Showing posts with label History. Show all posts
Showing posts with label History. Show all posts
9:28 PM

GARIS WAKTU KESUSASTRAAN JEPANG

Jomon

to 200 BCE

Yayoi

200BCE-250CE

Kofun (tomb)

250-552

Early civilization 552-710


poetry

narrative/essays etc.

drama

600

Nara

710-743

Heian

794-1185

Manyôshû (c. 759)

Kojiki 712

Nihon shoki 720


800

Kokinshû (c. 914)

Ise monogatari (c. 920)

Makura no sôshi (c. 996)


1000

Kamakura

1185-1336


Genji monogatari (c.1011)


1200

Muromachi

1392-1568

Shinkokinshû (1205)

Hôjôki (1212)

Heike monogatari (c.1218)

Tsurezuregusa (c. 1330)

Kan’ami (noh drama)

1400

development of renga


Zeami (noh drama)

1600

Edo

1600-1868

development of haikai

Basho

active 1680’s

Saikaku

active 1680’s

bunraku and kabuki appear

Chikamatsu

active c. 1700

1800




Sumber: f99.middlebury.edu

(www.mochihotoru.co.cc)

8:57 PM

GARIS WAKTU SEJARAH JEPANG

Peristiwa Penting dan Kejadian Budaya di Jepang

Peristiwa Penting di Dunia


Zaman
Batu
Zaman
Jomon

Zaman
Yayoi



Abad
ke-4 - 5
Masehi

Dari zaman perburuan hingga zaman budidaya padi
Rakyat hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil dari alam

Mulainya pemukiman yang menetap; rakyat menggunakan perkakas batu yang sudah dipoles dan benda-benda gerabah

Mulainya budidaya padi dan penggunaan perkakas dari logam




Penyatuan istana Yamato berlangsung; mulainya budaya makam berbentuk bukit di seluruh negeri; agama Budha, huruf China, berbagai teknologi baru dan budaya masuk ke Jepang dari benua Asia


+ 3500SM

+ 3000SM
+ 2500SM

+ 1760SM

+ 1400SM
116

313


589


Peradaban pertama berkembang di Mesopotamia
Muncul negara persatuan di Mesir
Peradaban Indus berkembang di India
Aturan Hukum Hammurabi ditetapkan di Babylonia
Terbentuknya dinasti Yin di China
Kekaisaran Roma mencapai daerah terluas
Agama Kristen mendapat pengakuan resmi Kaisar Konstantin I
Dinasti Sui mempersatukan China


593
607

710
752
794

Zaman pembangunan kota dan kebangsawanan
Pangeran Shotoku menjadi wali kaisar
Kuil Horyuji (yang termasuk kategori bangunan kayu tertua yang masih ada di dunia) selesai dibangun
Ibukota dipindahkan ke Nara
Arca Besar Budha di kuil Todaiji selesai dibangun
Ibukota pindah ke Kyoto
Kaum bangsawan menjadi lebih berkuasa.
Mulainya penggunaan huruf Jepang, yaitu huruf Kana.
Genji Monogatari (Kisah Genji), novel tertua di dunia ditulis oleh Murasaki Shikibu





Abad ke-7



800


962





Nabi Muhammad saw. mulai menyiarkan agama Islam



Charlemagne, Raja Frank, dimahkotai sebagai Kaisar dari Kekaisaran Romawi Barat
Otto I dimahkotai sebagai Kaisar dari Kekaisaran Suci Romawi



1192
1274

1336

1397
1489


1543
1549
1590

Zaman Kebangsawanan dan zaman Keshogunan (pendekar perang/ samurai)
Minamoto no Yoritomo mendirikan keshogunan Kamakura
Orang-orang Mongol menyerang Jepang (Menyerang lagi pada tahun 1281)
Ashikaga Takauji mendirikan keshogunan Muromachi (Kyoto)
Kuil Paviliun Emas dibangun di Kyoto
Kuil Paviliun Perak dibangun di Kyoto
Peperangan dikalangan para penguasa feodal menyebar ke seluruh Jepang
Orang Portugis membawa masuk senjata api pertama ke Jepang
Masuknya agama Kristen ke Jepang oleh Franciscus Xaverius
Toyotomi Hideyoshi memersatukan Jepang



1206

1299

1337


1492



Genghis Khan mendirikan Kekaisaran Mongol
Kekaisaran Ottoman terbentuk

Mulainya Perang Seratus Tahun antara Inggris dan Perancis

Christopher Colombus menemukan benua Amerika


1603


1639




1853

Zaman Keshogunan hingga zaman saudagar
suasana toko serba ada Matsuzakaya pada tahun 1768 Tokugawa Ieyasu mendirikan keshogunan Edo
Para saudagar menjadi lebih berkuasa seiring dengan maraknya perdagangan
Jepang menjadi tertutup terhadap dunia luar (politik isolasi)
Jumlah sekolah di kuil (terakoya) bertambah; siswa diajarkan membaca, menulis, sempoa, moralitas dll.

Komodor Matthew Perry dari Angkatan Laut Amerika Serikat tiba di Uraga untuk mendesak dibukanya Jepang

1600




+ 1750
1776

1789

Inggris mendirikan East India Company
Negara-negara Eropa menjajah sebagian besar dunia

Mulainya Revolusi Industri di Eropa
Amerika memproklamasikan kemerdekaannya
Mulainya Revolusi Perancis.
Dikeluarkannya Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia


1854


1858

1867

1868






1889
1890

1894 - 1895

1904 - 1905
1914 - 1918

1923
1925
1941 - 1945
1945

Jepang membuka diri terhadap dunia luar
Jepang dan Amerika Serikat menandatangani Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan yang juga mengakhiri politik isolasi Jepang
Jepang menandatangani perjanjian perdagangan dengan berbagai negara
Jatuhnya keshogunan Edo. Kaisar menjadi tokoh sentral perpolitikan Jepang
Terjadinya Restorasi Meiji; kota Edo dinamai Tokyo
Terjadi perubahan besar dalam sistem politik dan sosial serta gaya hidup masyarakat Jepang
Sekolah Kaichi, salah satu sekolah tertua di JepangSistem wajib pendidikan diberlakukan; dimulai pembangunan sekolah-sekolah dasar di seluruh Jepang


Keluarnya Konstitusi Kekaisaran Jepang
Diselenggarakannya Diet (parlemen) Kekaisaran yang pertama

Perang China - Jepang
Industri sutera berkembang

Perang Rusia - Jepang

Perang Dunia I
Industri berat mulai berkembang

Gempa bumi Besar Kanto
Diberlakukan hak memberi suara pada pria
Perang Pasifik

Bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki











1876


1886





1903



1914-1918
1929


1939-1945
1945

1945











Alexander Graham Bell menciptakan telepon

Karl Benz menciptakan mobil bertenaga bensin




Wilbur dan Orville Wright melakukan penerbangan pertama dengan pesawat terbang

Perang Dunia I
Masa Depresi Besar di Amerika yang menimbulkan efek besar bagi perekonomian dunia
Perang Dunia II
Terbentuknya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
Diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia


1946

1949

1951

1956

1958

1964

1970

1972

1995
1998
2002

Masa Pasca Perang; Menuju Jepang yang Baru
Keluarnya Konstitusi Jepang
Diberlakukannya berbagai reformasi sosial
Yukawa Hideki menjadi orang Jepang pertama yang memenangkan hadiah Nobel untuk Fisika
Jepang menandatangani perjanjian perdamaian dengan berbagai negara
Jepang menjadi anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat
Jepang menandatangani perjanjian perdamaian dan persahabatan dengan Republik Indonesia
Olimpiade Tokyo diadakan sebagai olimpiade pertama di Asia
Toukaido Shinkansen (Bullet Train) mulai beroperasi
Eksposisi Dunia (World EXPO) diadakan di Osaka (merupakan EXPO pertama di Asia)
Okinawa dikembalikan kepada Jepang
Olimpiade Musim Dingin berlangsung di Sapporo
Gempa Besar Hanshin - Awaji (Kobe dan sekitarnya)
Olimpiade Musim Dingin berlangsung di Nagano
Piala Dunia FIFA diselenggarakan bersama oleh Jepang dan Republik Korea









1957


1961


1969









Uni Soviet meluncurkan Sputnik, satelit buatan manusia yang pertama
Yuri Gagarin dari Uni Soviet menjadi manusia pertama yang berada di ruang angkasa
Manusia menginjakkan kaki di bulan untuk pertama kali


Sumber: id.emb-japan.go.jp

4:56 PM

Mitologi Jepang

Foklor, sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya berdasarkan cerita yang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki, dan Fudoki dari berbagai provinsi di Jepang. Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar berkisar pada berbagai kami penghuni Takamanohara (Takamahara, atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dapat dijadikan rujukan.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/e/e5/Amaterasu_cave.JPG


Di zaman kuno, setiap daerah di Jepang diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan dalam berbagai bentuk dan folklor. Bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Kekaosaran Yamato, berbagai macam kepercayaan diadaptasi menjadi Kumitsugami atau “dewa yang dipuja” yang bentuknya menjadi hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam “Mitologi Takamanohara”. Sementara itu, wilayah dan penduduk yang sampai di abad berikutnya tidak dikuasai Kekaisaran Yamato atau pemerintah pusat Jepang yang lain, seperti Suku Ainu dan orang Kepulauan Ryuukyuu masing-masing juga memiliki mitologi sendiri.


Di abad pertengahan berkembang mitologi Jepang abad pertengahan (Chuusei Nihongi) dengan isi yang berbeda dari mitologi sebelumnya. Mitologi Jepang abad pertengahan tetap berpedoman pada Nihonshoki tapi dikembangkan hingga menjadi sangat berbeda dengan versi aslinya. Mitologi Jepang abad pertengahan ditemukan dalam epik perang seperti Taiheki, buku penggubahan syair dan anotasinya, serta berbagai Engi atau buku catatan asal-usul dan sejarah milik kuil agama Buddha dan Shinto.


Dalam mitologi Jepang abad pertengahan, berbagai kami dalam Kojiki dan Nihonshoki berdasarkan teori Honji Shijaku dikenali sebagai perwujudan sementara para Buddha dan Bodhisattva atau dianggap sejajar. Selain itu, mitologi Jepang abad pertengahan bercampur dengan unsur-unsur yang diambil dari seni dan cerita rakyat, mitologi berbagai daerah, serta menampilkan tingkat kedewaan dan benda-benda yang tidak ada di dalam Kojiki dan Nihonshoki.

Di pertengahan Zaman Edo, terdapat buku yang berjudul Kojiki-den dengan maksud melakukan interpretasi isi Kojiki hingga tuntas. Buku ini menyebabkan sumber utama mitologi Jepang bergeser dari Nihonshoki menjadi Kojiki dan keadaan ini bertahan hingga sekarang.


Penciptaan Dunia

Dunia berawal di Takamonahara di sana lahir berbagai kami seperti Kotoatmasuki dan Kaminoyonayo. Kami yang lahir paling akhir adalah dua bersaudara: Izanagi (Izanaki) dan Izanami.


Izanagi dan Izanami

Izanagi dan Izanami turun di Ashinara No Shikami, menikah, dan berturut-turut melahirkan pulau-pulau yang membentuk kepulauan Jepang yang disebut Yashima Setelah melahirkan berbagai kami, Izanami tewas akibat luka bakar saat melahirkan Kagutshuci (Dewa Api). Setelah membunuh Kagutsuchi, Izanagi pergi ke negeri Yomi untuk mencari dan menyelamatkan Izanami. Setelah berada di negeri Yomi, wujud Izanami berubah menjadi menakutkan. Izanagi yang melihat sosok Izanami menjadi lari ketakutan.


Izanagi menjalani misogi (mandi) karena tidak suka dengan kekotoran (kegare) yang terbawa dari Yomi. Ketika melakukan misogi, Izanagi melahirkan pula sejumlah kami, saat mencuci mata kiri terlahir Amaterasu (Dewa Matahari, penguasa Takamanohara), saat mencuci mata kanan terlahir Tsukuyami (dewa bulan, penguasa malam), dan saat mencuci hidung lahir Susanoo (penguasa samudra). Ketiga kami ini disebut Miha Shira No. Uzu No Miko, dan menerima perintah dari Izanagi untuk menguasai dunia.


Amaterasu dan Susanoo

Susanoo ingin pergi ke tempat Izanami di Ne no Kuni dan berteriak-teriak menangis hingga membuat kerusakan luar biasa di langit dan bumi. Susanoo akhirnya pergi naik ke Takamanohara yang diperintah Amaterasu. Kedatangan Susanoo salah dimengerti, Amaterasu menyangka Susanoo datang untuk merebut Takamanohara. Susanoo disambut Amaterasu dengan busur dan anak panah.


Agar kecurigaan Amaterasu terhapus, dari setiap benda yang menempel di badan Susanoo lahir kami yang jenis kelaminnya membuktikan kemurnian tubuh Susanoo. Amaterasu percaya dan mengizinkan Susanoo berada di Takamanohara. Di sana Susanoo membuat keonaran lagi sampai Amaterasu bersembunyi di dalam gua Ama No Iwato. Amaterasu adalah Dewa Matahari, sehingga matahari tidak terbit selama Amaterasu bersembunyi. Para kami di Takamanohara menjadi susah hati. Amaterasu akhirnya keluar dari dalam gua setelah dikelabui. Susanoo yang sering membuat susah akhirnya diusir ke dunia bawah.

Legenda Izumo

Susanno turun ke negeri Izumo. Setelah berhasil membunuh monster Yamano Orochi yang suka merusak, Susanoo menikah dengan putri Kunitsukami. Cucu keturunan Susanoo bernama Ooikunitsi menikah dengan putri Susanoo dan membangun negeri Sukunaihokaradan Ashihara no Nakatsukuni. Menurut penjelasan nama tempat yang ada di buku Fudoki negeri Izumo, lokasi pembasmian Yamata no Orochi ada di distrik Ou (sekarang kota Yasugi, Perfektur higame), tapi bukan Susanoo yang menjadi pahlawan, melainkan Oonamuchi (Ookuninushi).


Penaklukan Ashihara no Nakatsu

Sementara itu, Amaterasu dan para kami (Amatsukami) di Takamanohara menyatakan negeri Ashihara no Nakatsu no Kuni (Izumo) harus diperintah Amatsukami atau cucu keturunan Amaterasu. Sejumlah kami dikirim ke Izumo untuk mewujudkan keinginan ini. Setelah dua anak Ookuninushi, Kotoshironushi dan Takeminakata menitis ke Amatsukami, Ookuninushi berjanji untuk memberikan negeri Izumo dengan syarat dibangunkan sebuah istana. Istana ini nantinya disebut Izumo Taisha.


Ninigi yang merupakan cucu Amaterasu menerima Ashihara no Nakatsu. Ninigi turun ke negeri Hyaga dan kemudian menikahi Putri Konohanasakuya.


Kisah Hoori dan Hoderi

Ninigi memiliki dua putera, Hoori dan Hoderi. Mata pancing milik Hoderi dihilangkan Hoori sehingga kedua bersaudara ini bertengkar. Hoori lalu pergi ke istana Kaijin (Dewa Laut) dan menemukan mata pancing Hoderi di sana. Sewaktu berada di sana, Hoori menikah dengan putri dewa laut. Dari pernikahan ini lahir anak laki-laki bernama Ugaya Fukiaezu. Putra keturunan Ugaya Fukiaezu yang bernama Kamuyamato Iwarehito nantinya menjadi Kaisar Jimmu.


Kaisar Jimmu

Kamuyamato Iwarehito dan kakak-kakaknya berkeinginan menguasai Yamato. Penduduk yang sejak dulu berdiam wilayah Yamato melawan dengan sekuat tenaga, dan pertempuran sengit terjadi. Kesaktian Kamuyamato Iwarehiko yang masih keturunan dewa bukan tandingan bagi penduduk Yamato. Pada akhirnya, Kamuyamato Iwarehiko naik tahta sebagai kaisar di kaki gunung Unebikashihara no Miya. Kamuyamato Iwarehiko nantinya dikenal sebagai kaisar pertama Jepang Kaisar Jimmu.


Setelah Kaisar Jimmu wafat, pemberontakan dilancarkan putra Kaisar Jimmu yang bernama Tagishimimi. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan Kamununakawamimi yang kemudian naik tahta sebagai Kaisar Suizei.


Kesshi Hachi-dai

Delapan kaisar, termasuk kaisar kedua Kaisar Suizei hingga kaisar ke-9 Kaisar Kaika disebut sebagai Kesshi Hachi-dai. Kedelapan nama kaisar tertulis dalam Kojiki dan Nihon-shoki, tapi tidak dijelaskan peran dan jasa-jasanya.


Tengu

Tengu adalah bagian dari mitologi Jepang. Dalam bahasa Jepang, kata “tengu” berarti anjing surga. Ada dua jenis tengu yang dikenal dalam mitologi Jepang. Yang pertama, adalah tengu tradisional atau “crow tengu” yang memiliki paruh seperti burung, cakar dan sayap burung, namun mempunyai tubuh manusia.


Yang kedua adalah yamabushi atau tengu yang dikenal dengan sebutan “pendeta gunung”. Mereka berwujud manusia, namun memiliki hidung yang sangat panjang. Di Jepang, banyak dijual topeng kayu yang menampilkan wujud tengu.


Dalam bahasa Inggris, tengu diterjemahkan menjadi “goblin” atau sejenis hantu. Jadi, apa hubungan antara “anjing surga” dengan pendeta gunung berhidung panjang? Atau sosok manusia burung?


Masyarakat Cina mengenal legenda tentang hantu gunung yang bernama tien-kou, karakter yang dikenal dengan nama celestial dogs atau heavenly dogs (anjing-anjing surga).


Cara melafalkan kata tien-kou agak mirip dengan pelafalan tengu dlm bahasa Jepang. Namun definisi dari tengu versi Cina dan Jepang berbeda. Tengu dalam masyarakat Cina merujuk ke legenda komet atau meteor. Menurut legenda, meteor adalah raga makhluk surgawi yang jatuh ke bumi. Ekor komet mengingatkan masyarakat Cina pada ekor musang atau anjing. Tengu dalam definisi Cina lebih merujuk pada makhluk astral.


Legenda tengu Jepang muncul di abad ke-6 dan 7. Tengu dalam istilah Jepang merujuk pada makhluk burung dan pendeta berhidung panjang. Tengu berwujud manusia burung sering menculik anak-anak kecil, membuat orang tersesat dan menyebabkan kebakaran hutan. Mereka juga bisa berubah wujud menjadi lelaki, wanita dan anak-anak.


*) Penulis adalah Mahasiswi Sastra Inggris Unand

(www.mochohotoru.co.cc)

6:12 PM

MENELUSURI ZAMAN TAISHO

Zaman Taisho (大正時代 Taishou jidai, "Zaman Keadilan Agung"), atau Era Taisho, merupakan zaman dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak 30 Juli 1912 hingga 25 Desember 1926, bertepatan dengan mulai berkuasanya Kaisar Taisho. Kesehatan kaisar baru ini sangatlah lemah, sehingga mendorong pergeseran kekuatan politik dari kelompok negarawan tua (atau genrou) ke Diet Jepang dan partai-partai demokratis. Dengan demikian, zaman ini dianggap awal masa berdirinya gerakan liberal bernama Demokrasi Taisho di Jepang; istilah ini sering digunakan untuk dibandingkan dengan kesemrawutan zaman Meiji dan tahun-tahun pertama zaman Showa setelahnya yang penuh militerisme.

1. WARISAN ZAMAN MEIJI
Pada tanggal 30 Juli 1912, Kaisar Meiji meninggal dunia dan Putra Mahkota Yoshihito naik tahta dan menjadi kaisar baru bagi rakyat Jepang, memulai zaman Taisho. Akhir zaman Meiji ditandai dengan mengalirnya investasi domestik dan asing besar-besaran dari pemerintah dan dimulainya program pertahanan, yang hampir saja menghabiskan anggaran negara, dan kurangnya bank-bank cadangan asing yang membayar utang.

Pengaruh kebudayaan asing yang dirasakan pada zaman Meiji berlanjut. Kobayashi Kiyochika mengadopsi gaya melukis Barat di samping melukis dalam ukiyo-e. Okakura Kakuzo memiliki minat terhadap lukisan tradisional Jepang. Mori Ogai dan Natsume Soseki melanjutkan sekolah di Barat dan memperkenalkan lebih banyak pandangan modern mengenai kemanusiaan.

Banyak kejadian yang mengalir sejak Restorasi Meiji pada 1868 telah menjumpai tak hanya pemenuhan dari banyak sasaran hasil politik dan ekonomi domestik dan asing––tanpa menderita penjajahan seperti bagsa Asia lainnya––tetapi juga sebuah pandangan intelektual baru, tepat saat masyarakat dunia gencar membicarakan masalah sosialisme dan proletariat urban tengah berkembang pesat. Hak pilih laki-laki, kesejahteraan sosial, hak buruh, dan protes tanpa kekerasan merupakan cita-cita bagi gerakan aliran kiri pada masa awal. Penindasan pemerintah terhadap kubu sayap kiri dan aktivitasnya, bagaimanapun, mengarah kepada semakin hebatnya aksi radikal aliran sayap kiri ini dan penindasan yang lebih hebat pula, menghasilkan pembubaran Partai Sosialis Jepang (日本社会党 Nihon Shakaitō) hanya setahun setelah pendiriannya pada tahun 1906 dan kegagalan gerakan sosialis secara umum.

Permulaan zaman Taisho ditandai oleh krisis politik Taisho pada tahun 1912-1913 yang mengganggu kesepakatan politik yang ada. Ketika Saionji Kinmochi mencoba untuk memotong anggaran militer, menteri angkatan darat mundur, menjatuhkan kabinet Rikken Seiyukai. Baik Yamagata Aritomo maupun Saionji menolak untuk menempati posisi yang ditinggalkan itu, dan genro tak dapat menemukan solusi. Penghinaan masyarakat terhadap manipulasi militer di kabinet dan penjatuahn Katsura Taro pada masa jabatan ketiga mengarah kepada semakin banyaknya permintaan untuk mengakhiri politik genro. Meskipun dihalangi kekuatan oposisi, kekuatan konservatif membentuk sebuah partai sendiri pada tahun 1913, Rikken Doshikai, sebuah partai yang memenangkan mayoritas di Diet mengalahkan Seiyukai di akhir 1914.
Pada 12 Februari 1913, Yamamoto Gonbei menggantikan Katsura sebagai perdana menteri. Sedangkan pada bulan April 1914, Okuma Shigenobu menggantikan Yamamoto.

2. PERANG DUNIA I DAN HEGEMONI DI CINA
Setelah merampas kesempatan yang dimiliki Berlin dalam Perang Eropa (yang segera berubah menjadi Perang Dunia I) dan bermaksud memperluas lingkungan pengaruhnya di Cina, Jepang mendeklarasikan perang terhadap Jerman pada 23 Agustus 1914, dan dengan cepat menduduki daerah yang dilepaskan Jerman di Provinsi Shandong di Cina serta kepulauan Mariana, Caroline, dan Marshall di Laut Pasifik. Pada 7 November, Jiaozhou menyerah kepada Jepang.

Bersama sekutu-sekutu Baratnya yang terlibat dalam perang di Eropa, Jepang berusaha lebih jauh mengonsolidasikan posisinya di Cina dengan mengajukan Tuntutan Duapuluh-Satu (Bahasa Jepang: 対華二十一ヶ条要求; Bahasa Cina: 二十一条) kepada Cina pada bulan Januari 1915 disertai peringatan akan dampak yang mengerikan jika Cina tidak menyetujuinya. Di samping memperluas kendali di wilayah kekuasaan Jerman, Manchuria dan Mongolia Dalam, Jepang pun berusaha ikut serta dalam kepemilikan sebuah kompleks tambang logam terbesar di Cina tengah, pelarangan terhadap penyerahan dan penyewaan daerah pantai dari Cina kepada pihak ketiga dan kekuatan militer, ekonomi, dan politik lain, yang jika diterima akan mengurangi pengaruh Jepang di daerah itu. Karena lambatnya negosisasi dengan pemerintah Cina, sentimen anti-Jepang meluas di Cina serta pengapkiran internasional terhadap Jepang untuk menarik lima kelompok Tuntutan Duapuluh Satu dan perjanjian terakhir akhirnya ditandatangani pada bulan Mei 1915.

Hegemoni Jepang di bagian utara Cina dan bagian lain di Asia dimudahkan lewat berbagai perjanjian internasional. Perjanjian dengan Rusia pada 1916 mengamankan lebih jauh pengaruhnya di Manchuria dan Mongolia Dalam, sedangkan perjanjian lain dengan Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat pada 1917 mengakui kekuasaan teritorial Jepang di Cina dan daerah Pasifik. Kredit Nishihara (dinamakan sesuai tokoh representative Tokyo di Beijing, Nishihara Kamezo) pada tahun 1917 dan 1918, sambil memberi bantuan kepada pemerintah Cina, menjadikan Cina berutang kepada Jepang lebih banyak lagi. Menjelang akhir masa perang, permintaan Jepang terhadap sekutu Baratnya akan bahan baku persenjataan meningkat tajam, dengan demikian membantu memperbanyak jenis industri di dalam negeri, meningkatkan ekspor, dan mengubah posisi Jepang dari negara debitor ke negara kreditor untuk pertama kalinya.

Kekuatan Jepang di Asia semakin bertambah seiring keruntuhan rezim tsaris di Rusia dan kekacauan karena Revolusi Bolshevik 1917 di Siberia. Melihat adanya kesempatan emas, tentara Jepang kemudian menduduki Siberia sepanjang Danau Baikal. Untuk melakukannya, Jepang harus melakukan perjanjian dengan Cina untuk bisa melintasi daerah teritori Cina. Meskipun jumlah tentara sengaja dikurangi untuk menghindari pertentangan dengan Amerika Serikat, lebih dari 70.000 tentara Jepang bergabung dengan kesatuan militer kecil Pasukan Ekspedisi Sekutu (Allied Expeditionary Force) yang dikirim ke Siberia pada tahun 1918 selama Perang Saudara di Rusia.

Perang Dunia I memberi peluang bagi Jepang, yang berperang mendukung Sekutu, untuk memperluas pengaruhnya di Asia dan Pasifik. Bertindak hampir tanpa kendali pemerintah sipil, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang merampas koloni-koloni Jerman di Micronesia.

Pada 9 Oktober 1916, Terauchi Masatake diangkat menjadi perdana menteri menggantikan Okuma Shigenobu. Pada 2 November 1917, Perjanjian Lansing-Ishii menandai adanya pengakuan kepentingan di Cina dan perjanjian untuk menjaga “Kebijakan Pintu Terbuka” (門戸開放政策). Pada bulan Juli 1918, Ekspedisi Siberia diluncurkan bersamaan dengan menyebarnya 75.000 tentara Jepang. Pada bulan Agustus 1918, huru-hara beras (komesoudou) terjadi di seluruh kota-kota di Jepang.

3. JEPANG PASCA-PERANG DUNIA I: DEMOKRASI TAISHO
Masa setelah perang mengantarkan kepada kesejahteraan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jepang mengikuti konferensi perdamaian di Versailles tahun 1919 sebagai salah satu kekuatan industri dan militer terkuat di dunia dan menerima pengakuan resmi sebagai salah satu dari anggota baru “Lima Besar”, kelompok negara terkuat di dunia internasional. Tokyo ditawari kursi abadi dalam Dewan Liga Bangsa-Bangsa dan perjanjian damai yang menegaskan pemindahtanganan hak kuasa Jerman di Shandong, sebuah ketetapan yang mengundang munculnya kerusuhan anti-Jepang dan gerakan politik massa di seluruh Cina. Tak jauh beda dengan itu, pulau-pulau yang sebelumnya dikuasai Jerman di Pasifik ditempatkan di bawah mandat Jepang. Jepang juga terlibat dalam intervensi Sekutu di Rusia pascaperang dan menjadi kekuatan Sekutu terakhir yang menarik pasukan pada tahun 1925. Meskipun hanya memiliki peran kecil dalam Perang Dunia I (dan terdapat penolakan pihak Barat terhadap penawarannya tentang klausul persamaan ras dalam perjanjian damai), Jepang muncul sebagai pelaku besar dalam pentas politik internasional pada penutupan perang.

Sistem politik dua-partai yang sedang berkembang di Jepang sejak pergantian abad akhirnya muncul kegemilangannya setelah Perang Dunia I, melahirkan nama kecil dari zaman itu, Demokrasi Taisho. Pada tahun 1918, Hara Takashi, anak didik Saionji dan seorang yang berpengaruh besar di kabinet Seiyukai pada masa praperang, menjadi rakyat jelata pertama yang menduduki jabatan perdana menteri. Dia mengambil kesempatan dari hubungan baiknya yang dia jalin dengan orang-orang di pemerintahan, lalu meraih banyak dukungan dari Majelis Tinggi dan genro yang masih bertahan, serta membawa menteri angkatan darat Tanaka Giichi, yang memiliki keinginan lebih besar dibanding pendahulunya terhadap hubungan militer sipil yang baik, ke dalam kabinetnya. Meskipun begitu, masalah besar menanti Hara: inflasi, kebutuhan akan perbaikan kondisi perekonomian Jepang pascaperang, arus pola pikir Barat yang leluasa masuk, dan munculnya gerakan buruh. Solusi praperang diaplikasikan oleh kabinetnya untuk menyelesaikan permasalahan praperang ini, dan sedikit telah diselesaikan untuk mereformasi pemerintahan. Hara bekerja untuk meyakinkan mayoritas Seiyukai dengan menggunakan metode yang telah teruji, seperti perundang-undangan pemilihan umum yang baru dan pemetaan kembali wilayah pemilihan, serta peningkatan program kerja sektor riil yang dibiayai pemerintah.

Masyarakat menjadi sangat kecewa karena utang negara semakin banyak dan perundang-undangan pemilihan umum yang baru, yang mengubah batas pembayaran pajak minimal yang lama bagi para pemilih. Teriakan dari bawah semakin kencang mengenai hak pilih umum dan pembongkaran jaringan partai politik lama. Para siswa, profesor, dan jurnalis, dengan dukungan persatuan buruh serta kelompok demokrasi, komunis, sosialis, anarkis dan kelompok pemikir a la Barat lain, melakukan demonstrasi besar-besaran namun tertib untuk menyuarakan hak pilih laki-laki pada tahun 1919 dan 1920. Pemilihan umum yang baru masih tetap memberi kursi mayoritas kepada Seiyukai, namun hampir saja tak seperti itu. Dalam lingkungan pergaulan politik masa itu, terdapat pengembangbiakan partai-partai baru, termasuk partai-partai sosialis dan komunis.

Di tengah gejala politik seperti ini, Hara dibunuh oleh seorang pekerja rel kereta yang merasa kecewa pada tahun 1921. Hara pun digantikan oleh seorang perdana menteri nonpartai dan kabinet koalisi. Ketakutan akan semakin melebarnya daerah pemilihan, kubu sayap kiri, dan perubahan sosial yang berkembang akibat arus budaya popular dari Barat (diilustrasikan dalam manga dan anime “Haikara-san ga Toru” yang popular tahun 1970an) membawa kepada jalan terciptanya Hukum Pemeliharaan Perdamaian pada tahun 1925, yang melarang adanya perubahan dalam struktur politik atau penghapusan kepemilihan pribadi.

Koalisi yang tak stabil dan terpecah-belahnya Diet mengarah pada bergabungnya Kenseikai (憲政会 Asosiasi Pemerintahan Konstitusional) dan Seiyuu Hontou (政友本党 Seiyūkai Sejati) pada 1927. Program partai Rikken Minseito mengikat kepada sistem parlementer, politik demokratis, dan perdamaian dunia. Kemudian, hingga 1932, Seiyukai dan Rikken Minseito berubah-ubah posisinya sebagai partai terkuat.

Meskipun ada usaha dalam perbaikan perpolitikan, harapan akan terciptanya pemerintahan yang teratur, krisis ekonomi dalam negeri mengganggu stabilitas setiap partai yang berkuasa. Rencana penghematan fiskal dan seruan untuk mendapat dukungan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah konservatif seperti Hukum Pemeliharaan Perdamaian––termasuk peringatan-peringatan akan kewajiban moral untuk berkorban bagi kaisar dan negara––dicoba untuk menyelesaikan masalah. Meskipun Depresi Besar yang melanda dunia di akhir tahun 1920an hingga awal 1930an tak terlalu berpengaruh besar terhadap perekonomian Jepang––tentu saja ekspor Jepang meningkat secara substansial selam periode ini––terdapat rasa ketidaksenangan yang semakin meningkat dan berakibat semakin banyak pula usaha pembunuhan terhadap perdana menteri Osachi Hamaguchi yang diusung Rikken Minseito pada tahun 1930. Meski Hamaguchi selamat dari kematian akibat penyerangan dan berusaha melanjutkan pekerjaannya sambil menahan sakit karena luka yang dia derita, dia dituntut untuk segera mundur dari jabatan di tahun berikutnya dan meninggal tak lama kemudian.

4. KOMUNISME DAN RESPONS YANG MUNCUL
Kemenangan Bolsheviks di Rusia pada tahun 1917 dan harapan mereka akan revolusi dunia membawa pada pendirian Komitern. Komitern sadar akan pentingnya Jepang dalam menggapai kesuksesan revolusi di Asia Timur dan secara aktif bekerja membentuk Partai Komunis Jepang, yang didirikan pada Juli 1922. Tujuan yang diumumkan partai ini pada tahun 1923 adalah untuk mengakhiri feodalisme, penghapusan sistem monarki, pengakuan terhadap Uni Soviet, dan penarikan pasukan Jepang dari Siberia, Sakhalin, Cina, Korea, dan Taiwan. Sebuah penindasan brutal yang dilakukan partai ini pun terjadi. Kelompok radikal pun membalas dengan sebuah percobaan pembunuhan terhadap Pangeran Hirohito. Hukum Pemeliharaan Perdamaian 1925 adalah respons langsung terhadap “pemikiran-pemikiran berbahaya” yang disusupi oleh elemen komunis di Jepang.

Liberalisasi perundang-undangan pemilihan dengan terciptanya Undang-Undang Pemilihan Umum pada tahun 1925 memberi keuntungan kepada kandidat dari partai komunis, bahkan meskipun Partai Komunis Jepang sendiri dilarang keberadaannya. Hukum Pemeliharaan Kedamaian yang baru pada 1928, bagaimana pun, menghalangi usaha kubu komunis ini lebih jauh dengan melarang partai-partai yang telah mereka susupi. Aparat kepolisian pada waktu itu ada di mana-mana dan dengan sungguh-sungguh mencoba mengontrol gerakan sosialis. Sejak tahun 1926, Partai Komunis Jepang melakukan gerakan bawah tanah, pada musim panas 1929 kepemimpinan partai hampir benar-benar hancur, dan tahun 1933 partai ini terintegrasi secara luas.

Ultra-nasionalisme merupakan ciri khas politik sayap-kanan dan militerisme konservatif sejak lahirnya Restorasi Meiji, memberi sumbangan besar terhadap politik pro-perang tahun 1870an. Para mantan samurai yang merasa kecewa lalu mendirikan lembaga-lembaga patriotis dan organisasi yang menggabungkan kecerdasan, seperti Gen’yousha (玄洋社 Lembaga Lautan Hitam, ditemukan tahun 1881) beserta cabang-cabangnya, Kokuryuukai (黒竜会 Lembaga Naga Hitam atau Lembaga Sungai Amur, didirikan pada tahun 1901). Kelompok-kelompok ini menjadi sangat aktif di dalam perpolitikan dalam dan luar negeri, membantu meningkatkan sentimen properang, dan mendukung penyebab ultra-nasionalis selama akhir Perang Dunia II. Setelah kemenangan Jepang atas Cina dan Rusia, para pendukung ultranasionalisme memusatkan perhatian kepada isu-isu dalam negeri dan ancaman dalam negeri yang terasa, seperti sosialisme dan komunisme.

5. KEBIJAKAN LUAR NEGERI TAISHO
Nasionalisme Cina yang muncul, kemenangan komunis di Rusia, dan kehadiran Amerika Serikat di Asia Timur, semuanya melawan kehendak Jepang dalam kebijakan luar negerinya. Ekspedisi Siberia yang berlangsung empat tahun dan aktivitas di Cina, digabungkan dengan program-program pembelanjaan dalam negeri yang demikian besar, telah menghabiskan pendapatan yang didapat Jepang semasa perang. Hanya dengan praktik bisnis yang lebih kompetitif, yang didukung pertumbuhan ekonomi yang lebih jauh, serta modernisasi industri, yang diakomodasi oleh pertumbuhan zaibatsu, yang bisa membangkitkan kembali harapan untuk menjadi kekuatan dominan di Asia. Amerika Serikat, selama menjadi sumber dari banyak barang-barang impor dan pinjaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, terlihat sebagai rintangan besar bagi tujuan ini karena kebijakannya termasuk imperialisme Jepang.

Titik balik internasional dalam diplomasi militer adalah Konferensi Washington 1921-1922, yang menghasilkan sebuah perjanjian berkelanjutan yang mengakibatkan adanya sebuah kekuatan baru di wilayah Pasifik. Permasalahan ekonomi Jepang membuat pembangunan angkatan laut hampir mustahil dan, karena sadar akan keinginannya untuk bersaing dengan Amerika Serikat dalam bidang ekonomi dibanding basis militer, usaha pendekatan pun tak dapat dielakkan. Jepang mengambil sikap yang lebih netral terhadap perang saudara di Cina, tak lagi berusaha untuk memperluas hegemoninya di Cina sebagaimana harusnya, dan bergabung dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis dalam mendukung pertumbuhan dalam negeri Cina.

Dalam Perjanjian Empat Kekuatan dalam Kepemilikan Pulau yang ditandatangani tanggal 13 Desember 1921, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sepakat untuk mengakui keadaan status quo di Pasifik. Di samping itu Jepang dan Inggris sepakat untuk menghentikan secara resmi Perjanjian Persekutuan yang mereka dahulu sepakati. Perjanjian Perlucutan Senjata Lima Kekuatan setuju pada 6 Februari 1922 untuk menetapkan rasio jumlah armada angkatan laut internasional untuk Amerika Serikat, Inggris Jepang, Prancis, dan Italia (5 : 5 : 3 : 1,75 : 1,75) dan membatasi ukuran dan persenjataan kapal perang yang telah atau sedang dibangun. Dalam perjalanannya di mana Jepang mendapat lebih banyak kebebasan bergerak di Pasifik, Washington dan London sepakat untuk tidak membangun basis militer antara Singapura dan Hawaii.

Tujuan dari Perjanjian Kekuatan Sembilan yang juga ditandatangani pada 6 Februari 1922 oleh Belgia, Cina, Belanda, dan Portugal, bersamaan dengan kelima kekuatan inti, adalah pencegahan perang di Pasifik. Negara-negara yang ikut menandatangani sepakat untuk menghormati integritas dan kemerdekaan Cina, tidak ikut campur dalam usaha menciptakan kestabilan pemerintahan di Cina, menghindar dari pencarian hak khusus di Cina atau pengancaman posisi bangsa lain di sana, mendukung sebuah kebijakan mengenai persamaan peluang dalam perdagangan dan industri semua bangsa di Cina, dan menguji kembali kebijakan otonomi tariff dan ekstrateritorialitas. Jepang juga sepakat untuk menarik semua pasukan dari Shandong, melepaskan semua kecuali semata-mata hak ekonomi di sana, dan mengevakuasi semua pasukannya dari Siberia.

6. AKHIR DEMOKRASI TAISHO
Secara keseluruhan, selama tahun 1920an, Jepang mengganti arah politiknya menjadi system pemerintahan demokrasi. Namun, pemerintahan parlementer tidak benar-benar mengakar untuk bertahan di bawah tekanan politik dan ekonomi pada tahun 1930an, selama pemimpin-pemimpin militer memiliki pengaruh yang makin lama makin kuat. Pergantian kekuasaan ini dimungkinkan oleh ambiguitas dan ketidaktepatan konstitusi Meiji, yang secara khusus disusun sebagai penghormatan terhadap posisi Kaisar dalam hubungannya dengan konstitusi.

7. PERISTIWA-PERISTIWA
• 1912: Kaisar Taisho menerima mahkota kekaisaran (30 Juli). Jenderal Katsura Taro menjadi perdana menteri untuk masa jabatan ketiga (21 Desember).
• 1913: Katsura dipaksa untuk meletakan jabatan, dan Laksamana Yamamoto Gonnohyoe menjadi perdana menteri (20 Februari).
• 1914: Okuma Shigenobu menjadi perdana menteri untuk kali kedua (16 April). Jepang mendeklarasikan perang terhadap Jerman, bergabung dengan pihak Sekutu (23 Agustus).
• 1915: Jepang mengirim Tuntutan Duapuluh Satu kepada Jenderal Yuan Shikai yang berkuasa di Cina (18 Januari)
• 1916: Terauchi Masatake menjadi perdana menteri (9 Oktober).
• 1917: Perjanjian Lansing-Ishii ditandatangani Amerika Serikat dan Jepang (2 November).
• 1918: Ekspedisi Siberia diluncurkan (Juli). Hara Takashi menjadi perdana menteri (29 September).
• 1919: Gerakan Satu Maret mulai melawan aturan colonial di Korea (1 Maret).
• 1920: Jepang membantu pendirian Liga Bangsa-Bangsa.
• 1921: Hara tewas dibunuh dan Takahashi Korekiyo menjadi perdana menteri (4 November). Hirohito dinobatkan menjadi calon kaisar selanjutnya (29 November). Perjanjian Empat Kekuatan ditandatangani (13 Desember).
• 1922: Perjanjian Perlucutan Senjata Lima Kekuatan ditandatangani (6 Februari). Laksamana Kato Tomosaburo menjadi perdana menteri (12 Juni). Jepang menarik pasukan dari Siberia (28 Agustus).
• 1923: Gempa bumi besar Kanto menghancurkan Tokyo (1 September). Yamamoto menjadi perdana menteri untuk masa jabatan kedua (2 September).
• 1924: Kiyoura Keigo diangkat menjadi perdana menteri (7 Januari). Pangeran Hirohito (calon Kaisar Showa) menikahi Nagako Kuniyoshi (calon Kaisar Wanita Kojun) (26 Januari). Kato Takaaki menjadi perdana menteri (11 Juni).
• 1925: Undang-Undang Pemilihan Umum diloloskan, semua laki-laki berumur di atas 25 tahun memperoleh hak untuk memilih (5 Mei). Di samping itu, Hukum Pemeliharaan Kedamaian juga diloloskan. Putri Shigeko, putri pertama Hirohito dilahirkan (9 Desember)
• 1926: Kaisar Taisho meninggal; Hirohito dinobatkan menjadi kaisar Jeang yang baru (25 Desember).

8. KALENDAR YANG SAMA
Secara kebetulan, awal penanggalan Taisho tercatat pada waktu yang bersamaan dengan kalendar Juche di Korea Utara, dan kalendar Minguo di Republik Cina (Taiwan).

6:43 PM

MENELUSURI ZAMAN MEIJI

Zaman Meiji (明治時代 Meiji jidai), atau periode Meiji, menandakan 45 tahun berkuasanya Kaisar Meiji, berlangsung, menurut kalender Gregorian, dari 23 Oktober 1868 hingga 30 Juli 1912, sesudah zaman Keio (慶応時代 Keiou jidai) dan sebelum zaman Taisho (大正時代 Taishou jidai). Selama masa ini, Jepang memulai modernisasi secara besar-besaran dan menunjukkan kekuatannya pada dunia. Nama zaman ini berarti ‘aturan pencerahan’.

Setelah kematian Kaisar Meiji pada tahun 1912, Kaisar Taisho menerima tahta, dan memulai Zaman Taisho.

1. RESTORASI MEIJI AND KEKAISARAN
Tanggal 3 Februari 1867, Mutsuhito yang baru berusia 15 tahun meneruskan kekuasaan ayahnya, Kaisar Komei dan zaman baru Meiji, yang berarti ‘aturan pencerahan’, diumumkan. Restorasi Meiji pada tahun 1868 mengakhiri 265 tahun berdirinya Keshogunan Tokugawa yang feodalistis.

Reformasi pertama adalah pengumuman Lima Pasal Dekrit yang merupakan rencana politik pemerintahan baru pada tahun 1868 (tahun 4 zaman Keio), sebuah pernyataan umum mengenai visi dan misi pemerintahan Meiji untuk meningkatkan moralitas dan memperoleh dukungan finansial demi terbentuknya pemerintahan baru dalam bentuk sumpah kepada dewa. Isinya terdiri dari:
1. Pembentukan dewan-dewan legislatif;
2. Pelibatan semua golongan masyarakat dalam mengadakan hubungan antarnegara;
3. Penarikan kembali aturan perpajakan dan pembatasan kelas dalam pekerjaan;
4. Penggantian ‘tradisi setan’ dengan ‘hukum alam’; dan
5. Pengiriman utusan ke Eropa dan Amerika untuk mempelajari ilmu Barat dan memperkuat fondasi hukum pemerintahan Meiji.

Di dalam lima pernyataan resmi tersebut, kaisar mengadakan tukar-menukar pendapat untuk mengembangkan pembangunan politik dan ekonomi. Dengan demikian Jepang akan meunjukkan kepada seluruh dunia bahwa mereka akan membangun negaranya dengan menuntut ilmu pengetahuan. Namun di pihak lain, dengan adanya perlawanan rakyat terhadap kebijaksanaan politik yang melarang pemberontakan dan agama Kristen, maka keadaan dianggap akan sama dengan keadaan di zaman Edo. Perlawanan yang paling sengit datang dari Toba dan Fushimi (戊辰戦争, Boshin-sensou), masih terdapat mantan samurai di zaman bukufu yang melawan pemerintahan baru, sehingga pemberontakan tetap berlanjut selama setengah tahun di Ueno (Tokyo), Aizu (Fukushima-ken), Boryokaku (Hakodate). Namun pergolakan tersebut akhirnya dapat diredam oleh tentara pemerintahan baru yang berpusat di Satcho, sehingga penyatuan Jepang pada zaman pemerintahan beru Meiji ini dapat diselesaikan.

Pemerintah Meiji memulai bermacam-macam reformasi untuk membuat struktur lembaga politik baru yang berpusat pada kaisar. Reformasi pada masa ini disebut Restorasi Meiji. Pemerintahan yang baru pada tahun 1869 (Meiji II) memerintahkan kepada para daimyo agar tanah wilayah han dan rakyat yang tinggal di wilayah tersebut dikembalikan dari daimyo ke kaisar. Kebijakan selanjutnya keluar pada tahun 1871 (Meiji IV) yang memutuskan untuk menghapus sssistem han, membagi seluruh negeri menjadi sistem ken, serta dikirimkan pegawai pemerintahan langsung dari pusat, yang disebut pula haihanchiken. Dengan begitu, pajak seluruhnya dikumpulkan oleh pemerintah, dan pegawai pemerintah tinggal menerima gaji dari pemerintah.

Di samping itu, pemerintah menyatakan shiminhyodo (persamaan empat strata sosial), yaitu: bangsawan feodal menjadi kazokui, kaum samurai menjadi shizoku, petani, tukang, dan pedagang menjadi heinin. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat biasa pun berhak memilik nama keluarga, pekerjaan, ataupun tempat tinggal dengan bebas.

2. BIDANG POLITIK
Pemerintah baru Meiji terus berupaya memajukan diplomasi. Awalnya pemerintah memikirkan cara untuk mengubah perjanjian-perjanjian antara negara Barat dan bakufu yang dirasa kurang adil bagi rakyat Jepang. Selain itu, observasi digencarkan untuk mengirim wakil-wakil pemerintahan ke negara Barat. Namun negoisasi untuk memperbarui isi perjanjian-perjanjian tersebut sama sekali tidak ditanggapi oleh negara-negara Barat. Karena itu, pemerintah berpendapat bahwa akan lebih baik untuk membangun negara, mengembangkan industri, dan memperkuat militer demi kepentingan negara daripada harus merevisi isi perjanjian.

Pada masa itu, yang mula-mula menjadi menteri adalah para pemimpin yang berasal dari Satsuma dan Choshu. Mereka pulalah yang memegang pemerintahan. Menurut konstitusi yang dikeluarkan pada tahun 1889, Kaisar memang memegang konstitusi, namun kaisar Meiji tidak diharapkan menjalankan pemerintahan, melainkan hanya memberikan pengesahan atas keputusan-keputusan yang diambil para menteri.

Tidak sedikit orang yang merasa tidak puas, terutama mareka para mantan samurai. Ini terutama karena kaum samurai yang kehilangan pekerjaan terpaksa harus berdagang dengan mereka sendiri (士族の商法, shizoku no shouhou). Mereka akhirnya memberontak di berbagai daerah.

Saiko Takamori dan lainnya menuntut pemerintahan baru agar kekuasaan para mantan samurai diarahkan ke luar, memberlakukan kembali politik isolasi, daan membuka Korea dengan paksa. Namun atas anjuran Okubo Toshimichi, Kido Takayoshi, dan tokoh lainnya, perkembangan negara secara langsung lebih maju dan pemerintahan dalam negeri dilaksanakan lebih dahulu.

Pada tahun 1987 (Meiji X), terjadi pertempuran skala besar yang kemudian dikenal dengan Perang Barat Daya (西南戦争, seinan-sensou). Namun, dengan adanya tentara baru yang terbentuk dari sistem wajib militer, maka pemberontakan dapat dihentikan waktu enam bulan.

Walaupun keadaan dalam negeri mengalami guncangan, pemerintah Meiji tetap melakukan negosiasi dengan negara-negara tetangga untuk dapat menetapkan batas daerah kekuasaan Jepang. Pada tahun 1875, diadakan negosiasi dengan Rusia mengenai pertukaran pulau di mana mereka menyetujui bahwa pulau Karafuto (Sakhalin) termasuk wilayah Rusia, sedangkan pulau Chishima termasuk wilayah Jepang. Pada tahun 1879, provinsi Okinawa dimasukkan ke dalam pulau Ryukyu.

3. KEADAAN SOSIAL DAN BUDAYA
Pada saat kembalinya, salah satu tindakan pertama pemerintah adalah dengan menetapkan peringkat baru bagi bangsawan. Lima ratus orang tua dari pengadilan bangsawan, mantan daimyo, hingga samurai yang telah memberikan layanan kepada Kaisar berharga diselenggarakan di lima peringkat: pangeran (王族/皇族, oozoku/kouzoku), marquis (侯爵, koushaku), count (伯爵, hakushaku), viscount (子爵, shishaku), dan baron (男爵, danshaku). Pada saat inilah bahwa gerakan Ee ja nai ka, sebuah penjangkitan spontan karena kegembiraan luar biasa, berlangsung.

Tahun 1885, cendekiawan Yukichi Fukuzawa menulis esei yang sangat berpengaruh berjudul “Membiarkan Asia” (Leaving Asia), yang berpendapat bahwa Jepang seharusnya menyesuaikan diri dengan 'negara-negara Barat yang beradab', meninggalkan negara-negara Asia tetangganya yang 'mundur dan tak bisa diharapkan lagi', yaitu Korea dan Cina. Esei ini mungkin memiliki peranan dalam kebangkitan ekonomi dan teknologi Jepang pada Zaman Meiji tetapi juga dapat menjadi sebuah landasan untuk penjajahan Jepang di wilayah ini di kemudian hari.

Modernisasi di bidang kebudayaan terus dilakukan. Pada tahun 1872 (Meiji V), pemerintah menetapkan sistem pendidikan di mana masyarakat yang memiliki pekerjaan dan status macam apapun dapan mengikuti pendidikan. Selain itu, pemerintah Meiji pun mengirimkan banyak mahasiswa ke negara-negara Eropa dan Amerika dan mengundang banyak ahli teknik dari negara-negara Barat. Kebudayan Barat yang maju pun diadopsi oleh pemerintah.

Di bidang kehidupan sehari-hari, diberlakukan kalender solar Gregorian. Agama Kristen akhirnya diakui karena adanya kritik-kritik dari luar negeri. Teknik cetak berkembang sehingga koran yang menyebarluaskan politik dan humaniora banyak diterbitkan. Kebudayaan di kota-kota besar yang merupakan salah satu kebudayaan yang paling inovatif di dunia, menghasilkan kombinasi seni cetak balok kayu, teater Kabuki, novel, puisi Haiku, mode pakaian, dan perpustakaan--kebanyakan terikat dengan geisha atau perempuan yang hadir setiap kota tempat hiburan. Di Ginza, Tokyo, dibangun bangunan-bangunan bergaya Barat yang menggunakan batu bata merah dan di jalan-jalan raya dinyalakan lampu-lampu gas yang menerangi jalan.

Memotong rambut kuncir menjadi pendek dan memakai pakaian ala Barat telah menjadi gaya hidup baru. Di samping itu, daging sapi yang biasanya tidak dimakan akhirnya mereka makan dan mulai pada waktu itu banyak dijumpai restoran sukiyaki. Gaya hidup baru yang mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan lainnya addalah kebudayaan barat yang baru yang semakin lama semakin diterima masyarakat dan disebut dengan istilah Bunmei Kaika (masa peradaban dan pencerahan).

Di bidang pemikiran, diterapkan pemikiran Barat, seperti bahwa manusia semuanya bebas dan sederajat, dan memiliki hak yang sama untuk menuntut pemikiran untuk mendapatkan keadilan dalam mencapai kebahagiaan dan kebebasannya sehingga pemikiran ini akhirnya meluas di masyarakat. Dalam buku Fukuzawa Yukichi, terdapat kata-kata pendahuluan yang berbunyi: “Langit yang ada di atas manusia bukan buatan manusia, jadi manusia tidak membuat di bawah manusia.”

Di bidang pendidikan, awalnya banyak petani yang tidak suka memasukkan anak-anaknya ke sekolah karena harus membatyar uang sekolah. Namun kenyataannya semakin lama pendidikan sekolah dasar pun semakin meluas. Di bidang pendidikan tinggi, didirikalah perguruan tinggi Tokyo Igaku pada tahum 1877 (diganti namanya menjadi Universitas Teikoku pada tahun 1896, dan berganti lagi pada 1945 menjadi Universitas Tokyo); Fukuzawa Yukichi mendirikan sekolah swasta Keio; pemimpin agama Kristen bernama Niijimajo mendirikan Universitas Doshisha; sedangkan Okuma Shigenobu mendirikan sekolah kejuruan Tokyo, Universitas Waseda. Perguruan-perguruan tinggi tersebut banyak menghasilkan tenaga ahli yang tidak kalah dari luar negeri. Pemerintah Meiji terus menyempurnakan bidang pendidikan semaksimal mungkin dengan penetrasi sambil memasukkan prinsip Barat (kebijakan Eropanisasi). Pada tahun 1890, wajib belajar yang merupakan dasar dari pendidikan akhirnya dicanangkan.

4. BIDANG KESUSASTRAAN
Dalam langkah modernisasi dengan adanya Restorasi Meiji, Jepang pun turut memodernisasi bidang kesusastraan, dimulai dari tulisan Shobochi Shoyo berjudul Shosetsu Shinzui pada tahun 1885. Dalam Shoyo diungkapkan bahwa karya sastra bukanlah alat politik maupun moral, tapi merupakan seni yang memiliki makna sendiri, yang mengutamakan keindahan hidup dan realisme. Salah satu penulis novel yang terkenal pada masa itu adalah Futabatei Shimei yang menjadi pelopor dalam novel modern. Salah satu novel modernnya adalah Ukigumo, yang ditulis dengan bahasa kolokial (percakapan). Sampai saat ini, karya klasik seperti Goshunotoi karya Kodarohan dan Konjikiyasha karya Ozaki Koyo masih banyak dibaca kalangan luas.

Pada masa itu, berturut-turut bermunculan karya sastra yang dipublikasikan oleh Higuchi Ichiyo seperti Takekurabe, Nigorie, Jusanya, dan lainnya. Karya-karya yang ditulis dengan gaya bahasa yang sangat indah itu menceritakan tentang seorang wanita yang harus menghadapi kesulitan di tengah masyarakat yang terikat oleh adat istiadat dan moral yang kuno, tap karya sastra itu secara realistis masih bernapaskan puisi.

Selain itu, karya-karya baru di bidang puisi seperti waka dan haiku pun lahir. Puisi, disebut pula shintaishi, dan karya-karya di bidang puisi bernafaskan romantis. Di bidang haiku dan waka, Masao Kashiki mengeluarkan majalah bernama Hototokisu yang melukisakan karya-karya haiku dan tanka. Yosano Aiko, dalam majalah Myojo, menerbitkan tanka yang bernapaskan romantisisme dan kaya dengan imajinasi sastra.

Setelah karya Ukigumo, banyak karya-karya beraliran naturalis yang mendapat pengaruh dari sastra asing bermunculan. Yang perlu diperhatikan adalah karya Shimazaki Toson yang berjudul Haikai. Haikai merupakan puncak dari karya sastra Jepang yang menggambarkan pergolakan batin seorang manusia, khususnya dunia remaja dan penderitaan yang dialaminya. Toson terus aktif menulis hingga zaman Showa ketika dia menulis kisah tentang kehidupan orang tuanya semasa sulit di zaman restorasi Meiji dalam novel berjudul Yoakemae. Sastra naturalisme merupakan gerakan modernisasi di bidang kesussastraan. Karya sastra Tayama Katai yang berjudul Futon memiliki pengaruh besar terhadap gerakan tersebut.

Dalam perkembangan kesusastraan naturalisme tersebut, khususnya sejak pertengahan zaman Meiji hingga awal zaman Taisho, orang-orang yang berperan adalah Mori Ogai, Natsume Soseki, Ishikawa Takubaku.

5. BIDANG EKONOMI DAN INDUSTRI
Industri modern Jepang, setelah tahun 1890, yang berusaha memajukan mekanisme di bidang industri pemintalan sutra, dan industri lainnya, ditandai dengan diimpornya benang katun dan benang sutera ke Amerika, Korea, dan Cina. Perang Cina-Jepang dan Rusia-Jepang mengakibatkan Jepang memperoleh sumber-sumber kekayaan alam yang berlimpah. Pada tahun 1901, Jepang selesai membangun pabrik besi baja pertama yang dikelola pemerintah. Dengan demikian, terbentuklah dasar dari perkembangan industri berat, seperti industri baja dan industri pembuatan kapal, serta mesin-mesin industri.

Revolusi tersebut mengakibatkan meningkatnya kapitalisme dan timbulnya persoalan dalam masyarakat feodal. Di perdesaan, karena dipaksa membayar pajak yang tinggi, semakin banyak para petani yang menjual tanah pribadinya sehingga jumlah petani miskin pun terus meningkat. Para petani kecil yang tidak bisa hidup di perdesaan lagi lebih memilih pergi ke perkotaan dan menjadi buruh pabrik.

Namun, kondisi pabrik tempat para petani itu bekerja sangat buruk. Di lain pihak, para tuan tanah lintah darat yang menimbun dan mengumpulkan tanah yang luas tidak bisa menanam sendiri, sehingga mereka yang mebiayai hidup dengan cukai semakin bertambah. Selain itu, para tuan tanah yang menjadi anggota perlemen (yang membayar dengan jumlah banyak) pun meningkat. Saat itu, tuan tanah besar dan keluarga kapitalis yang mengelola perusahaan, memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap politik Jepang.

Bersamaan dengan perkembangan industri modern, maka modal diakumulasikan pada industri-industri besar dan keluarga kapitalis yang berpengaruh (zaibatsu). Di bidang keuangan, perdagangan luar negeri, transportasi, pertambangan, dan bidang lain, diadakan pengelolaan multidimensi sehingga bank akhirnya menguasai modal industri.

Dalam keadaan seperti itu, paham pemikiran masyarakat juga meluas di Jepang. Pergerakan para petani kecil dan para buruh dalam upaya memperbaiki kehidupannya sering teerjadi. Namun pemerintah membuat undang-undang yang pengawasannya dilakukan secara ketat.

6. BIDANG MILITER
a. Gambaran Umum
Tanpa dihalangi oleh pihak oposisi, pemerintah Meiji meneruskan modernisasi negeri dengan membangun jaringan kabel telegraf yang disponsori pemerintahan ke seluruh kota-kota penting di Jepang dan daratan Asia, konstruksi jalan kereta api, industri pembuatan kapal, pabrik amunisi, tambang, tekstil dan manufaktur, pabrik-pabrik, dan pusat penelitian agrikultur. Karena banyak yang memikirkan masalah keamanan nasional, pemerintah pun akhirnya membuat beberapa upaya dalam modernisasi militer, yaitu denagn menciptakan angkatan perang yang kecil, sistem cadangan yang besar, dan wajib militer bagi seluruh laki-laki dewasa. Sistem militer Barat mereka pelajari, penasihat dari luar negeri, khususnya Perancis, mereka boyong untuk melatih tentara Jepang, dan banyak kadet dari Jepang dikirim ke Eropa dan Amerika Serikat untuk belajar di sekolah militer dan angkatan laut di sana.


b. Awal Periode 1868-1877
Pada tahun 1854, setelah Komodor Matthew C. Perry memaksa Jepang untuk menandatangani Persetujuan Kanagawa, rakyat Jepang mulai menyadari bahwa dia harus melakukan modernisasi dalam bidang militer untuk mencegah intimidasi dari pihak Barat. Namun, keshogunan Tokugawa secara tidak resmi mengemukakan sudut pandang ini, sehingga Gubernur Nagasaki, Shanan Takushima, yang menyuarakan pandangannya perihal reformasi militer dan modernisasi persenjataan secara frontal pun dipenjara.

Tidak sampai awal Zaman Meiji tahun 1868 saat pemerintah Jepang mulai melakukan modernisasi secara serius. Pada tahun 1868, pemerintah Jepang membangun gudang senjata di Tokyo. Gudang senjata ini bertanggung jawab atas pengembangan dan manufaktur senjata ringan dan amunisi semacamnya. Pada tahun yang sama, Masujiro Jepang Omura mendirikan akademi militer pertama di Kyoto. Omura lebih jauh mengusulkan dibangunnya barak-barak militer yang diisi oleh kalangan masyarakat, termasuk golongan petani dan pedagang. Kalangan shogun, yang tidak senang dengan pandangan Omura perihal pengerahan itu, akhirnya membunuhnya pada tahun berikutnya.

Pada tahun 1870, Jepang memperluas basis produksi militer dengan cara membuka gudang senjata lain di Osaka. Gudang senjata di Osaka ini bertanggung jawab atas produksi senjata mesin dan amunisi. Selain itu, empat pabrik bubuk mesiu juga dibuka di tempat ini. Kapasitas produksi Jepang pun meningkat secara bertahap.

Pada tahun 1872, Yamagata Aritomo dan Saigo Tsugumichi, dua orang marsekal militer, mendirikan Korps Pengawal Istana. Korps ini diisi oleh para pahlawan dari marga Tosa, Satsuma, dan Chusho. Selain itu, pada tahun yang sama, Hyobusho (Kementerian Hubungan Militer) telah dibubarkan dan diganti dengan Departemen Urusan Militer dan Departemen Angkatan Laut. Kalangan pemerintahan shogun merasa benar-benar kecewa pada tahun-tahun berikutnya, saat Konskripsi Hukum 1873 disahkan pada pada bulan Januari. Undang-undang ini memerlukan setiap lelaki Jepang dewasa, dari kelas manapun, untuk melaksanakan mandat selama tiga tahun pada cadangan pertama dan tambahan dua tahun pada cadangan kedua. Hukum yang luar biasa ini, yang menandai awal berkhirnya kekuasaan shogun, awalnya menemui hambatan baik dari pihak petani maupun semacam pejuang. Kalangan petani menafsirkan istilah pelayanan militer, secara literal ketsu-eki (pajak darah), dan berusaha untuk menghindari pelayanan yang tentu saja diperlukan. Metode yang harus dihindari termasuk pelumpuhan, mutilasi diri, dan pemberontakan orang local. Kalangan samurai itu yang umumnya merasa sebal dengan kalangan militer baru bergaya Barat dan pada awalnya menolak untuk mempertahankan formasi dengan kelas petani yang rendah.

Bersamaan dengan penerapan hukum yang baru, pemerintah Jepang mulai membuat model baru untuk angkatan darat mereka dengan meniru militer Prancis. Bahkan, tentara Jepang yang baru menggunakan struktur peringkat yang sama seperti Prancis. Peringkat-peringkat calon perwira adalah: tamtama, bintara, dan perwira. Peringkat-peringkat tentara terdiri dari: jojo-hei atau tentara kelas atas, itto-sottsu atau tentara kelas satu, dan nito-sotsu atau tentara kelas dua. Peringkat-peringkat kelas bintara terdiri dari: gocho atau kopral, gunso atau sersan, socho atau sersan mayor, dan tokumu-socho atau sersan mayor khusus. Terakhir, peringkat-peringkat kelas perwira terdiri dari: shoi atau letnan dua, chui atau letnan, tai atau kapten, shosa atau mayor, chusa atau letnan kolonel, taisa atau kolonel, shosho atau mayor jenderal, chujo atau letnan jenderal, taisho atau jenderal, dan gensui atau panglima tertinggi. Pemerintah Perancis juga sangat berkontribusi dalam memberikan pelatihan kepada para tentara Jepang. Cukup banyak yang bekerja di akademi militer di Kyoto, dan masih banyak lagi yang dengan gugup menerjemahkan istilah-istilah bahasa Prancis untuk peringkat-peringkat yang digunakan di Jepang.

Walaupun Konskripsi Hukum 1873, dan semua reformasi serta kemajuannya, militer Jepang yang baru masih belum dapat diuji. Semua menjadi berubah pada tahun 1877, ketika Takamori Saigo, memimpin pemberontakan terakhir para samurai di Kyushu. Pada bulan Februari 1877, Saigo meninggalkan Kagoshima dengan rombongan pasukan dalam jumlah kecil menuju Tokyo. Istana Kumamoto adalah tempat pertarunagn besar pertama bagi pasukannya yang dibakar oleh pasukan karena mereka berusaha untuk menahan perjalanan mereka ke istana. Daripada meninggalkan musuh berada, Saigo melakukan serangan lanjutan ke istana. Dua hari kemudian, para pemberontak dari Saigo sementara berusaha menutup jalan bagi orang-orang yang lewat gunung, mereka menemui tentara elemen nasional yang sedang berada dalam perjalanan menuju istana Kumamoto. Setelah perang yang singkat itu, kedua belah pihak untuk menghimpun kembali diri kekuatan mereka. Beberapa minggu kemudian tentara nasional terlibat dalam pertarungan langsung melawan para pemberontak dari Saigo yang sekarang disebut Perang Tabaruzuka. Selama delapan hari berperang, pasukan Saigo yang berjumlah hampir sepuluh ribu orang bertarung secara langsung dengan tentara nasional yang berjumlah hampir sama. Kedua belah pihak kehilangan hampir empat ribu korban selama pertarungan ini. Namun karena adanya wajib militer, tentara Jepang mampu menghimpun kembali kekuatan sementara dari pasukan Saigo tidak. Selanjutnya, pasukan yang setia kepada Kaisar pun berhasil menghentikan aksi pemberontakan dan mengakhiri pengepungan di istana Kumamoto setelah lima puluh empat hari. Pasukan Saigo melarikan diri ke utara, dan dikejar oleh tentara nasional. Tentara nasional menangkap Saigo di Gunung Edodake. Pasukan Saigo terus berkurang jumlahnya dan memaksa para samurai untuk menyerah. Sisanya lima ratus samurai yang setia kepada Saigo kabur, melakukan perjalanan ke selatan menuju Kagoshima. Pemberontakan berakhir pada 24 September 1877 diikuti kematian empat puluh orang samurai yang tersisa dan pemenggalan kepala Takamori Saigo. Kemenangan tentara nasional mengesahkan modernisasi militer Jepang, serta berakhirnya pada era samurai.

7. HUBUNGAN INTERNASIONAL
Ketika Angkatan Laut Amerika Serikat mengakhiri kebijakan sakoku Jepang, juga ketertutupannya, Jepang akhirnya sadar akan kelemahannya dan terpaksa menerima tekanan militer dan eksploitasi ekonomi dari kekuatan Barat. Karena Jepang muncul dari periode feodal, Jepang merasa harus membentengi diri agar tidak dijajah seperti negara-negara Asia lain dengan cara membangun kemerdekaan nasional yang sejati serta persamaan.

Menyusul kekalahan Cina di Korea dalam perang Cina-Jepang (1894-1895), Jepang menerobos sebagai kekuatan internasional dengan sebuah kemenangan dari Rusia di Manchuria (Cina sebelah timur laut) pada perang Rusia-Jepang tahun 1904-1905. Setelah bersekutu dengan Inggris sejak Aliansi Inggris-Jepang yang ditandatangani di London pada 30 Januari 1902, Jepang bergabung dengan Tentara Sekutu pada Perang Dunia I, merampas wilayah kekuasaan German di Cina dan Pasifik selama aksinya, akan tetapi sebaliknya, menempatkan diri lebih jauh dalam konflik.

Setelah perang berakhir, Eropa yang mulai melemah meninggalkan sebuah saham yang lebih besar di pasar internasional bagi Amerika Serikat dan Jepang, yang mulai muncul dan semakin kuat. Daya saing Jepang menciptakan serangan besar ke dalam pasar yang didominasi Eropa di Asia sampai sekarang, tidak hanya di Cina, tetapi bahkan di negara jajahan Eropa colonies seperti India dan Indonesia, mencerminkan pengembangan zaman Meiji.

8. PENELITI DAN AHLI SEJARAH
Peneliti asing kunci yang terus memerhatikan perubahan yang sangat cepat dan luar biasa dalam kehidupan masyarakat Jepang pada zaman ini adalah Ernest Mason Satow, yang bertempat tinggal di Jepang pada tahun 1862-1883 dan 1895-1900.

3:15 PM

MENELUSURI ZAMAN EDO

Zaman Edo (江戸時代 edo jidai), juga dikenal sebagai zaman Tokugawa (徳川時代 Tokugawa jidai), adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak 1603 hingga 1867. Zaman ini ditandai dengan didirikannya Keshogunan Tokugawa di Edo oleh shogun pertama Tokugawa Ieyasu yang berakhir dengan pemulihan kekuasaan kaisar (大政奉還 taisei hokan) dari tangan shogun terakhir (shogun ke-15) Tokugawa Yoshinobu sekaligus mengakhiri kekuasan Keshogunan Tokugawa yang berlangsung selama 264 tahun. Zaman Edo juga disebut sebagai awal zaman modern di Jepang.

1. KEKUASAAN SHOGUN DAN DAIMYO
Sebuah evolusi terjadi selama berabad-abad sejak pemerintahan Kamakura, di mana pemerintahan berjalan seiringan bersama kekuasaan kaisar, hingga berkuasanya Tokugawa, di mana bushi menjadi penguasa yang tak tertandingi pada masa yang disebutkan ahli sejarah Edwin O. Reischauer sebagai sebuah bentuk pemerintahan ‘feodalisme terpusat’ (centralized feudal). Sosok paling penting dalam berdirinya pemerintahan bakufu yang baru ini adalah Tokugawa Ieyasu, seorang yang banyak mendapat keuntungan dari keberhasilan yang diperoleh Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi. Setelah mengimpun kekuatan, Ieyasu semakin diuntungkan dengan pemindahannya ke daerah Kanto yang makmur. Dia mendapatkan tanah seluas 2,5 juta koku dan menempati markas baru di Edo (sekarang Tokyo), kota istana yang strategis, dan mendapat tanah tambahan dua juta koku dan tiga puluh delapan pengikut yang berada di bawah kendalinya. Setelah kematian Hideyoshi, Ieyasu segera berpindah tempat demi mendapatkan kendali kekuasaan dari keluarga Toyotomi.

Kemenangan Ieyasu atas pasukan Barat Toyotomi Hideyori pada Pertempuran Sekigahara (1600) memberinya kendali sesungguhnya atas Jepang. Dia kemudian menghapus banyak nama klan daimyo yang menjadi musuhnya, mengurangi yang lainnya, seperti orang-orang dari keluarga Toyotomi, dan memberikan rampasan perang kepada keluarga dan sekutu-sekutunya. Ieyasu masih belum mendapatkan kendali penuh atas daimyo dari pasukan barat, namun pengambilalihan gelar shogun telah membantu memperkuat sistem persekutuan. Setelah memperkuat basis kekuatan lebih jauh, Ieyasu mengangkat anaknya Hidetada (1579-1632) sebagai shogun sedangkan dia sendiri berhenti dari jabatan pada tahun 1605. Meskipun begitu, keluarga Toyotomi masih menjadi ancaman besar bagi Tokugawa, dan Ieyasu menghabiskan masa sepuluh tahun selanjutnya untuk memberantas mereka. Pada tahun 1615, benteng pertahanan Toyotomi yang berada di Osaka dihancurkan oleh tentara pemerintahan Tokugawa.

Zaman Tokugawa (atau Edo) membawa kestabilan bagi Jepang selama 250 tahun. Sistem politik berlanjut pada sesuatu yang disebut para ahli sejarah sebagai bakuhan (幕藩), gabungan istilah bakufu (幕府) dan han (藩, wilayah) untuk menjelaskan pemerintahan dan keadaan sosial pada masa itu. Dalam sistem bakuhan, shogun memiliki kekuasaan atas seluruh negeri (national authority) sedangkan para daimyo memiliki kekuasaan atas wilayah yang disebut han (regional authority). Hal ini menggambarkan sebuah kesatuan dalam struktur feodal, yang membentuk sebuah birokrasi yang besar untuk mengurus baik kekuasaan terpusat maupun desentralisasi. Keluarga Tokugawa menjadi sangat kuat pada satu abad pertama berkuasa: pembagian tanah memberi mereka hampir seluas tujuh juta koku, kendali atas kota-kota penting, dan sebuah sistem penilaian tanah yang menuai pendapatan sangat besar.

Hierarki feodal membentuk beberapa kelas daimyo. Daimyo yang paling dengan klan Tokugawa adalah shinpan daimyo, atau ‘daimyo penghubung’. Terdapat 23 daimyo yang berada di sebelah tanah milik Tokugawa, semua daimyo dapat secara langsung berhubungan dengan Ieyasu. Shinpan daimyo memegang jabatan kepenasehatan dalam pemerintahan. Kelas kedua dari hierarki tersebut adalah fudai daimyo, atau ‘daimyo turun temurun’, daimyo yang diberi tanah yang dekat dengan tanah milik Tokugawa karena kesetiaan mereka. Pada abad 18, 145 fudai mengendalikan han yang kecil, paling besar sekitar 250.000 koku. Anggota kelas fudai menempati jabatan di hampir semua kantor pemerintahan. Sembilan puluh tujuh han diberikan kepada daimyo golongan ketiga, tozama (daimyo luar), bekas musuh atau pengikut baru yang baru mengabdi setelah pertempuran Sekigahara. Sebagian besar tozama ditempatkan jauh di bagian barat dan utara negara serta sepanjang pesisir Laut Jepang dan mengendalikan hampir sepuluh juta koku tanah produktif. Karena tozama dianggap sebagai daimyo yang memiliki kesetiaan yang paling tipis, mereka diawasi dengan sangat ketat dan diperlakukan dengan baik, meskipun mereka telah dijauhkan dari posisi dalam pemerintahan pusat.

Dinasti Tokugawa tidak hanya memperkuat kendali atas Jepang yang akhirnya kembali dipersatukan, mereka juga memegang kekuasaan yang lebih tinggi daripada kaisar, keluarga kaisar, seluruh daimyo, dan petinggi agama. Kaisar hanya dianggap sebagai sumber hukum terakhir dalam pemberian sanksi politik bagi shogun, yang berpura-pura menjadi pengikut keluarga kaisar. Tokugawa membantu mendapatkan kembali kehormatan keluarga kaisar dengan membangun sejumlah istana dan memberikan tanah yang luas. Untuk menggambarkan citra kedekatan hubungan antara keluarga kaisar dan Tokugawa, cucu perempuan Ieyasu menciptakan hubungan antarpenguasa (imperial consort) pada tahun 1619.

Sebuah kitab undang-undang disusun untuk mengatur para daimyo. Kitab tersebut membatasi gerak-gerik daimyo sampai pada masalah perkawinan, pakaian, pemeliharaan benteng tempat tinggal, dan jenis senjata serta jumlah tentara yang diizinkan; mengharuskan para daimyo memiliki tempat tinggal di Edo untuk bekerja di markas shogun atau menjalankan fungsi protokoler setiap tahun dengan tetap meninggalkan istri dan anak-anaknya di sana (sistem sankin kotai); melarang pembuatan kapal yang dirancang untuk menyeberang lautan; melarang penyebaran agama Kristen; membatasi jumlah benteng hanya satu di setiap daerah (han) dan menetapkan bahwa peraturan pemerintahan bakufu merupakan peraturan negara yang wajib ditaati di semua wilayah. Meskipun para daimyo tidak dikenai pajak yang ditetapkannya, mereka secara teratur ikut membiayai kebutuhan militer dan logistik serta proyek kerja umum seperti benteng, jalanan, jembatan, dan istana. Bermacam-macam peraturan dan pajak terhadap para daimyo tidak hanya memperkuat keshogunan Tokugawa tetapi juga mengeruk kekayaan para daimyo, dengan begitu akan memperlemah ancaman dari mereka terhadap pemerintah pusat. Han, yang sesekali menjadi wilayah militer, semata-mata menjadi unit pemerintahan daerah. Para daimyo memiliki kendali pemerintahan penuh atas wilayah mereka dan sistem rumit yang berkenaan dengan para pengikut, birokrat, dan masyarakat kelas bawah. Kesetiaan tercerabut dari fondasi agama, yang telah lama dilemahkan oleh Nobunaga dan Hideyoshi, melalui berbagai mekanisme pengendalian.

2. LEMBAGA PEMERINTAHAN
a. Rojū dan Wakadoshiyori
Menteri senior (rojū) diangkat dari anggota keshogunan yang paling senior dan bertugas sebagai pengawas ometsuke, machibugyo, ongokubugyo dan pejabat-pejabat tinggi lain. Tugas lain menteri senior adalah berhubungan dengan berbagai kalangan, seperti istana kaisar di Kyoto, kalangan bangsawan (kuge), daimyo, kuil Buddha dan jinja, termasuk menghadiri berbagai macam rapat seperti rapat pembagian daerah. Keshogunan Tokugawa memiliki 4-5 menteri senior yang masing-masing bertugas sebulan penuh secara bergantian. Shogun meminta pertimbangan menteri senior jika ada persoalan penting yang harus diselesaikan. Pada perombakan birokrasi di tahun 1867, posisi menteri senior dihapus dan diganti dengan sistem kabinet, sehingga ada menteri dalam negeri, menteri keuangan, menteri luar negeri, menteri angkatan darat dan menteri angkatan laut.

Pada prinsipnya, fudai daimyo yang memiliki wilayah kekuasaan minimal 50.000 koku memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai menteri senior. Walaupun demikian, pejabat menteri senior sering berasal dari birokrat yang dekat dengan shogun, seperti pejabat soba yonin, Kyoto shoshidai, dan Osaka jodai.

Shogun kadang kala menunjuk seorang menteri senior untuk mengisi posisi tairo (tetua atau penasehat). Pejabat tairo dibatasi hanya berasal dari klan Ii, Sakai, Doi dan Hotta, walaupun Yanagisawa Yoshiyasu pernah juga diangkat sebagai pengecualian. Ii Naosuke merupakan tairo yang paling terkenal, tapi tewas dibunuh pada tahun 1860 di luar pintu gerbang Sakurada, Istana Edo.

Sebagai kelanjutan dari dewan rokuninshū (1633–1649) yang terdiri dari 6 anggota, keshogunan Tokugawa membentuk dewan wakadoshiyori yang berada persis di bawah posisi menteri senior (rojū). Dewan wakadoshiyori terbentuk pada tahun 1662 dan terdiri dari 4 anggota. Tugas utama dewan wakadoshiyori adalah mengurusi hatamoto dan gokenin yang merupakan pengikut langsung shogun.

Sebagian shogun juga mengangkat pejabat soba yonin yang bertugas sebagai perantara antara shogun dan rojū. Posisi soba yonin menjadi sangat penting di masa keshogunan Tokugawa ke-5 yang bernama Tokugawa Tsunayoshi akibat salah seorang pejabat wakadoshiyori bernama Inaba Masayasu membunuh pejabat tairo bernama Hotta Masatoshi. Shogun Tsunayoshi yang cemas akan keselamatan dirinya memindahkan kantor rojū hingga jauh dari bangunan utama istana.

b. Ometsuke dan Metsuke
Pejabat yang melapor kepada rojū and wakadoshiyori disebut ometsuke dan metsuke. Lima orang pejabat ometsuke diberi tugas memata-matai para daimyo, kalangan bangsawan (kuge) dan istana kaisar agar segala usaha pemberontakan bisa diketahui sejak dini.

Di awal zaman Edo, daimyo seperti Yagyū Munefuyu pernah ditunjuk sebagai pejabat ometsuke. Selanjutnya, jabatan ometsuke cuma diisi oleh hatamoto yang berpenghasilan minimal 5.000 koku. Shogun sering menaikkan penghasilan ometsuke menjadi 10.000 koku agar ometsuke bisa dihargai dan berkedudukan sejajar dengan daimyo yang sedang diawasi. Pejabat ometsuke juga menerima gelar kami, seperti Bizen-no-kami yang berarti penguasa provinsi Bizen.

Sejalan dengan perkembangan waktu, fungsi pejabat ometsuke berubah menjadi semacam kurir yang menyampaikan perintah dari keshogunan Tokugawa ke para daimyo. Pejabat ometsuke juga diserahi tugas melangsungkan upacara seremonial di lingkungan Istana Edo. Pengawasan kehidupan beragama dan pengendalian senjata api merupakan tanggung jawab tambahan pejabat ometsuke.

Pejabat metsuke melapor kepada wakadoshiyori dan bertugas sebagai polisi militer bagi shogun. Tugasnya mengawasi ribuan hatamoto and gokenin yang berpusat di Edo. Masing-masing wilayah han juga memiliki metsuke yang berfungsi sebagai polisi militer bagi para samurai.

c. San-bugyo
Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh san-bugyo (tiga lembaga administrasi): jishabugyo, kanjobugyo dan machibugyo. Pejabat jishabugyo berstatus paling elit karena para pejabat selalu berhubungan dengan kuil Buddha (ji) dan kuil Shinto (sha) dan diberi hak penguasaan atas tanah. Pejabat jishabugyo juga menerima pengaduan dari pemilik tanah di luar 8 provinsi Kanto. Pejabat jishabugyo ditunjuk dari kalangan daimyo, dengan Ooka Tadasuke sebagai pengecualian.

Pejabat kanjobugyo yang terdiri dari 4 orang melapor langsung kepada rojū. Tugasnya sebagai auditor keuangan keshogunan Tokugawa.

Pejabat machibugyo merupakan pelaksana pemerintahan tingkat lokal. Tugasnya merangkap-rangkap sebagai walikota, kepala polisi, kepala pemadam kebakaran, dan hakim pengadilan pidana dan hukum perdata, tapi tidak bertanggung jawab terhadap samurai. Pejabat machibugyo yang terdiri dari 2 orang (pernah juga sampai 3 orang) biasanya diambil dari hatamoto, bertugas bergantian selama satu bulan penuh.

Tiga orang pejabat machibugyo menjadi terkenal berkat film samurai (jidaigeki), pejabat bernama Ooka Tadasuke dan Toyama Kinshiro (Toyama no Kinsan) selalu digambarkan sebagai pahlawan, sedangkan Torii Yozo sebagai penjahat.

Pejabat san-bugyo merupakan anggota dari dewan yang disebut Hyojosho. Anggota dewan hyojosho bertanggung jawab dalam soal administrasi tenryo, mengawasi gundai, daikan dan kura bugyo. Selain itu, anggota dewan hyojosho juga hadir sewaktu diadakan dengar pendapat sehubungan dengan kasus yang melibatkan samurai.

d. Tenryo, Gundai dan Daikan
Shogun juga menguasai secara langsung tanah di berbagai daerah di Jepang. Tanah milik shogun disebut Bakufu Chokkatsuchi yang sejak zaman Meiji disebut sebagai Tenryo. Shogun memiliki tanah yang sangat luas, mencakup daerah-daerah yang sudah sejak dulu merupakan wilayah kekuasaan Tokugawa Ieyasu, ditambah wilayah rampasan dari para daimyo yang kalah dalam Pertempuran Sekigahara, serta wilayah yang diperoleh dari pertempuran musim panas dan musim dingin di Osaka. Di akhir abad ke-17, seluruh wilayah kekuasaan Tokugawa bernilai 4 juta koku. Kota perdagangan seperti Nagasaki dan Osaka, berbagai lokasi pertambangan seperti tambang emas di Sado termasuk ke dalam wilayah kekuasaan langsung shogun.

Wilayah kekuasaan shogun tidak dipimpin oleh daimyo melainkan oleh pelaksana pemerintahan yang memegang jabatan gundai, daikan, dan ongoku bugyo. Kota-kota penting seperti Osaka, Kyoto and Sumpu dipimpin oleh machibugyo, sedangkan kota pelabuhan Nagasaki dipimpin oleh Nagasaki bugyo yang ditunjuk oleh shogun dari hatamoto yang sangat setia pada shogun.

e. Gaikoku bugyo
Gaikoku bugyo merupakan sebuah lembaga administrasi yang bekerja antara tahun 1858 dan 1868. Tugas mereka adalah untuk mengatur perdagangan dan hubungan diplomatik dengan negara-negara asing, dan pelaksanaannya didasarkan pada persetujuan Nagasaki dan Kanagawa (Yokohama).

3. DARI KETERBUKAAN MENUJU KETERTUTUPAN
Seperti Hideyoshi, Ieyasu mendukung perdagangan luar negeri tetapi juga bersikap sangat curiga terhadap bangsa asing. Dia ingin menjadikan Edo sebagai sebuah pelabuhan penting, namun ketika dia mengetahui bahwa bangsa Eropa yang lebih memilih Kyūshū sebagai pelabuhan penting dan Cina menolak rencananya untuk melakukan perdagangan resmi, dia pun berubah pikiran dan mengontrol perdagangan yang telah ada dan hanya mengizinkan pelabuhan tertentu untuk menangani jenis komoditas yang khusus.

Masa awal zaman Edo muncul bersamaan dengan dekade akhir zaman perdagangan Nanban di mana banyak terjadi hubungan yang tegang dengan negara-negara Eropa, terutama di bidang ekonomi dan kepercayaan. Ini merupakan awal zaman Edo, saat Jepang untuk pertama kalinya membangun kapal perang pembelah lautan bergaya Barat, seperti San Juan Bautista, kapal layar seberat 500 ton yang sempat mengantarkan para duta Jepang yang dipimpin oleh Hasekura Tsunenaga menuju Amerika dan Eropa. Selama periode ini pula, pemerintah bakufu memberi perintah kepada sekitar 350 Kapal Segel Merah (朱印船 Shuinsen), kapal dagang bersenjata dengan tiga tiang, untuk perdagangan antarnegara Asia. Para petualang dari Jepang, seperti Yamada Nagamasa, menggunakan kapal tersebut mengelilingi Asia.

Pada hakikatnya, ‘masalah agama Kristen’, akhirnya, merupakan masalah dalam pengendalian baik daimyo beragama Kristen di Kyūshū dan hubungan dagang dengan bangsa Eropa. Sejak 1612, para pengikut shogun dan penduduk di wilayah penguasaan Tokugawa telah bersumpah untuk tidak memeluk agama Kristen. Pembatasan lain muncul pada tahun 1616 (pembatasan perdagangan luar neegeri bagi Nagasaki dan Hirado, sebuah pulau di barat laut Kyūshū), tahun 1622 (pelaksanaan hukuman mati bagi 120 misionaris dan para petobat), 1624 (pengusiran bangsa Spanyol), dan 1629 (pelaksanaan hukuman mati bagi ribuan pemeluk agama Kristen). Akhirnya, Surat Perintah Penutupan Negeri 1635 melarang setiap warga Jepang untuk keluar-masuk negeri. Pada tahun 1636 Belanda dibatasi geraknya hanya di Dejima, sebuah pulau buatan kecil—karena itu bukan pulau alami Jepang—di pelabuhan Nagasaki.

Keshogunan merasa Kristen Katolik merupakan faktor penyebab destabilisasi, dengan begitu mereka memiliki alasan untuk melakukan penyiksaan para pemeluk Katolik. Pemberontakan Shimabara pada 1637-1638, saat para petani dan kaum samurai yang menganut agama Kristen memberontak terhadap pemerintah bakufu karena merasa tertekan—dan Edo meminta kapal Belanda untuk membombardir kubu pertahanan mereka—menandai berakhirnya pergerakan agama Kristen, meskipun beberapa penganut Keristen Katolik dapat bertahan dengan beribadah secara sembunyi-sembunyi (kakure kirishitan). Segera setelah itu, bangsa Portugis pun diusir, anggota misi diplomatik dihukum mati, semua warga negara diperintahkan untuk mencatat diri mereka di kuil Shinto atau Budha, dan orang-orang Belanda dan Cina sedikit demi sedikit dibatasi keberadaannya hanya di Dejima dan wilayah sempit di Nagasaki. Selain itu, perdagangan dalam skala kecil antara beberapa daimyo luar dan Korea dan Pulau Ryukyu, hingga ke pulau utama Jepang sebelah barat daya, sejak 1641, kontak dengan luar negeri dibatasi oleh kebijakan politik sakoku untuk Nagasaki.

Pada tahun 1650, agama Kristen hampir seluruhnya dibasmi dan pengaruh agama, ekonomi, dan politik dari luar yang masuk ke Jepang benar-benar dibatasi. Hanya Cina, VOC Belanda, dan Inggris yang dalam jangka waktu yang pendek dapat menikmati hak berkunjung ke Jepang, hanya untuk berdagang, dan mereka dibatasi hanya di pelabuhan Dejima di Nagasaki. Bangsa Eropa lain yang mendarat di pesisir Jepang akan segera dibunuh dengan kejam.

4. KEADAAN SOSIAL
Setelah lama dilanda konflik internal, sasaran utama pemerintahan Tokugawa yang baru berdiri ini adalah menenangkan negeri itu. Pemerintah menciptakan keseimbangan kekuatan (balance of power) yang menciptakan (secara alami) kestabilan selama 250 tahun kemudian, dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme tentang hubungan sosial. Kebanyakan samurai kehilangan kepemilikan langsung atas tanah mereka: semua kepemilikan tanah dipusatkan pada sekitar 300 daimyo. Para samurai hanya punya satu pilihan: menyimpan pedang mereka dan menjadi petani, atau pindah ke kota untuk mengabdi kepada penguasa feodal dan mendapat bayaran. Banyak samurai yang sebelumnya memiliki sedikit lahan namun mereka tinggalkan dan menjadi pengikut langsung shogun; mereka disebut hatamoto yang berpenghasilan minimal 5000 koku. Para daimyo bekerja di bawah pengawasan ketat shogun. Istri dan anak mereka harus dipisahkan dan tinggal di Edo; para daimyo sendiri harus tinggal di Edo dan di tempat kekuasaannya (han) selama setahun atau setengah tahun berturut-turut. Sistem ini dinamakan sankin kotai.

Masyarakat dibagi ke dalam empat golongan di dalam suatu sistem yang dikenal sebagai mibunsei (身分制): kaum samurai berada di urutan tertinggi (sekitar 5% populasi) dan petani (lebih dari 80% populasi) berada di urutan kedua. Di bawah petani adalah tukang, dan yang berada di urutan paling rendah, urutan keempat, adalah pedagang. Hanya petani yang hidup di perdesaan. Samurai, tukang, dan pedagang tinggal di perkotaan yang dibangun di sekitar benteng daimyo, masing-masing memiliki batasan wilayah.

Ada lagi gologan lain di atas sistem tersebut, yaitu kuge, keturunan bangsawan di lingkungan istana di Kyoto. Meskipun mereka mendapatkan kembali kehormatan mereka setelah kemiskinan selama masa perang, mereka hampir tidak memiliki pengaruh apapun terhadap politik negara.

Di luar keempat kelas tadi, ada pula yang disebut eta dan hinin, yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang pekerjaannya dianggap hina karena melanggar perintah Buddha. Golongan eta meliputi penjagal, penyamak, dan pengurus makam. Hinin bekerja sebagai penjaga kota, pembersih jalan, dan algojo. Yang lainnya termasuk pengemis, penghibur, dan pelacur. Istilah eta secara bahasa diartikan sebagai ‘dekil’ sedangkan hinin diartikan sebagai ‘bukan manusia’, sebuah cerminan jelas dari suatu sikap yang dimiliki kelas lain yang menganggap bahwa eta dan hinin sama sekali bukan manusia. Hinin hanya diperkenankan untuk tinggal di tempat-tempat khusus di kota. Para aktor biasanya bepergian dalam bentuk rombongan dari satu desa ke desa lain, menampilkan keahlian mereka bermain peran. Orang-orang dari golongan atas dianggap sah secara hukum jika harus membunuh kaum hinin. Bahkan terkadang perkampungan kaum eta sengaja tidak dimasukkan ke dalam peta resmi oleh pemerintah.

Setiap orang tidak memiliki hak pribadi di zaman Tokugawa ini. Keluarga merupakan keberadaan terkecil yang diakui, dan menjaga nama baik keluarga merupakan hal yang paling utama di tingkat masyarakat.

5. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN PERINDUSTRIAN
Perkembangan ekonomi selama masa Tokugawa termasuk urbanisasi, peningkatan komoditas pengapalan, perluasan dalam negeri yang signifikan dan, pada mulanya, perdagangan luar negeri, serta difusi perdagangan dan industri kerajinan tangan. Perdagangan konstruksi meningkat, seiring fasilitas perbankan dan asosiasi dagang. Penguasa han terus mengatur perkembangan hasil pertanian dan kerajinan tangan dari perdesaan yang tersebar.

Pada pertengahan abad 18, populasi di kota Edo mencapai lebih dari satu juta, sedangkan Osaka dan Kyoto masing-masing mencapai lebih dari 400.000 penduduk. Begitu pula pertumbuhan penduduk di banyak kota istana lainnya. (Sebagai catatan, bagaimanapun, Jepang memiliki pertumbuhan penduduk hampir nol antara dekade 1720an dan 1820an, rendahnya angka kelahiran ini disebut-sebut karena kelaparan yang melanda hampir semua daerah pada masa itu). Osaka dan Kyoto menjadi pusat perdagangan dan hasil kerajinan tangan yang sibuk, sementara Edo menjadi pusat persediaan pangan dan barang konsumsi bagi kota penting.

Beras menjadi tonggak perekonomian, karena daimyo mengumpulkan pajak berupa beras dari para petani. Pajak tersebut sangat tinggi, sekitar 40% dari seluruh panen. Beras selanjutnya dijual di pasar fudasashi di Edo. Untuk mengumpulkan uang, para daimyo menggunakan kontrak jual-beli masa depan (forward contracts) untuk menjual beras sebelum masa panen tiba. Kontrak semacam ini hampir sama dengan perdagangan masa depan (futures trading) di zaman modern.

Di sepanjang zaman Edo, Jepang mengembangkan sebuah peraturan tentang pengelolaan kehutanan yang maju. Peningkatan permintaan untuk kayu konstruksi, pembangunan kapal, bahan bakar mendorong penebangan hutan yang meluas, yang mengakibatkan kebakaran hutan, banjir, dan longsor. Sebagai rasa keprihatinan, shogun, yang dimulai sekitar 1666, menciptakan kebijakan untuk mengurangi penebangan dan meningkatkan penanaman pohon. Kebijakan tersebut mengamanatkan bahwa hanya shogun dan daimyo yang dapat memberi izin penggunaan kayu. Pada abad 18, Jepang telah mengembangkan penelitian ilmiah yang terperinci mengenai ilmu kehutanan dan silvikultur (seni penghijauan hutan).

Ketika pemerintahan Edo menguasai seluruh pelosok negeri, tidak ada lagi peperangan dan pertanian menjadi lebih maju. Para petani membuka lahan pertanian, memperluas sawah dan ladang, memperbaiki alat pertanian, dan menambah jenis hasil pertanian. Mereka pun menjadi kaya dengan menjual barang-barang industri yang khas dari berbagai daerah pada kaum pedagang, yaitu barang-barang seperti: beras, kapas, sutra, minyak, dan sebagainya. Industri kerajinan tangan (shukogyo) seperti: tenunan sutra, sake, atau kertas pun turut berkembang.

Sebagai pengaruh dari perkembangan industri dan sankin kotai, lalu lintas menjadi ramai dan jalan-jalan pun bertambah. Dengan menempatkan Edo sebagai pusatnya, dibangunlah lima jalan raya, seperti: jalan raya Tokaido yang menyusuri pantai menuju Kyoto, Koshukaido yang menuju Koshu (Yamanashi-ken), Oshukaido yang menuju Oshu (Tohoku-chiho), Nikkokaido yang menuju Nikko. Selain itu, dibangun pula tempat pemberhentian di Kaido. Namun, pemerintah bakufu pun mendirikan pos-pos pemeriksaan di berbagai daerah untuk memeriksa orang yang lalu lalang untuk kepentingan militer dan tidak membangun jembatan di sungai-sungai besar seperti sungai Bi dan sungai Tenryu. Sementara, untuk mengangkut barang yang banyak dan juga berat, digunakanlah kapal, sehingga jalur pelayaran pun berkembang.

Sejalan dengan perkembangan lalu lintas dan industri, perdagangan pun semakin banyak. Karena pajak beras yang dikumpulkan bakufu dan daimyo di Osaka ditukar dengan uang tunai, muncullah pedagang besar seperti: Konoike (Osaka), Mitsui (Edo), dan sebagainya.

Perkembangan industri di Edo yang menjadi pusat pemerintahan berdampak pula pada pertumbuhan populasi yang mencapai angka satu juta jiwa. Dibangun pula perusahaan air minuum skala besar seperti Tamagawa dan Kanda. Osaka yang menjadi pusat perekonomian, di mana kaum pedagang di kota ini dapat dianggap paling banyak, disebut banyak orang sebagai tenka no daidokoro (dapur seluruh negeri).

6. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DAN SENI
Sepanjang zaman ini, Jepang semakin mempelajari teknik dan ilmu pengetahuan Barat (disebut rangaku, secara harfiah ‘pengetahuan dari bangsa Belanda’) melalui informasi dan buku-buku yang didapat dari para saudagar Belanda di Dejima. Subjek utama yang banyak dipelajari termasuk geografi, kedokteran, ilmu alam, astronomi seni, bahasa dan sastra, ilmu fisika seperti fenomena listrik, dan ilmu mekanik seperti yang diperlihatkan dengan Jepang dalam kemajuan mengembangkan jam atau wadokei, diilhami dari teknik yang dimiliki bangsa Barat.

Pesatnya pertumbuhan Neo-Konfusianisme merupakan perkembangan intelektual yang paling terlihat di zaman Tokugawa. Ajaran Konfusianisme telah lama dibiarkan aktif di Jepang oleh para pendeta Buddha, namun selama zaman Tokugawa, Konfusianisme berada dalam kendali Buddha. Sistem meditasi ini menarik banyak perhatian bagi kalangan yang memiliki pandangan sekuler. humanisme etis, rasionalisme, dan pandangan historis terhadap doktrin neo-Konfusianisme terlihat menarik bagi masyarakat yang terbagi dalam beberapa kelas. Pada pertengahan abad 17, ajaran neo-Konfusianisme menjadi filososi masyarakat Jepang yang digemari dan berkontribusi secara langsung pada perkembangan kokugaku (ilmu kenegaraan) di sekolah meditasi.

Pembelajaran secara berkelanjutan dan pertumbuhan penerapan ajaran neo-Konfusianisme berkontribusi pada transisi kondisi sosial dan politik dari bentuk feodal ke bentuk penerapan yang berorientasi pada masyarakat luas. Aturan bagi masyarakat atau penganut Konfusianisme secara bertahap digantikan oleh kepastian hukum. Hukum baru dikembangkan, dan perlengkapan administratif baru didirikan. Sebuah teori pemerintahan dan pandangan kemasyarakatan yang baru muncul sebagai pembenaran atas penguasaan yang lebih komprehensif oleh bakufu. Setiap orang memiliki tempat yang berbeda dalam masyarakat dan diharapkan dapat bekerja untuk memenuhi tugas mereka. Masyarakat harus menerima dengan lapang bahwa mereka harus dapat diperintah oleh mereka yang memang ditugaskan untuk memerintah mereka. Pemerintah bisa dianggap mahakuasa namun sangat perhatian dan bertanggung jawab. Meskipun sistem pembagian kelas ini dipengaruhi oleh ajaran neo-Konfusianisme, sistem ini sama sekali tidak sama dengan ajaran sesungguhnya. Sedangkan tentara dan petinggi agama berada di hierarki paling bawah dalam sistem yang sama di Cina, di Jepang, beberapa di kelas ini berperan penting dalam pendirian kekuasaan (ruling elite).

Kaum samurai mempertahankan tradisi mereka dengan pembaharuan minat dalam sejarah Jepang dan dalam penanaman tradisi pengajaran Konfusianisme, menghasilkan perkembangan dalam konsep bushido (jalan para samurai). Jalan hdup lainnya––chonindo—juga muncul. Chonindo (町人道, jalan para pedagang) merupakan budaya yang berbeda yang bangkit di kota-kota besar seperti Osaka, Kyoto, dan Edo. Hal ini mendorong harapan dalam peningkatan kualitas bushido—kerajinan, kejujuran, kehormatan, kesetiaan, dan kesederhanaan—dengan mencarpuradukkan ajaran Shinto, neo-Konfusianisme, dan Buddha. Peningkatan pun terjadi pada pembelajaran matematika, astronomi, kartografi, ilmu rancang-bangun, dan pengobatan. Penekanan ditempatkan pada kualitas pengerjaan, terutama dalam bidang seni. Untuk pertama kalinya, populasi di kota memiiki keinginan dan waktu untuk mendukung kebudayaan masyarakat yang baru. Keinginan mereka untuk mencari kesenangan kemudian dikenal sebagai ukiyo (浮世, dunia yang mengapung), dunia fashion yang ideal, pertunjukkan populer, dan penemuan kualitas estetik dalam objek dan kebiasaan hidup sehari-hari, termasuk seks (春画, shunga). Perempuan penghibur (芸者, geisha), musik, cerita terkenal, kabuki dan bunraku (文楽, panggung wayang), syair, kesusastraan yang kaya, dan seni, yang tergambarkan dalam gambar kayu yang indah (dinamakan ukiyo-e), semua adalah bagian dari kebudayaan yang berkembang. Dunia sastra pun tumbuh seiring munculnya dramawan berbakat Chikamatsu Monzaemon (1653-1724) dan penyair haiku, pengarang esai, dan penulis catatan perjalanan Matsuo Basho (1644-1694).

Cetakan ukiyo-e mulai diciptakan pada akhir abad 17, dan pada tahun 1764, Harunobu menciptakan cetakan polikrom yang pertama. Desainer generasi berikutnya, termasuk Torii Kiyonaga dan Utamaro, membuat lukisan tentang pelacur yang elegan dan terkadang terlalu vulgar. Pada abad 19, figur yang sering muncul adalah Hiroshige, seorang pelukis pemandangan yang sentimentil dan romantis. Sudut yang aneh dan bentuk yang sering diperlihatkan Hiroshige dalam lukisan pemandangannya dan karya-karya Kiyonaga dan Utamaro, dengan penekanan di atas bidang datar dan pada garis linier yang kuat, memiliki pengaruh kuat pada para pelukis Barat yang terkenal seperti Edgar Degas dan Vincent van Gogh di kemudian hari.

Agama Buddha dan Shinto memiliki peranan penting di zaman Tokugawa. Buddha, yang digabungkan dengan neo-Konfusianisme, menciptakan sebuah standar tingkah laku sosial. Meskipun tidak memiliki kekuatan politik yang kuat seperti di masa lalu, Buddha banyak didukung oleh masyarakat kalangan atas. Pengasingan agama Kristen menguntungkan agama Buddha pada tahun 1640 ketika bakufu mengharuskan masyarakat mencatatkan diri ke kuil. Pemisahan masyarakat yang kaku di masa Tokugawa ke dalam han, desa, kabupaten, dan rukun warga turut menegaskan penanaman agama Shinto di daerah. Shinto memberikan penyegaran rohani ke dalam situasi politik dan memiliki hubungan penting antara individu dan masyarakat. Shinto turut menjaga identitas nasional.

Shinto dengan cepat mengasumsikan sebuah bentuk intelektual dari rasionalisme dan materialisme kaum neo-Konfusianisme. Gerakan kokugaku muncul dari interaksi kedua sistem kepercayaan ini. Kokugaku mendukung nasionalisme yang berpusat pada penguasa di Jepang modern dan kebangkitan kembali agama Shinto sebagai kepercayaan resmi negara di abad 18 dan 19. Kojiki, Nihongi, dan Man'yoshū semuanya dipelajari kembali sebagai pencarian jiwa masyarakat Jepang. Beberapa pemeluk paham kemurnian dalam gerakan kokugaku, seperti Motoori Norinaga, bahkan mengritik pengaruh kaum Konfusianisme dan Buddha—pada hakikatnya, pengaruh asing—dalam menodai jalan hidup masyarakat Jepang. Jepang merupakan tanah para kami (神, dewa) dan, demikianlah, memiliki takdir yang khusus.

7. AKHIR KESHOGUNAN
a. Kemunduran Tokugawa
Akhir zaman Edo sering pula disebut dengan akhir keshogunan Tokugawa. Sebab berakhirnya zaman ini sangat kontroversial namun dikisahkan sebagai penentangan terhadap pembukaan Jepang terhadap dunia luar oleh Laksamana Matthew Perry dari Angkatan Laut Amerika Serikat, di mana armada (dikenal oleh orang Jepang sebagai kurofune atau kapal hitam) mereka menembakkan senjata canggih mereka dari Teluk Tokyo. Beberapa pulau kecil buatan dibangun untuk menghalangi cakupan armada, dan pulau-pulau kecil ini masih ada hingga saat ini di distrik Odaiba.

Tokugawa tidak roboh hanya karena kegagalan dari dalam. Gangguan dari pihak asing semakin mempercepat perjuangan politik yang rumit antara bakufu dan koalisi para penentangnya. Kesinambungan gerakan anti-bakufu di pertengahan abad 19 akhirnya dapat menumbangkan Tokugawa. Sejak awal, Tokugawa telah mencoba membatasi kekayaan masyarakat dan menetapkan kebijakan ‘kembali ke lahan’, di mana para petani merupakan masyarakat ideal dalam masyarakat.

Di samping usaha untuk membatasi kekayaan dan sebagian karena zaman yang sangat damai, standar kehidupan penduduk desa dan kota seolah tumbuh secara signifikan selama zaman Tokugawa. Kebutuhan hidup yang lebih baik seperti hasil panen, transportasi, perumahan, makanan, dan hiburan sangat tersedia, sehingga lebih banyak waktu luang, paling tidak bagi penduduk kota. Tingkat melek huruf juga sangat tinggi untuk ukuran masyarakat praindustri, dan nilai budaya ditanamkan dan secara luas disampaikan oleh kaum samurai dan chonin. Di samping kemunculan kembali serikat pekerja, aktivitas ekonomi menjadi semakin baik melampaui ‘takdir’ bagi kaum pekerja, perdagangan menyebar, dan perputaran uang di masyarakat meningkat. Walaupun pemerintah dengan berat membatasi para pedagang dan memandang mereka sebagai anggota masyarakat yang tidak produktif, para samurai, yang berangsur-angsur terpisah dari kehidupan sosial di desa mereka, sangat bergantung pada kaum pedagang dan para tukang atau penjual jasa dalam hal barang-barang konsumsi, minat seni, dan pinjaman. Dengan cara ini, sebuah subversi yang tak terpisahkan dari kelas samurai dan para chonin terjadi.

Perjuangan mempertahankan kekuasaan terlihat semakin berat di panggung politik saat itu di mana shogun semakin membebankan masalah ekonomi pada kaum usahawan. Pemerintah yang ingin menciptakan sebuah masyarakat agraris telah gagal untuk memandang kenyataan atas perkembangan distribusi barang-jasa. Birokrasi yang lebih besar ditingkatkan, namun akhirnya mengalami stagnasi karena bertentangan dengan keadaan sosial baru yang kini berkembang. Jika melihat sebelumnya, populasi meningkat secara signifikan selama masa awal pemerintahan Tokugawa. Meskipun laju pertumbuhan tidak dapat dipastikan, terdapat sekurang-kurangnya 26 juta penduduk dan sekitar empat juta anggota keluarga samurai dan dan pelayan mereka ketika sensus nsional pertama dilakukan pada tahun 1721. Musim kemarau, yang diikuti oleh kegagalan panen dan kelaparan, mengakibatkan Jepang dilanda kelaparan yang merata antara tahun 1675 dan 1837. Kegelisahan para petani pun tumbuh, dan pada akhir abad 18, protes massa atas pajak dan kekurangan pangan terjadi di mana-mana. Banyak keluarga yang kehilangan tanahnya menjadi petani sewaan, sementara orang-orang miskin yang tak memiliki tempat lagi bermigrasi ke kota. Karena kekayaan masyarakat yang tadinya baik terus mengalami kemunduran, yang lain pindah untuk mengambil alih lahan, dan kelas petani baru yang kaya muncul. Orang-orang yang diuntungkan tersebut dapat menciptakan aneka hasil pertanian dan menyewa pekerja, sementara yang lain merasakan ketidakpuasan. Banyak kaum samurai merasa dalam masa yang sangat sulit dan dipaksa untuk berkerja membuat kerajinan tangan dan mencari upah dari para pedagang.

Meskipun Jepang mampu untuk memperoleh dan memurnikan ilmu pengetahuan yang luas, proses industrialisasi yang cepat dari Barat sepanjang abad 18 untuk pertama kalinya menciptakan kesenjangan materi dalam hal teknologi dan peralatan perang antara Jepang dan Barat (yang tidak terlalu mencolok di awal zaman Edo), yang memaksanya meninggalkan politik sakoku dan mendukung akhir pemerintahan Tokugawa.

Gangguan dari Barat mengalami peningkatan pada awal abad 19. Kapal perang dan pedagang dari Rusia menyusup ke Karafuto (disebut Sakhalin di bawah Rusia dan kendali Soviet) dan Kepulauan Kuril, pulau paling selatan Rusia yang dianggap oleh orang Jepang sebagai pulau bagian utara Hokkaido. Sebuah kapal perang Inggris memasuki pelabuhan Nagasaki mencari kapal-kapal Belanda yang merupakan musuh mereka pada tahun 1808, serta kapal perang dan kapal penangkap ikan paus lain semakin sering terlihat di perairan Jepang pada dekade 1810an dan 1820an. Kapal penangkap ikan dan kapal dagang dari Amerika Serikat pun datang ke pesisir kepulauan Jepang. Meskipun masyarakat Jepang membuat beberapa pengecualian dan membiarkan kapal-kapal itu merapat, mereka sebenarnya tetap mencoba untuk menghalau orang asing untuk masuk, terkadang dengan menggunakan kekerasan. Rangaku menjadi rumit tidak hanya dalam memahami orang asing sebagai ‘kaum barbar’ tetapi juga dalam penggunaan pengetahuan yang berasal dari Barat untuk menghalau mereka.

Pada 1830an, mulai terlihat akan terjadinya krisis sosial yang besar. Kelaparan dan bencana alam menghantam dengan keras, dan kegelisahan masyarakat mendorong pemberontakan petani terhadap pemerintah dan kaum pedagang di Osaka pada tahun 1837. meskipun hanya terjadi sehari, pemberontakan tersebut menciptakan suatu kesan dramatis. Perbaikan datang dalam wujud pemecahan tradisional di mana yang dijadikan sumber masalah adalah kebusukan moral para pemimpin, bukan masalah kelembagaan. Para penasihat shogun memaksa pengembalian jiwa tempur, pembatasan yang lebih ketat atas hubungan dan perdagangan luar negeri, pelarangan rangaku, penyensoran terhadap buku-buku, dan penghapusan ‘kemewahan’ pada kelas pemerintah dan samurai. Pihak lain mencari cara untuk merobohkan Tokugawa dan mendukung secara politis propoganda sonno joi (hormati kaisar, usir kaum barbar), yang menuntut kesatuan di bawah aturan kekaisaran dan menentang campur tangan asing. Sementara pemerintah bakufu terus berusaha menaruh perhatian pada kesuksesan Barat dalam membangun wilayah koloni di Cina mengikuti Perang Candu I antara tahun 1839-1842. Semakin banyak kalangan masyarakat yang meminta perubahan, terutama dalam bidang ekonomi, untuk memperkuat posisi Jepang melawan ancaman Barat.

Jepang menolak permintaan Amerika Serikat, yang terus melakukan ekspansi di wilayah Asia Pasifik, untuk menjalin hubungan diplomatik ketika Laksamana James Biddle muncul Teluk Edo bersama dua kapal perang pada Juli 1846.

b. Pembukaan Negeri
Sejak Laksamana Matthew Calbraith Perry dengan kapalnya tiba di Teluk Edo pada Juli 1853, pemerintah Tokugawa terlempar ke dalam huru-hara yang terus meluas. Ketua dewan senior, Abe Masahiro (1819–1857), bertanggung jawab atas ditandatanganinya persetujuan pertama antara Amerika Serikat dan Jepang. Abe yang tak memiliki catatan pengalaman dalam mengatasi ancaman terhadap keamanan nasional ini mencoba untuk menengahi keinginan anggota dewan senior untuk berkompromi dengan pihak asing. Dewan senior ini bermaksud membicarakan Tenno yang menginginkan Jepang bebas dari campur tangan bangsa asing dan para daimyo yang terus melawan pemerintahan. Tanpa persetujuan dewan, Abe memutuskan untuk melayani kehendak Perry untuk membuka Jepang bagi bangsa asing di samping menyiapkan perlawanan militer. Pada Maret 1854, sesuai Persetujuan Damai dan Persahabatan (atau Persetujuan Kanagawa), Jepang harus membuka dua pelabuhan penting bagi kapal-kapal Amerika yang mencari perbekalan, memberikan pertolongan bagi kapal Amerika yang karam di perairan Jepang, dan mengizinkan Amerika menempatkan seorang konsulat jenderal di Shimoda, pelabuhan di Semenajung Izu di sebelah barat daya Edo. Lima tahun kemudian, pihak Amerika memaksa pemerintah bakufu untuk menandatangani perjanjian perdagangan, yang mengharuskan Jepang membuka lebih banyak wilayah perdagangan bagi Amerika.

Keruntuhan keshogunan Tokugawa semakin terlihat jelas. Perdebatan atas kebijakan pemerintah semakin jarang dan kritik masyarakat terhadap keshogunan pun semakin keras. Dengan berharap pada dukungan sejumlah pihak yang bersekutu, Abe sempat berbicara dengan shinpan daimyo dan tozama daimyo mengenai terjadinya kegemparan di antara fudai daimyo. Suatu hal yang semakin memperlemah pemerintah shogun. Pada saat Reformasi Ansei (1854–1856), Abe kemudian mencoba memperkuat kekuasaan rezim Tokugawa dengan membeli kapal perang dan persenjataan dari Belanda serta membangun daerah pertahanan baru. Pada tahun 1855, sekolah angkatan udara didirikan di Nagasaki dengan menyewa pelatih asal Belanda, dan sekolah militer ala Barat dibangun di Edo; sementara setahun kemudian pemerintah banyak menerjemahkan buku-buku Barat. Para penentang Abe pun semakin bertambah di kalangan fudai daimyo, yang sejak awal menentang pembukaan dewan pemerintahan terhadap tozama daimyo, dan akhirnya Abe diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua dewan senior oleh Hotta Masayoshi (1810–1864) pada tahun 1855.

Di antara beberapa tokoh politik yang tak sepakat atas kebijakan itu tersebutlah nama Tokugawa Nariaki yang anti-Barat. Nariaki adalah orang yang sejak lama menyatakan kesetiaannya kepada Tenno, dan orang yang diberikan tanggung jawab atas pertahanan nasional pada 1854.

Pada tahun-tahun terakhir kekuasaan Tokugawa, hubungan dengan bangsa asing semakin meningkat. Perjanjian yang dilakukan pada tahun 1859 mengizinkan lebih banyak pelabuhan yang dibuka demi hubungan diplomatik, perdagangan tanpa pengawasan pemerintah Jepang di empat pelabuhan, dan pendirian rumah-rumah tinggal bagi bangsa asing di Edo dan Osaka. Perjanjian ini juga berisi tentang hak ekstrateritorial (warga asing tunduk pada hukum di negara-negara asal mereka sendiri dan tidak tunduk kepada hukum Jepang). Hotta kehilangan banyak dukungan dari para daimyo, dan ketika Tokugawa Nariaki menggugat perjanjian tersebut, Hotta mendapat sanksi dari kaisar. Penguasa, yang mengetahui bahwa bakufu semakin lemah, menolak permintaan Hotta dan mengacaukan di Kyoto dan menjerumuskan kaisar ke dalam politik internal Jepang untuk pertama kali sejak berabad-abad. Ketika shogun meninggal tanpa seorang ahli waris pun, Nariaki memohon kepada penguasa untuk mencari dukungan bagi anaknya, Tokugawa Yoshinobu (atau Keiki), karena shogun adalah seorang yang dijunjung oleh shinpan daimyo dan tozama daimyo. Fudai daimyo menang mutlak dalam hal kekuatan, bagaimanapun, penekanan terhadap Tokugawa Yoshitomi, penahanan Nariaki dan Keiki, penghukuman mati Yoshida Shoin (1830–1859, seorang intelektual yang memimpin gerakan sonno-joi dan menentang perjanjian dengan Amerika serta merencanakan revolusi melawan bakufu), dan penandatanganan perjanjian dengan Amerika dan lima negara lain, semuanya mengakhiri isolasi Jepang yang telah berlangsung lebih dari 200 tahun.

c. Bakumatsu, Konflik dan Modernisasi
Pada tahun-tahun terakhir pemerintahan bakufu, atau disebut pula bakumatsu, pemerintahan bakufu mengambil langkah jauh dalam mencoba kembali menekankan kekuasaannya, meskipun keterlibatannya dalam modernisasi dan kerja sama dengan bangsa asing malah membuatnya menjadi sasaran sentimen anti-Barat di seluruh negeri.

Angkatan darat dan angkatan laut terus mengalami modernisasi. Sekolah angkatan laut didirikan di Nagasaki pada tahun 1855. Banyak murid di sekolah ini dikirim ke negara Barat selama beberapa tahun untuk mempelajari angkatan laut di sana, memulai tradisi calon pemimpin dengan pendidikan Barat, seperti Laksamana Enomoto. Beberapa insinyur angkatan laut Perancis disewa untuk mendirikan gudang senjata, di antaranya adalah Yokosuka dan Nagasaki. Di akhir keshogunan Tokugawa pada tahun 1867, Angkatan laut Jepang dari keshogunan telah memiliki delapan kapal perang bertenaga uap ala Barat disamping Kaiyo Maru, yang digunakan untuk melawan tentara pro-kekaisaran selama Perang Boshin dibawah perintah Laksamana Enomoto. Misi militer Perancis dibangun untuk ikut memodernisasi angkatan darat pemerintahan bakufu.

Para ektremis yang begitu memuja Tenno sebagai simbol kesatuan negeri, melakukan kekerasan dan membunuh banyak orang tak berdosa demi menjatuhkan Bakufu, penguasa han, dan bangsa asing. Pembalasan dari pihak angkatan laut asing pada pertempuran Satsuei, membawa ke arah terciptanya perjanjian perdagangan pada tahun 1865, namun Yoshitomi tidak mampu memenuhi perjanjian tersebut. Tentara pemerintahan bakufu dikalahkan ketika bermaksud menyelesaikan kesalahpahaman di wilayah Satsuma dan Choshū pada tahun 1866. Akhirnya, pada tahun 1867, Tenno Komei meninggal dan diteruskan oleh anaknya yang masih sangat muda Tenno Meiji (Mutsuhito).

Keiki dengan terpaksa menjadi shogun dan kepala dari klan Tokugawa. Dia mencoba untuk menyusun kembali pemerintahan di bawah kekuasaan kaisar sementara dia menjaga peran kepemimpinan shogun. Karena takut akan pertumbuhan kekuatan daimyo dari Satsuma dan Choshū, daimyo lain menuntut pengembalian kekuatan politik yang sebelumnya dimiliki shogun kepada Tenno dan dewan daimyo yang diketuai oleh mantan shogun Tokugawa. Keiki menerima rencana ini pada akhur tahun 1867 dan segera menandatanganinya, dan mengumumkan sebuah ‘restorasi kekasisaran’. Pemimpin Satsuma, Choshū, dan pemimpin han lainnya serta orang dari dkalangan istana yang radikalis, memberontak, merebut istana kekaisaran, dan mengumumkan restorasi yang mereka kobarkan pada tanggal 3 Januari 1868.

Setelah Perang Boshin (1868-1869), pemerintahan bakufu benar-benar dihapuskan, dan Keiki akhirnya dapat disejajarkan dengan para daimyo. Pembalasan kemudian berlanjut ke Utara pada tahun 1868, dan angkatan laut bakufu di bawah perintah Laksamana Enomoto Takeaki bertahan selama enam bulan kemudian di Hokkaido, di mana mereka mendirikan sebuah Republic Ezo yang tidak berumur panjang.

8. PERISTIWA-PERISTIWA
• 1600: Pertempuran Sekigahara. Tokugawa Ieyasu mengalahkan koalisi dari para daimyo dan membangun hegemoni atas kepulauan Jepang.
• 1603: Kaisar melantik Tokugawa Ieyasu sebagai shogun, yang memindahkan pemerintahannya ke Edo (Tokyo) dan membangun dinasti shogun Tokugawa.
• 1605: Tokugawa Ieyasu turun tahta sebagai shogun dan digantikan oleh anaknya Tokugawa Hidetada.
• 1607: Dinasti Yi dari Korea mengirimkan utusan ke Keshogunan Tokugawa.
• 1611: Pulau Ryūkyū menjadi daerah di Sastsuma yang tunduk (vassal state) pada keshogunan.
• 1614: Tokugawa Ieyasu melarang keras agama Kristen di Jepang.
• 1615: Pertempuran Osaka. Tokugawa Ieyasu mengepung Istana Osaka, penentang dari kelompok yang setia pada klan Toyotomi. Kekuasaan Tokugawa menjadi yang tertinggi di seluruh Jepang.
• 1616: Tokugawa Ieyasu meninggal.
• 1623: Tokugawa Iemitsu menjadi shogun ketiga.
• 1633: Tokugawa Iemitsu melarang orang Jepang bepergian ke luar negeri dan membaca buku-buku Barat.
• 1635: Tokugawa Iemitsu menyusun sistem sankin kotai yang mewajibkan daimyo memiliki rumah kediaman sebagai tempat tinggal kedua sewaktu bertugas di Edo.
• 1637: Pemberontakan Shimabara (1637-1638) oleh para petani yang menentang penarikan pajak yang sangat tinggi.
• 1638: Tokugawa Iemitsu melarang pembangunan kapal.
• 1639: Surat perintah untuk penutupan negeri (Sakoku Rei) selesai dibuat. Semua bangsa Barat, kecuali Belanda, dilarang memasuki Jepang.
• 1641: Tokugawa Iemitsu melarang keras semua bangsa asing, kecuali Cina dan Belanda, untuk memiliki hubungan perdagangan dengan Jepang.
• 1650: Dengan damai, telah dikembangkan kemampuan tentara baru yang mulia dan terhormat dan terpelajar sesuai dengan bushido (jalan para samurai).
• 1657: Kebakaran Besar di Meireki menghanguskan hampir seluruh Edo.
• 1700: Kabuki dan ukiyo-e menjadi sangat populer.
• 1707: Mount Fuji meletus.
• 1774: Teks anatomis Kaitai Shinsho, terjemahan lengkap bahasa Jepang pertama dari buku perlatihan medis Barat, dipublikasikan oleh Sugita Gempaku dan Maeno Ryotaku.
• 1787: Matsudaira Sadanobu menjadi anggota dewan senior dan mendirikan Kansei Reforms.
• 1792: Utusan Rusia, Adam Laxman tiba di Nemuro in bagian timur Ezo (sekarang Hokkaido).
• 1804: Utusan Russian, Nikolai Rezanov mencapai Nagasaki dan gagal menjalin hubungan dagang dengan Jepang.
• 1837: Pemberontakan Oshio Heihachiro
• 1841: Reformasi Tempo
• 1854: Amerika Serikat memaksa Jepang untuk menandatangani persetujuan dagang (Persetujuan Kanagawa) yang membuka Jepang untuk bangsa asing setelah penutupan selama dua setengah abad.
• 1855: Rusia dan jepang membangun hubungan diplomatik.
• 1864: Kapal perang Inggris, Perancis, Belanda, dan Amerika membombardir Shimonoseki dan membuka lebih banyak pelabuhan di Jepang bagi bangsa asing.
• 1868: Tokugawa Yoshinobu turun tahta, dinasti Tokugawa berakhir, dan seluruh kekuasaan Tenno (帝, mikado) Meiji dikembalikan, kecuali ibukota Edo/ Tokyo dan atribut kedewaan.