catatan : Proses yang menyakitkan telah diubah menjadi sebuah kesakitan yang sesungguhnya (kanashisa) yang membuat ibu dapat lebih mudah berkompromi dengan pemikirannya.)

Pada akhir Tosa Nikki, ibu terlihat menabur benih pohon cemara (komatsu) di sekeliling kolam yang ada di tamannya, di kampung halaman mereka. Kepada pohon cemara tersebut, dia berjanji akan melupakan kesedihan dan kehilangannya. Komatsu juga berarti menunggu sang anak.

“Ketika seseorang, yang memiliki daerah ini tidak kembali lagi, betapa sedihnya melihat beberapa cemara muda!” (Keene 91)

生まれしも、帰らぬものを、我が宿に、小松を有るを、見るが悲しさ。

(Catatan: Proses memandangi pohon cemara muda menjadi kepedihan yang sejati yang ibu dapat pindahkan pada pohon-pohon cemara muda tersebut.)

“Seseorang yang aku kenal, andai ia adalah pohon cemara yang terus berumur panjang! Apa yang diinginkan setelah itu terhadap ucapan selamat tinggal yang memilukan?” (Keene 91)

みし人の、松の千歳に、みましかば、遠く悲しき、別れせましや。

(Catatan: ini adalah puisi terakhir pada buku harian, ibu telah berhasil untuk menempatkan anak perempuannya pada konteks pohon cemara yang hidup ribuan tahun, sebagai sebuah metonimi untuk anaknya, tidak perlu lagi mengingat kembali kepedihan yang telah dirasakannya. Proses pemulihan dari kepedihannya ini telah berakhir.)

Pengaruh Karya

Perlu dicatat bahwa Tosa Nikki merupakan buku harian dalam huruf kana paling tua yang tersisa. Beberapa abad setelah penerbitannya, Tosa Nikki disalin ulang oleh Fujiwara no Teika (1162-1241). Saat ini karyanya itu disimpan di Museum Koleksi Kekaisaran.

Tosa Nikki adalah karya yang ditulis dengan luar biasa baik dan sampai saat ini terus menyimpan pengaruh besar dalam banyak karya sastra berbentuk buku harian lainnya di kemudian hari, seperti: Tonbo Nikki (蜻蛉日記), Izumi Shikibu Nikki (和泉式部日記), Murasaki Shikibu Nikki (紫式部日記), Sarashina Nikki (更級日記), dan sebagainya. Karya ini juga dianggap sebagai pelopor bagi sastrawan dari kaum perempuan (Jouryuu Bungaku 女流文学). Banyak pemerhati sastra dari kalangan universitas dan non-universitas, baik di Jepang maupun di luar Jepang, yang terus menggali karya terbesar Ki no Tsurayuki abad ke-10 ini. Karya ini tetap menjadi bacaan menarik bagi mereka yang menyukai produk sastra, tidak hanya di kalangan tua.

Kebanyakan peneliti yang telah lama memercayai bahwa Tsurayuki melakukan penyamaran sebagai perempuan, ini adalah asumsi mereka bahwa huruf kana biasanya dipakai oleh perempuan pada zaman Heian. Namun, pada tahun 2006, Hideo Komatsu (小松英雄) menerbitkan sebuah buku berjudul Kotensai-nyuumon (古典再入門, Pengenalan Kembali Sastra Klasik Jepang), yang di dalamnya dia mengemukakan suatu teori baru yang berkaitan dengan Tosa Nikki. Dalam teorinya, Tsurayuki sama sekali berkedok sebagai seorang perempuan, dan kalimat pertama hanyalah bagian yang menyatakan bahwa dia tidak akan menulis dengan kanji, tetapi dengan kana. Meskipun begitu, teorinya ini diabaikan oleh kebanyakan peneliti.

Kesimpulan

Dari tahun 930 M (tahun 8 Enchou) hingga 934 M (tahun 4 Jouhei), Tsurayuki yang menjadi gubernur Provinsi Tosa melakukan perjalanan selama 55 hari dari Tosa ke Kyoro setelah masa jabatannya habis. Setelah melalui suatu proses pemikiran, Ki no Tsurayuki memutuskan untuk menulis sebuah karya sastra berbentuk buku harian di mana dia menyamar menjadi seorang perempuan sebagai tokoh utamanya. Isi dari karyanya itu menceritakan banyak hal, namun yang menjadi tema inti adalah ingatan kesedihan akan hilangnya seorang gadis perempuan yang menjadi buah hatinya. Perasaannya yang mendalam ini tertuang ke dalam 57 bait waka dengan penuh permainan kata.

Dalam sejarah kesusastraan Jepang, mungkin inilah karya sastra aliran Nikki Bungaku pertama yang pernah tertulis. Meski begitu, pengaruhnya terhadap elemen karya sastra berbentuk buku harian kontemporer sangatlah terasa. Ekspresi yang kuat yang muncul dari Tosa Nikki, menjadi pembangkit bagi kesusastraan Jepang, khususnya menjadi tongak atau rintisan bagi sastrawan dari kaum perempuan (Jouryuu Bungaku 女流文学). Kemungkinan bahwa Tosa Nikki ini memengaruhi karya sastra seperti: Tonbo Nikki (蜻蛉日記), Izumi Shikibu Nikki (和泉式部日記), Murasaki Shikibu Nikki (紫式部日記), Sarashina Nikki (更級日記), dan sebagainya sangat besar. Mengingat begitu besarnya arti karya ini, Tosa Nikki yang juga dituliskan dengan humor dan permainan kata ini, patut diberi tempat terhormat dalam sejarah kesusastraan Jepang.

Referensi

Paul K Lyons, 2008, Tsurayuki, Ki no ___ 872-945 ___ Japanese ___ poet, diplomat, The Diary Juction, http://www.pikle.co.uk/diaryjuction.html

http://ja.wikisource.org

http://en.wikipedia.org

http://orange.zero.jp/teru.oak/gakusyu/tosa/

http://www.aozora.gr.jp/cards/000155/card832.html

http://www.takachiho.ac.jp/%7Eeshibuya/tosa3.html

*) Penulis adalah mahasiswa angkatan 2007 Sastra Jepang S1 di Universitas Padjadjaran, Bandung.

(www.mochihotoru.co.cc)

8:59 PM

Sejarah Wasabi

Wasabi adalah tanaman asli Jepang dari suku kubis-kubisan (brassicaceae). Parutan rimpang (rizoma) yang juga disebut wasabi, dimakan sebagai penyedap masakan Jepang, seperti sashimi, sushi, soba, dan ochazuke. Daun, tangkai, dan rizoma memiliki aroma harum, sekaligus rasa tajam menyengat hingga ke hidung seperti mustar, tapi bukan pedas di lidah seperti cabai.

Unsur kimia yang menjadikan wasabi memiliki rasa menyengat (pedas) adalah isotiosianat (6-methylthiohexyl isothiocyanate, 7-methylthioheptyl isothiocyanate, dan 8-methylthiooctyl isothiocyanate). Senyawa ini bersifat antimikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga irisan ikan segar selalu dimakan bersama wasabi.

Di alam bebas, tanaman hanya tumbuh liar daerah beriklim sejuk, di lembah pinggiran sungai atau di tengah air bersih yang mengalir perlahan-lahan. Di Jepang, wasabi tumbuh liar di sepanjang aliran sungai yang bersih dan sejuk (10-17℃) di daerah pegunungan pulau Honshu, Kyushu, dan Shikoku.

Tanaman herba tahunan, seluruh bagian tanaman memiliki aroma harum sekaligus rasa pedas menyengat bila dimakan. Rizoma berwarna hijau terang, berbentuk bulat panjang dan mengecil di bagian bawah. Daun keluar langsung dari bagian rizoma, tangkai agak panjang dan tumbuh ke atas dengan daun yang melebar. Daun berbentuk seperti jantung, diameter sekitar 10 cm. Di musim semi, dari rizoma keluar tangkai untuk bunga, letak daun bersilangan, dan ukuran daun lebih kecil dari daun yang keluar langsung dari rizoma. Bunga keluar di ujung tangkai, mekar di akhir bulan Februari-Maret, berwarna putih, daun mahkota empat helai, dan mekar tidak secara berturut-turut.

Budidaya wasabi dimulai sekitar tahun 1596-1615 di hulu Sungai Abe, Utougi, Prefektur Shizuoka. Pada waktu itu, penduduk desa Utougi mencabut wasabi yang tumbuh liar dan memindahkannya ke lahan di sekitar mata air yang terletak di Idougashira. Budidaya wasabi di Idougashira menjadi usaha budidaya wasabi yang pertama di Jepang. Hasilnya dipersembahkan kepada Tokugawa Ieyasu yang tinggal di Istana Sumpu. Menurut cerita, Ieyasu sangat menyukai rasa wasabi hadiah penduduk desa, dan begitu gembira dengan bentuk daun wasabi yang mirip lambang keluarga klan Tokugawa. Menurut cerita lain, penyebaran wasabi ke seluruh Jepang dimulai di pertengahan zaman Edo dari bibit tanaman wasabi yang diterima Itagaki Kanshirou setelah mengajarkan budidaya shiitake kepada penduduk Utougi.

Berdasarkan tempat penanaman, wasabi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, wasabi air (sawa wasabi) yang ditanam di anak sungai (bahasa Jepang: sawa), dan wasabi ladang (hatake wasabi) yang ditanam di ladang. Wasabi ladang bisa dipanen setelah berumur 18 bulan. Daun, tangkai, dan rizoma wasabi ladang dicampur dengan ampas beras hasil perasan sake. Hasilnya makanan olahan yang disebut wasabizuke untuk teman makan nasi, rasanya asin, manis, dan pedas menyengat. Wasabi air ditanam untuk diambil bagian rizoma yang dimakan mentah setelah diparut. Budidaya kecil-kecilan wasabi di saluran air dan anak sungai sering dijumpai di kawasan pegunungan di Jepang. Wasabi air perlu air yang bersih dan sejuk di tanah berpasir yang kaya hara. Dalam kondisi penanaman yang ideal, pupuk seperti pupuk kandang tidak diperlukan karena air menjadi kotor.

Wasabi air hasil budidaya memiliki rizoma yang lebih besar dibandingkan wasabi ladang atau wasabi liar. Rizoma mengeluarkan Allyl isothiocyanate yang bersifat antimikroba, sehingga tanah di sekitarnya bebas mikroba. Tanaman tidak bisa menjadi besar karena di tanah sekeliling tempat tumbuhnya tidak terdapat mikroba yang dapat menyuburkan tanah. Selain itu, wasabi perlu tumbuh di aliran air yang bersih dan bening supaya Allyl isothiocyanate ikut terbawa bersama air, dan tanaman tidak ikut teracuni. Rizoma wasabi air bisa menjadi besar bila semua kondisi terpenuhi.

Panen wasabi tidak mengenal musim dan bisa dipanen kapan saja. Tanaman siap panen setelah 3-4 tahun, dan akar yang dapat dipanen sedikit, sehingga wasabi terutama wasabi segar berharga mahal. Hanya ada sedikit tempat yang cocok dijadikan sentra produksi di Jepang:

* Semenanjung Izu (Prefektur Shizuoka)
* Prefektur Nagano
* Prefektur Shimane
* Prefektur Yamanashi
* Prefektur Iwate.

Produksi dalam negeri tidak pernah mencukupi dan wasabi berharga mahal, sehingga Jepang perlu mengimpor sejumlah besar wasabi dari daratan Tiongkok, Taiwan, dan Selandia Baru.

Selain wasabi segar, dipasaran tersedia bubuk wasabi dalam bubuk wasabi kemasan kaleng, dan wasabi kemasan tube. Di Jepang, daun dan bunga wasabi digoreng sebagai tempura, dan wasabi digunakan sebagai perasa untuk berbagai produk makanan ringan hingga es krim.

Rozima wasabi diparut dengan alat parut dari logam (oroshigane). Walaupun demikian, sebagian kecil orang berpendapat aroma wasabi tidak hilang dan terasa lebih enak bila diparut dengan alat parut tradisional dari kulit ikan hiu. Wasabi hanya diparut seperlunya saja sebelum dimakan, karena aroma wasabi hilang di udara terbuka. Rasa pedas hingga keluar air mata merupakan kenikmatan tersendiri bagi penikmat wasabi. Anak-anak yang belum terbiasa, biasanya memakan sushi yang tidak diberi wasabi (bahasa Jepang: sabinuki).

Rizoma wasabi berharga mahal dan metode pengawetannya sulit, sehingga bubuk wasabi dan pasta wasabi dalam tube digunakan sebagai pengganti. Bubuk wasabi dan wasabi dalam tube sering dibuat dari bahan pengganti berupa lobak, dicampur rizoma Armoracia rusticana (bahasa Inggris: horseradish), dan bahan pewarna makanan. Bubuk wasabi kemasan kaleng dicampur dengan air untuk menghasilkan pasta wasabi yang siap santap.

Komposisi bubuk wasabi dan wasabi tube bergantung kepada merk dan produsen. Bila produk mengandung kadar wasabi asli lebih dari 50%, maka di kemasannya ditulis, Hon Wasabi (wasabi asli) atau Hon Wasabi Shiyou. Definisi “wasabi asli” bisa berarti bagian rizoma atau bagian lain dari tumbuhan (daun dan tangkai). Bila pasta wasabi mengandung kurang wasabi kurang dari 50%, maka pada kemasan ditulis sebagai Hon Wasabi Iri (Mengandung wasabi asli).

Sumber: edisonkuo.com

8:57 PM

GARIS WAKTU SEJARAH JEPANG

Peristiwa Penting dan Kejadian Budaya di Jepang

Peristiwa Penting di Dunia


Zaman
Batu
Zaman
Jomon

Zaman
Yayoi



Abad
ke-4 - 5
Masehi

Dari zaman perburuan hingga zaman budidaya padi
Rakyat hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil dari alam

Mulainya pemukiman yang menetap; rakyat menggunakan perkakas batu yang sudah dipoles dan benda-benda gerabah

Mulainya budidaya padi dan penggunaan perkakas dari logam




Penyatuan istana Yamato berlangsung; mulainya budaya makam berbentuk bukit di seluruh negeri; agama Budha, huruf China, berbagai teknologi baru dan budaya masuk ke Jepang dari benua Asia


+ 3500SM

+ 3000SM
+ 2500SM

+ 1760SM

+ 1400SM
116

313


589


Peradaban pertama berkembang di Mesopotamia
Muncul negara persatuan di Mesir
Peradaban Indus berkembang di India
Aturan Hukum Hammurabi ditetapkan di Babylonia
Terbentuknya dinasti Yin di China
Kekaisaran Roma mencapai daerah terluas
Agama Kristen mendapat pengakuan resmi Kaisar Konstantin I
Dinasti Sui mempersatukan China


593
607

710
752
794

Zaman pembangunan kota dan kebangsawanan
Pangeran Shotoku menjadi wali kaisar
Kuil Horyuji (yang termasuk kategori bangunan kayu tertua yang masih ada di dunia) selesai dibangun
Ibukota dipindahkan ke Nara
Arca Besar Budha di kuil Todaiji selesai dibangun
Ibukota pindah ke Kyoto
Kaum bangsawan menjadi lebih berkuasa.
Mulainya penggunaan huruf Jepang, yaitu huruf Kana.
Genji Monogatari (Kisah Genji), novel tertua di dunia ditulis oleh Murasaki Shikibu





Abad ke-7



800


962





Nabi Muhammad saw. mulai menyiarkan agama Islam



Charlemagne, Raja Frank, dimahkotai sebagai Kaisar dari Kekaisaran Romawi Barat
Otto I dimahkotai sebagai Kaisar dari Kekaisaran Suci Romawi



1192
1274

1336

1397
1489


1543
1549
1590

Zaman Kebangsawanan dan zaman Keshogunan (pendekar perang/ samurai)
Minamoto no Yoritomo mendirikan keshogunan Kamakura
Orang-orang Mongol menyerang Jepang (Menyerang lagi pada tahun 1281)
Ashikaga Takauji mendirikan keshogunan Muromachi (Kyoto)
Kuil Paviliun Emas dibangun di Kyoto
Kuil Paviliun Perak dibangun di Kyoto
Peperangan dikalangan para penguasa feodal menyebar ke seluruh Jepang
Orang Portugis membawa masuk senjata api pertama ke Jepang
Masuknya agama Kristen ke Jepang oleh Franciscus Xaverius
Toyotomi Hideyoshi memersatukan Jepang



1206

1299

1337


1492



Genghis Khan mendirikan Kekaisaran Mongol
Kekaisaran Ottoman terbentuk

Mulainya Perang Seratus Tahun antara Inggris dan Perancis

Christopher Colombus menemukan benua Amerika


1603


1639




1853

Zaman Keshogunan hingga zaman saudagar
suasana toko serba ada Matsuzakaya pada tahun 1768 Tokugawa Ieyasu mendirikan keshogunan Edo
Para saudagar menjadi lebih berkuasa seiring dengan maraknya perdagangan
Jepang menjadi tertutup terhadap dunia luar (politik isolasi)
Jumlah sekolah di kuil (terakoya) bertambah; siswa diajarkan membaca, menulis, sempoa, moralitas dll.

Komodor Matthew Perry dari Angkatan Laut Amerika Serikat tiba di Uraga untuk mendesak dibukanya Jepang

1600




+ 1750
1776

1789

Inggris mendirikan East India Company
Negara-negara Eropa menjajah sebagian besar dunia

Mulainya Revolusi Industri di Eropa
Amerika memproklamasikan kemerdekaannya
Mulainya Revolusi Perancis.
Dikeluarkannya Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia


1854


1858

1867

1868






1889
1890

1894 - 1895

1904 - 1905
1914 - 1918

1923
1925
1941 - 1945
1945

Jepang membuka diri terhadap dunia luar
Jepang dan Amerika Serikat menandatangani Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan yang juga mengakhiri politik isolasi Jepang
Jepang menandatangani perjanjian perdagangan dengan berbagai negara
Jatuhnya keshogunan Edo. Kaisar menjadi tokoh sentral perpolitikan Jepang
Terjadinya Restorasi Meiji; kota Edo dinamai Tokyo
Terjadi perubahan besar dalam sistem politik dan sosial serta gaya hidup masyarakat Jepang
Sekolah Kaichi, salah satu sekolah tertua di JepangSistem wajib pendidikan diberlakukan; dimulai pembangunan sekolah-sekolah dasar di seluruh Jepang


Keluarnya Konstitusi Kekaisaran Jepang
Diselenggarakannya Diet (parlemen) Kekaisaran yang pertama

Perang China - Jepang
Industri sutera berkembang

Perang Rusia - Jepang

Perang Dunia I
Industri berat mulai berkembang

Gempa bumi Besar Kanto
Diberlakukan hak memberi suara pada pria
Perang Pasifik

Bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki











1876


1886





1903



1914-1918
1929


1939-1945
1945

1945











Alexander Graham Bell menciptakan telepon

Karl Benz menciptakan mobil bertenaga bensin




Wilbur dan Orville Wright melakukan penerbangan pertama dengan pesawat terbang

Perang Dunia I
Masa Depresi Besar di Amerika yang menimbulkan efek besar bagi perekonomian dunia
Perang Dunia II
Terbentuknya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
Diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia


1946

1949

1951

1956

1958

1964

1970

1972

1995
1998
2002

Masa Pasca Perang; Menuju Jepang yang Baru
Keluarnya Konstitusi Jepang
Diberlakukannya berbagai reformasi sosial
Yukawa Hideki menjadi orang Jepang pertama yang memenangkan hadiah Nobel untuk Fisika
Jepang menandatangani perjanjian perdamaian dengan berbagai negara
Jepang menjadi anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat
Jepang menandatangani perjanjian perdamaian dan persahabatan dengan Republik Indonesia
Olimpiade Tokyo diadakan sebagai olimpiade pertama di Asia
Toukaido Shinkansen (Bullet Train) mulai beroperasi
Eksposisi Dunia (World EXPO) diadakan di Osaka (merupakan EXPO pertama di Asia)
Okinawa dikembalikan kepada Jepang
Olimpiade Musim Dingin berlangsung di Sapporo
Gempa Besar Hanshin - Awaji (Kobe dan sekitarnya)
Olimpiade Musim Dingin berlangsung di Nagano
Piala Dunia FIFA diselenggarakan bersama oleh Jepang dan Republik Korea









1957


1961


1969









Uni Soviet meluncurkan Sputnik, satelit buatan manusia yang pertama
Yuri Gagarin dari Uni Soviet menjadi manusia pertama yang berada di ruang angkasa
Manusia menginjakkan kaki di bulan untuk pertama kali


Sumber: id.emb-japan.go.jp

6:28 PM

Warnet di Negeri Sakura

Seperti juga di Indonesia, internet cafe di Jepang juga cukup banyak walaupun boleh dibilang hampir setiap rumah sudah mempunyai koneksi internet. Dan kebanyakan juga buka selama 24 jam. Ada beberapa hal mendasar yang membedakan antara warnet di sana dibandingkan dengan di sini yaitu harga (mahal banget!), kecepatan (cepet banget!), dan kebutuhan (nggak hanya untuk internet!).



Bicara mengenai harga, seperti biasa apa sih yang murah di sana? Lama penyewaan mulai dari 15 menit sampai setengah hari, dengan biaya rata-rata sekitar 500 Yen (sekitar 50.000 rupiah) untuk 15 menit, dan 1500 Yen (150 ribu rupiah) untuk 7-9 jam.



Nah, kalau bicara kecepatan sih tidak usah ditanya, rata-rata kecepatan internet di sana saat ini minimal 10 Mbps jadi pasti jauh lebih cepat dibandingkan di negeri kita tercinta ini.

Internet cafe alias warnet di Jepang juga kebanyakan tidak hanya sekedar tempat untuk berinternet ria tetapi juga biasanya kita bisa membaca buku komik (manga) secara gratis dengan koleksinya yang lumayan banyak.

Lalu bicara mengenai tempat itu sendiri, mereka biasanya membaginya dalam dua bagian yaitu ruangan terbuka dan ruangan tertutup untuk privasi dengan bentuk bilik-bilik kotak (cubicles). Hal itu tergantung permintaan. Kita bisa memilih untuk satu bilik bisa diisi satu orang, dua orang, atau lebih dari dua orang. Dan kadang, mereka juga menyiapkan dua komputer dalam satu bilik.

Sebagian besar bilik tersebut sudah dilengkapi dengan berbagai macam alat, mulai dari komputer itu sendiri, webcam, microphone, dan juga teve untuk menonton.

Bagi Anda yang perokok, jangan khawatir mereka juga menyediakan tempat bagi para perokok. Lihat saja foto di bawah, itu ada asbak kan?



Walaupun "sedikit" mahal untuk berinternetan di sini, ada satu hal yang lumayan membuat kita sedikit senang yaitu kita bisa minum sepuasnya sampai kembung (dan GRATIS!) kecuali untuk makanan kecilnya, kita harus bayar.

Terakhir, bicara soal kebutuhan, belakangan ini ternyata internet cafe di sana tidak sekadar untuk internet, tetapi juga sebagai tempat tidur bagi orang-orang tertentu seperti pekerja paruh waktu atau sama seperti Love Hotel digunakan juga untuk tempat untuk bermalam bagi orang yang sudah ketinggalan kereta.

Alasannya sama saja dengan Love Hotel, yaitu internet cafe jauh lebih murah dibandingkan dengan mereka menginap di hotel. Lagipula, selain bisa tidur, mereka juga bisa internetan, membaca komik (manga), mandi air hangat (ada kamar mandi tetapi biasanya harus bayar), bahkan minum sampai kembung.



Satu hal yang sebenarnya sekarang menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah di sana seiring dengan meningkatnya pengganguran dan juga orang yang mendadak tidak punya tempat tinggal (homeless) adalah keberadaan internet cafe sudah mulai berubah fungsi sebagai rumah sementara bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal.

(sumber : kaskus.us)

6:07 PM

Cerita Rakyat Jepang

Cerita Rakyat Jepang (denshou) adalah cerita dari folklor lisan yang lahir dan beredar di kalangan rakyat Jepang. Cerita rakyat Jepang banyak mendapat pengaruh dari Shintoisme dan Buddhisme, dua agama utama di Negeri Sakura.

Sering terdapat tokoh dan situasi yang menggelikan dan aneh di dalamnya, juga mencakup berbagai makhluk supernatural, seperti bodhisatya, kami (dewa dan roh yang dihormati), youkai (roh-monster, seperti oni, kappa, dan tengu), yuurei (hantu), ular naga, dan hewan-hewan dengan kekuatan supranatural seperti kitsune (rubah), tanuki (anjing rakun), mujina (luak), dan bakeneko (transformasi kucing), juga benda-benda yang sakral dan dirasuki.

Cerita rakyat Jepang sering dibagi ke dalam beberapa kategori: “mukashibanashi” (cerita zaman purbakala), “namidabanashi” (cerita sedih), “obakebanashi” (cerita hantu), “ongaeshibanashi” (cerita pembalasan kebaikan), “tonchibanashi” (cerita jenaka); “waraibanashi” (cerita lucu), dan “yokubaribanashi” (cerita keserakahan). Cerita rakyat Jepang juga meliputi Yukar (ユーカラ) atau cerita rakyat Ainu.

Sedangkan istilah yang digunakan di Jepang dalam literatur yang diterbitkan sesudah zaman Meiji hingga awal zaman Shouwa adalah minwa, mindan, atau ritan (cerita rakyat), kohi (cerita yang ditulis di batu), densetsu (legenda), dowa (cerita anak), otoginabashi (dongeng fantasi), dan mukashibanashi (cerita zaman dulu), dan sebagainya.

MOMOTARO

Momotaro (Taro si Buah Persik) adalah cerita rakyat Jepang yang mengisahkan anak laki-laki super kuat bernama Momotaro yang pergi membasmi raksasa. Diberi nama Momotaro karena ia dilahirkan dari dalam buah persik (momo), sedangkan “Tarou” adalah nama yang umum bagi laki-laki di Jepang.

Di zaman dulu kala, hiduplah seorang kakek dan nenek yang tidak punya anak. Ketika nenek sedang mencuci di sungai, sebutir buah persik yang besar sekali datang dihanyutkan air dari hulu sungai. Buah persik itu dibawanya pulang ke rumah untuk dimakan bersama kakek. Dipotongnya buah persik itu, tapi dari dalamnya keluar seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Momotaro, dan dibesarkan kakek dan nenek seperti anak sendiri.


Momotaro tumbuh sebagai anak yang kuat dan mengutarakan niatnya untuk membasmi raksasa. Pada waktu itu memang di desa sering muncul para raksasa yang menyusahkan orang-orang desa. Momotaro berangkat membasmi raksasa dengan membawa bekal kue kibidango. Di tengah perjalanan menuju pulau raksasa, Momotaro secara berturut-turut bertemu dengan anjing, monyet, dan burung pegar. Setelah menerima kue dari Momotaro, anjing, monyet, dan burung pegar mau menjadi pengikutnya.


Di pulau raksasa, Momotaro bertarung melawan raksasa dengan dibantu anjing, monyet, dan burung pegar. Momotaro menang dan pulang membawa harta milik raksasa.


ISSUN BOSHI

Issun Boshi (Biksu Tiga Sentimeter) adalah cerita rakyat Jepang tentang pendekar berukuran tubuh tiga sentimeter. Senjatanya berupa katana dari sebatang jarum, sedangkan perahunya adalah mangkuk dari kayu yang didayung dengan sumpit. Cerita Issun Boshi yang umum dikenal orang berasal dari buku cerita bergambar Otogizoshi.


Pasangan suami istri lanjut usia yang tidak punya anak memohon kepada Sumiyoshi no Kami agar diberi anak. Permintaan mereka dikabulkan, dan lahir seorang anak yang tinggi tubuhnya hanya satu sun (ukuran panjang yang setara dengan tiga sentimeter). Anak itu ternyata tidak mau besar-besar, dan tingginya tetap tiga sentimeter sehingga diberi nama Issun Boshi yang berarti “biksu satu sun”.


Pada suatu hari, Issun Boshi ingin menjadi samurai. Ia pergi ke Kyoto membawa pedangnya berupa sebatang jarum, dan berlayar dengan perahu dari mangkuk kayu yang didayung dengan sebilah sumpit. Di Kyoto, ia diterima bekerja oleh sebuah keluarga yang tinggal di rumah besar dan mewah. Ketika putri dari keluarga tersebut ingin pergi ke kuil, Oni bermaksud menculiknya. Issun Boshi berkelahi dengan Oni untuk melindungi sang putri. Oni menelan tubuh Issun Boshi. Bagian dalam perut Oni ditusuk-tusuk oleh Issun Boshi. Oni yang merasa kesakitan meminta Issun Boshi untuk berhenti menusuk-nusuknya. Oni menyerah dan memuntahkan kembali Issun Boshi.


Oni melarikan diri ke gunung setelah meninggalkan sebuah palu ajaib. Palu itu disebut Uchide no Kozuchi yang bisa mengabulkan permintaan atau mengeluarkan uang bila diayunkan. Issun Boshi menggunakan palu ajaib untuk mengubah tubuhnya menjadi seukuran laki-laki dewasa. Issun Boshi menikahi sang putri dan hidup bahagia selamanya. Mereka berdua bisa mendapat makanan enak dan uang berlimpah hanya dengan mengayunkan palu ajaib.


URASHIMA TARO

Urashima Taro adalah legenda Jepang tentang seorang nelayan bernama Urashima Taro. Ia diundang ke Istana Laut (Istana Ryugu) setelah menyelamatkan seekor penyu. Dalam catatan sejarah Provinsi Tango (Tango no Kuni Fudoki) terdapat cerita berjudul Urashima no Ko, tapi menceritakan tentang delapan bidadari yang turun dari langit. Selain itu, kisah Urashima Taro disebut dalam Nihonshoki dan Man’youshu. Cerita yang sekarang dikenal orang adalah versi Otogizōshi asal zaman Muromachi. Seperti lazimnya cerita rakyat, berbagai daerah di Jepang masing-masing memiliki cerita versi sendiri tentang Urashima Taro.

Ceritanya, seorang nelayan bernama Urashima Taro menolong seekor penyu yang sedang disiksa sekawanan anak-anak. Sebagai rasa terima kasih telah ditolong, penyu mengajak Taro berkunjung ke Istana Laut.


Dengan menunggang penyu, Taro pergi ke Istana Laut yang ada di dasar laut. Di sana, Taro bertemu putri jelita di Istana Laut yang bernama Putri Oto. Bagaikan mimpi, Taro ditemani Putri Oto selama beberapa hari. Hingga akhirnya Taro ingin pulang. Putri Oto mencegahnya, tapi tahu usahanya akan sia-sia. Putri Oto memberinya sebuah kotak perhiasan (tamatebako), dan berpesan agar kotak tidak dibuka.


Dengan menunggang seekor penyu, Taro tiba kembali di kampung halamannya. Namun semua orang yang dikenalnya sudah tidak ada. Taro merasa heran, lalu membuka kotak hadiah dari Putri Oto. Asap keluar dari dalam kotak, dan seketika Taro berubah menjadi seorang laki-laki yang sangat tua. Menurut perhitungan waktu di dasar samudra, Taro hanya tinggal selama beberapa hari saja. Namun menurut waktu di daratan, Taro pergi selama 700 tahun.

BUNBUKU CHAGAMA

Bunbuku Chagama (Periuk Teh Pembagi Keuntungan) adalah legenda asal kota Tatebayashi, Prefektur Gunma yang secara turun temurun dikisahkan sebagai dongeng di Jepang. Tanuki tampil sebagai tokoh utama, bisa berganti wujud dan menipu manusia.


Di suatu hari, seorang laki-laki miskin menemukan tanuki di dalam perangkap. Merasa kasihan, binatang itu dilepaskannya. Di malam hari, ia didatangi tanuki yang telah ditolongnya. Sebagai tanda terima kasih, tanuki mengubah diri menjadi periuk agar bisa dijual untuk mendapatkan uang.

Keesokan harinya, periuk itu dijual kepada seorang biksu. Tiba di rumah, periuk langsung dipakai untuk memasak air. Setelah api dinyalakan, tanuki kepanasan dan langsung loncat dari perapian. Dalam wujud setengah tanuki setengah periuk, tanuki lari pulang.

Tanuki masih ingin mendapatkan uang lagi dan mengusulkan untuk membuka pertunjukan akrobat. Atraksi berupa periuk (tanuki) yang berjalan di atas tali. Pertunjukan mendatangkan banyak uang dan tanuki pun ikut senang tidak sendirian lagi.

KAGUYA HIME

Kaguya Hime (Kisah Putri Kaguya) atau Taketori monogatari (Kisah Pengambil Bambu) adalah cerita rakyat Jepang yang tertua. Kisah seorang anak perempuan yang ditemukan kakek pengambil bambu dari dalam batang bambu yang bercahaya.

Di zaman dulu hiduplah seorang kakek bersama istrinya yang juga sudah tua. Kakek bekerja dengan mengambil bambu di hutan. Bambu dibuatnya menjadi berbagai barang, dan orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu. Pada suatu hari, ketika kakek masuk ke hutan bambu, terlihat sebatang bambu yang pangkalnya bercahaya. Kakek merasa heran dan memotong batang bambu tersebut. Keluar dari dalam batang bambu, seorang anak perempuan yang mungil, tingginya cuma sekitar Sembilan sentimeter tapi manis dan lucu. Anak perempuan tersebut dibawanya pulang dan dibesarkannya seperti anak sendiri. Sejak itu, setiap hari kakek selalu menemukan emas dari dalam batang bambu. Kakek dan nenek menjadi kaya. Dalam tiga bulan, anak perempuan yang dibesarkan tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik. Kecantikan putri ini sulit ditandingi, begitu cantiknya sehingga perlu diberi nama. Orang-orang menyebutnya Putri Kaguya (Nayotake no Kaguya Hime).

Berita kecantikan Putri Kaguya tersebar ke seluruh negeri. Pria dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa, semuanya ingin menikahi Putri Kaguya. Mereka datang berturut-turut ke rumah Putri Kaguya untuk meminangnya, namun terus menerus ditolak oleh Putri Kaguya. Walaupun tahu usaha mereka sia-sia, para pria yang ingin menikahi Putri Kaguya terus bertahan di sekeliling rumah Putri Kaguya. Satu per satu dari mereka akhirnya menyerah, dan tinggal lima orang pria yang tersisa, yang semuanya pangeran dan pejabat tinggi. Mereka tetap bersikeras ingin menikahi Putri Kaguya, sehingga Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya, “Perempuan itu menikah dengan laki-laki. Tolong pilihlah dari mereka yang ada.” Dijawab Putri Kaguya dengan, “Aku hanya mau menikah dengan pria yang membawakan barang yang aku sebutkan, dan sampaikan ini kepada mereka yang menunggu di luar.”

Ketika malam tiba, pesan Putri Kaguya disampaikan kepada kelima pria yang menunggu. Pelamar masing-masing diminta untuk membawakan barang yang mustahil didapat: mangkuk suci Buddha, dahan pohon emas berbuah berkilauan, kulit tikus putih asal kawah gunung berapi, mutiara naga, dan kulit kerang bercahaya milik burung walet. Pelamar pertama kembali membawa mangkuk biasa, pelamar kedua membawa barang palsu buatan pengrajin, dan pelamar ketiga membawa kulit tikus biasa yang mudah terbakar. Semuanya ditolak Putri Kaguya karena tidak membawa barang yang asli. Pelamar keempat menyerah akibat dihantam badai di perjalanan, sedangkan pelamar kelima tewas akibat patah pinggang. Berita kegagalan ini terdengar sampai ke kaisar yang menjadi ingin bertemu dengan Putri Kaguya. Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya agar mau menikah dengan kaisar, tapi Putri Kaguya tetap menolak dengan berbagai alasan. Putri Kaguya bahkan tidak mau memperlihatkan dirinya di depan kaisar. Kaisar akhirnya memutuskan untuk menyerah setelah saling bertukar puisi dengan Putri Kaguya.

Musim gugur pun tiba. Putri Kaguya menghabiskan malam demi malam dengan memandangi bulan sambil menangis. Kalau ditanya kenapa menangis, Putri Kaguya tidak mau menjawab. Namun ketika bulan 9 tanggal 15 (bulan September) semakin dekat, tangis Putri Kaguya makin menjadi. Putri Kaguya akhirnya mengaku, “Aku bukan manusia bumi, tanggal 15 ini di saat bulan purnama, aku harus kembali ke bulan.” Identitas sebenarnya Putri Kaguya disampaikan kepada kaisar. Prajurit-prajurit gagah berani diutus kaisar untuk melindungi Putri Kaguya dari jemputan orang bulan. Malam bulan purnama itu pun tiba, sekitar jam dua malam, dari langit turun orang-orang bulan. Para prajurit dan Kakek Pengambil Bambu tidak mampu mencegah mereka membawa Putri Kaguya kembali ke bulan. Putri Kaguya adalah penduduk ibu kota bulan yang sedang menjalani hukuman buang ke bumi. Sebagai tanda mata, Putri Kaguya memberikan obat hidup kekal (tidak pernah mati) kepada kaisar. Namun tanpa Putri Kaguya, kaisar tidak merasa perlu hidup selama-lamanya. Diperintahkannya obat tersebut untuk dibakar di Suruga, di atas puncak gunung tertinggi di Jepang. Gunung tersebut kemudian disebut “Fushi no Yama,” dan akhirnya disebut “Fujisan” (Fuji no Yama, Gunung Fuji). Obat yang dibakar di atas gunung kabarnya membuat Gunung Fuji selalu mengeluarkan asap hingga sekarang.


KACHI-KACHI YAMA

Kachi-Kachi Yama (Gunung Kachi-Kachi) adalah cerita rakyat Jepang tentang kelinci yang menghukum tanuki karena perbuatannya membunuh nenek teman kelinci. Kata “kachi-kachi” merupakan onomatope dari bunyi beradunya batu api yang menurut pendengaran orang Jepang berbunyi “kachi-kachi”. Cerita versi aslinya dianggap terlalu kejam, sehingga beredar versi cerita yang lebih halus. Akhir cerita juga sering diganti dengan kelinci menolong tanuki yang hampir tenggelam dan hidup rukun bersama-sama.


Di zaman dulu hidup sepasang kakek dan nenek. Setiap kali kakek bekerja di ladang, tanuki datang mengganggu dengan bernyanyi-nyanyi. Lirik lagu yang dinyanyikan tanuki berisi kutukan agar panen gagal. Bukan cuma itu, tanuki juga menggali dan memakan bibit ubi yang ditanam kakek di ladang. Kakek sangat marah dan memasang perangkap. Tanuki masuk perangkap, diikat, dan dibawa pulang.


Setelah diletakkan di dapur, kakek kembali ke ladang. Nenek yang menjumpai tanuki di dapur setuju untuk melepasnya, karena sudah dibohongi tanuki yang berjanji membantu membereskan rumah. Setelah terlepas, tanuki malah memukuli nenek dan membunuhnya. Daging si nenek dimasak tanuki menjadi sup. Kepulangan kakek dari ladang disambut tanuki yang sudah berubah wujud menjadi si nenek. Kakek memakan sup yang disuguhkan “nenek” dengan enaknya. Setelah sup habis dimakan, “nenek” kembali berubah wujud menjadi tanuki dan menceritakan segalanya. Sambil tertawa-tawa, tanuki pulang ke gunung.


Kelinci sahabat si kakek mendengar peristiwa ini dan memutuskan untuk membalas dendam. Tanuki kebetulan kenal dengan kelinci dan percaya saja dengan ajakan kelinci untuk mengumpulkan kayu bakar dengan imbalan uang. Setelah ranting kering terkumpul, Tanuki berjalan di muka sambil memanggul ikatan ranting kering. Kelinci mengikuti dari belakang karena ia ingin membakar ranting kering di punggung tanuki. Tanuki bisa mendengar suara “crek-crek” dari dua buah batu api yang dibentur-benturkan kelinci, tapi pandangannya terhalang ranting kering yang sedang dipanggulnya. “Bunyi apa itu ‘crek-crek’?” tanya tanuki. Kelinci menjawab, “Oh, itu suara burung Crek-crek dari Gunung Crek-crek yang ada di sebelah sana.”


Setelah berhasil membakar punggung tanuki, kelinci menjenguk tanuki yang sedang sakit luka bakar. Tanuki diberi mustard yang menurut kelinci adalah salep obat luka bakar. Mustard yang dioleskan pada luka bakar di punggung tanuki makin membuat tanuki kesakitan. Di akhir cerita, tanuki diajak kelinci pergi memancing di danau. Perahu yang dinaiki kelinci dibuat dari kayu, tapi tanuki diberi perahu yang dibuat dari lumpur. Terkena air, perahu lumpur menjadi lunak dan tenggelam. Tanuki berenang sekuat tenaga ke tepian, tapi dipukuli kelinci dengan dayung dan mati tenggelam.


(www.mochihotoru.co.cc)