Showing posts with label Knowledge. Show all posts
Showing posts with label Knowledge. Show all posts
11:44 AM

PETA JEPANG

http://www.ease.com/~randyj/alljapan.jpg

Japan map

Daftar Prefektur
Hokkaido
Chubu
Chugoku
Okinawa
1. Hokkaido 15. Niigata 31. Tottori 47. Okinawa
Tohoku 16. Toyama 32. Okayama
2. Aomori 17. Ishikawa 33. Shimane
3. Akita 18. Fukui 34. Hiroshima
4. Iwate 19. Nagano 35. Yamaguchi
5. Yamagata 20. Yamanashi
Shikoku
6. Miyagi 21. Shizuoka 36. Kagawa
7. Fukushima 22. Aichi 37. Tokushima
Kanto
23. Gifu 38. Ehime
8. Tochigi
Kansai/Kinki
39. Kochi
9. Ibaraki 24. Hyogo 40. Fukuoka
10. Saitama 25. Kyoto 41. Saga
11. Takyo 26. Shiga 42. Nagashaki
12. Chiba 27. Oska 43. Oita
13. Kanagawa 28. Nara 44. Kumamoto
14. Gunma 29. Mie 45. Miyazaki
30. Wakayama 46. Kagoshima

Sumber: japanluxuryhotel.com, International Friends in Christ

4:56 PM

Mitologi Jepang

Foklor, sekarang disebut mitologi Jepang, hampir seluruhnya berdasarkan cerita yang terdapat dalam Kojiki, Nihonshoki, dan Fudoki dari berbagai provinsi di Jepang. Dalam kata lain, mitologi Jepang sebagian besar berkisar pada berbagai kami penghuni Takamanohara (Takamahara, atau Takamagahara), dan hanya sedikit sumber literatur tertulis yang dapat dijadikan rujukan.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/e/e5/Amaterasu_cave.JPG


Di zaman kuno, setiap daerah di Jepang diperkirakan memiliki sejenis kepercayaan dalam berbagai bentuk dan folklor. Bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Kekaosaran Yamato, berbagai macam kepercayaan diadaptasi menjadi Kumitsugami atau “dewa yang dipuja” yang bentuknya menjadi hampir seragam, dan semuanya dikumpulkan ke dalam “Mitologi Takamanohara”. Sementara itu, wilayah dan penduduk yang sampai di abad berikutnya tidak dikuasai Kekaisaran Yamato atau pemerintah pusat Jepang yang lain, seperti Suku Ainu dan orang Kepulauan Ryuukyuu masing-masing juga memiliki mitologi sendiri.


Di abad pertengahan berkembang mitologi Jepang abad pertengahan (Chuusei Nihongi) dengan isi yang berbeda dari mitologi sebelumnya. Mitologi Jepang abad pertengahan tetap berpedoman pada Nihonshoki tapi dikembangkan hingga menjadi sangat berbeda dengan versi aslinya. Mitologi Jepang abad pertengahan ditemukan dalam epik perang seperti Taiheki, buku penggubahan syair dan anotasinya, serta berbagai Engi atau buku catatan asal-usul dan sejarah milik kuil agama Buddha dan Shinto.


Dalam mitologi Jepang abad pertengahan, berbagai kami dalam Kojiki dan Nihonshoki berdasarkan teori Honji Shijaku dikenali sebagai perwujudan sementara para Buddha dan Bodhisattva atau dianggap sejajar. Selain itu, mitologi Jepang abad pertengahan bercampur dengan unsur-unsur yang diambil dari seni dan cerita rakyat, mitologi berbagai daerah, serta menampilkan tingkat kedewaan dan benda-benda yang tidak ada di dalam Kojiki dan Nihonshoki.

Di pertengahan Zaman Edo, terdapat buku yang berjudul Kojiki-den dengan maksud melakukan interpretasi isi Kojiki hingga tuntas. Buku ini menyebabkan sumber utama mitologi Jepang bergeser dari Nihonshoki menjadi Kojiki dan keadaan ini bertahan hingga sekarang.


Penciptaan Dunia

Dunia berawal di Takamonahara di sana lahir berbagai kami seperti Kotoatmasuki dan Kaminoyonayo. Kami yang lahir paling akhir adalah dua bersaudara: Izanagi (Izanaki) dan Izanami.


Izanagi dan Izanami

Izanagi dan Izanami turun di Ashinara No Shikami, menikah, dan berturut-turut melahirkan pulau-pulau yang membentuk kepulauan Jepang yang disebut Yashima Setelah melahirkan berbagai kami, Izanami tewas akibat luka bakar saat melahirkan Kagutshuci (Dewa Api). Setelah membunuh Kagutsuchi, Izanagi pergi ke negeri Yomi untuk mencari dan menyelamatkan Izanami. Setelah berada di negeri Yomi, wujud Izanami berubah menjadi menakutkan. Izanagi yang melihat sosok Izanami menjadi lari ketakutan.


Izanagi menjalani misogi (mandi) karena tidak suka dengan kekotoran (kegare) yang terbawa dari Yomi. Ketika melakukan misogi, Izanagi melahirkan pula sejumlah kami, saat mencuci mata kiri terlahir Amaterasu (Dewa Matahari, penguasa Takamanohara), saat mencuci mata kanan terlahir Tsukuyami (dewa bulan, penguasa malam), dan saat mencuci hidung lahir Susanoo (penguasa samudra). Ketiga kami ini disebut Miha Shira No. Uzu No Miko, dan menerima perintah dari Izanagi untuk menguasai dunia.


Amaterasu dan Susanoo

Susanoo ingin pergi ke tempat Izanami di Ne no Kuni dan berteriak-teriak menangis hingga membuat kerusakan luar biasa di langit dan bumi. Susanoo akhirnya pergi naik ke Takamanohara yang diperintah Amaterasu. Kedatangan Susanoo salah dimengerti, Amaterasu menyangka Susanoo datang untuk merebut Takamanohara. Susanoo disambut Amaterasu dengan busur dan anak panah.


Agar kecurigaan Amaterasu terhapus, dari setiap benda yang menempel di badan Susanoo lahir kami yang jenis kelaminnya membuktikan kemurnian tubuh Susanoo. Amaterasu percaya dan mengizinkan Susanoo berada di Takamanohara. Di sana Susanoo membuat keonaran lagi sampai Amaterasu bersembunyi di dalam gua Ama No Iwato. Amaterasu adalah Dewa Matahari, sehingga matahari tidak terbit selama Amaterasu bersembunyi. Para kami di Takamanohara menjadi susah hati. Amaterasu akhirnya keluar dari dalam gua setelah dikelabui. Susanoo yang sering membuat susah akhirnya diusir ke dunia bawah.

Legenda Izumo

Susanno turun ke negeri Izumo. Setelah berhasil membunuh monster Yamano Orochi yang suka merusak, Susanoo menikah dengan putri Kunitsukami. Cucu keturunan Susanoo bernama Ooikunitsi menikah dengan putri Susanoo dan membangun negeri Sukunaihokaradan Ashihara no Nakatsukuni. Menurut penjelasan nama tempat yang ada di buku Fudoki negeri Izumo, lokasi pembasmian Yamata no Orochi ada di distrik Ou (sekarang kota Yasugi, Perfektur higame), tapi bukan Susanoo yang menjadi pahlawan, melainkan Oonamuchi (Ookuninushi).


Penaklukan Ashihara no Nakatsu

Sementara itu, Amaterasu dan para kami (Amatsukami) di Takamanohara menyatakan negeri Ashihara no Nakatsu no Kuni (Izumo) harus diperintah Amatsukami atau cucu keturunan Amaterasu. Sejumlah kami dikirim ke Izumo untuk mewujudkan keinginan ini. Setelah dua anak Ookuninushi, Kotoshironushi dan Takeminakata menitis ke Amatsukami, Ookuninushi berjanji untuk memberikan negeri Izumo dengan syarat dibangunkan sebuah istana. Istana ini nantinya disebut Izumo Taisha.


Ninigi yang merupakan cucu Amaterasu menerima Ashihara no Nakatsu. Ninigi turun ke negeri Hyaga dan kemudian menikahi Putri Konohanasakuya.


Kisah Hoori dan Hoderi

Ninigi memiliki dua putera, Hoori dan Hoderi. Mata pancing milik Hoderi dihilangkan Hoori sehingga kedua bersaudara ini bertengkar. Hoori lalu pergi ke istana Kaijin (Dewa Laut) dan menemukan mata pancing Hoderi di sana. Sewaktu berada di sana, Hoori menikah dengan putri dewa laut. Dari pernikahan ini lahir anak laki-laki bernama Ugaya Fukiaezu. Putra keturunan Ugaya Fukiaezu yang bernama Kamuyamato Iwarehito nantinya menjadi Kaisar Jimmu.


Kaisar Jimmu

Kamuyamato Iwarehito dan kakak-kakaknya berkeinginan menguasai Yamato. Penduduk yang sejak dulu berdiam wilayah Yamato melawan dengan sekuat tenaga, dan pertempuran sengit terjadi. Kesaktian Kamuyamato Iwarehiko yang masih keturunan dewa bukan tandingan bagi penduduk Yamato. Pada akhirnya, Kamuyamato Iwarehiko naik tahta sebagai kaisar di kaki gunung Unebikashihara no Miya. Kamuyamato Iwarehiko nantinya dikenal sebagai kaisar pertama Jepang Kaisar Jimmu.


Setelah Kaisar Jimmu wafat, pemberontakan dilancarkan putra Kaisar Jimmu yang bernama Tagishimimi. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan Kamununakawamimi yang kemudian naik tahta sebagai Kaisar Suizei.


Kesshi Hachi-dai

Delapan kaisar, termasuk kaisar kedua Kaisar Suizei hingga kaisar ke-9 Kaisar Kaika disebut sebagai Kesshi Hachi-dai. Kedelapan nama kaisar tertulis dalam Kojiki dan Nihon-shoki, tapi tidak dijelaskan peran dan jasa-jasanya.


Tengu

Tengu adalah bagian dari mitologi Jepang. Dalam bahasa Jepang, kata “tengu” berarti anjing surga. Ada dua jenis tengu yang dikenal dalam mitologi Jepang. Yang pertama, adalah tengu tradisional atau “crow tengu” yang memiliki paruh seperti burung, cakar dan sayap burung, namun mempunyai tubuh manusia.


Yang kedua adalah yamabushi atau tengu yang dikenal dengan sebutan “pendeta gunung”. Mereka berwujud manusia, namun memiliki hidung yang sangat panjang. Di Jepang, banyak dijual topeng kayu yang menampilkan wujud tengu.


Dalam bahasa Inggris, tengu diterjemahkan menjadi “goblin” atau sejenis hantu. Jadi, apa hubungan antara “anjing surga” dengan pendeta gunung berhidung panjang? Atau sosok manusia burung?


Masyarakat Cina mengenal legenda tentang hantu gunung yang bernama tien-kou, karakter yang dikenal dengan nama celestial dogs atau heavenly dogs (anjing-anjing surga).


Cara melafalkan kata tien-kou agak mirip dengan pelafalan tengu dlm bahasa Jepang. Namun definisi dari tengu versi Cina dan Jepang berbeda. Tengu dalam masyarakat Cina merujuk ke legenda komet atau meteor. Menurut legenda, meteor adalah raga makhluk surgawi yang jatuh ke bumi. Ekor komet mengingatkan masyarakat Cina pada ekor musang atau anjing. Tengu dalam definisi Cina lebih merujuk pada makhluk astral.


Legenda tengu Jepang muncul di abad ke-6 dan 7. Tengu dalam istilah Jepang merujuk pada makhluk burung dan pendeta berhidung panjang. Tengu berwujud manusia burung sering menculik anak-anak kecil, membuat orang tersesat dan menyebabkan kebakaran hutan. Mereka juga bisa berubah wujud menjadi lelaki, wanita dan anak-anak.


*) Penulis adalah Mahasiswi Sastra Inggris Unand

(www.mochohotoru.co.cc)

10:05 PM

Desain Rumah Orang Jepang

Atsugi/Jepang, 16 November 2007

Setiap hari, pergi dan pulang kerja dari kampus, saya selalu melewati sebuah proyek pembangunan rumah yang tidak jauh dari tempat tinggal saya. Proyek tersebut sudah dikerjakan sekitar sebulan enam minggu yang lalu dan beruntung sekali saya melihatnya mulai dari tahap konstruksi basement-nya. Sebagai gambaran, proyek tersebut terdiri dari tiga buah rumah yang sama dari model, ukuran, luasnya. Sekarang rumah tersebut sudah hampir selesai yang tinggal tahap finishing saja lagi.

Dengan seringnya melihat proyek rumah tersebut, saya bisa mengamati kemajuan dan dari langkah-langkah pembuatan rumah tersebut. Ketiga rumah yang sama ini disain dan modelnya biasa saja, sama halnya dengan rumah orang Jepang yang lain yaitu model seperti kotak saja.

Pengerjaan utama dari rumah tersebut adalah fondasinya, dan seluruh instalasi air bersih dan kotor sudah disiapkan pada kolong yang ada pada fondasi rumah tersebut, jadi tidak ada pipa-pipa yang terbenam dalam tanah seperti halnya sistem pembangunan rumah di Indonesia.

Rumah tersebut terbuat dari kayu dan semua material kayu tersebut dipesan dari perusahaan yang bergerak di bidang bahan bangunan. Saya dapat informasi bahwa seluruh material kayu (baik untuk konstruksi, dinding, dan lantai) semuanya berasal dari Jepang. Beruntung saya sempat melihat sendiri pabrik yang membuat bahan bangunan dari kayu sewaktu konferensi di Sapporo waktu itu. Jika dibandingkan dengan Indonesia, mungkin rumah kayu tidak popular di Indonesia, tetapi di Jepang saya perhatikan, rumah yang sampai tingkat dua banyak terbuat dari kayu. Memang beralasan mengapa dari kayu mengingat Jepang adalah negara yang sering diguncang gempa dan konstruksi kayu dianggap lebih aman daripada konstruksi beton. Kemudian alasan lainnya saya pikir adalah masalah pemakaian energi di rumah tangga, yaitu rumah kayu lebih irit dalam pemakaian AC untuk pendingin pada musim panas dan pemanas (heater) pada musim dingin.

Satu hal lagi adalah rumah di Jepang tidak begitu besar dan banyak sekali ruangannya. Saya pikir ini juga ada alasan pemakaian energi yang lebih hemat untuk ruangan yang lebih kecil. Di samping itu faktor tanah yang mahal sekali harganya untuk dibeli sehingga orang Jepang secukupnya saja untuk membeli tanah untuk rumah mereka.

Untuk sementara, saya mengambil kesimpulan di sini bahwa orang Jepang dalam membangun rumah lebih mementingkan fungsi dan efisiensi daripada model. Dari sistem kolong untuk instalasi akan lebih mempermudah dalam inspeksi kerusakan dan kebocoran dan perawatan. begitu juga dengan pemakaian kayu yang lebih hemat dalam pemakaian energi untuk pendingin dan pemanas, serta ukuran rumah yang tidak begitu besar yang memudahkan dalam operasional aktivitas sehari-hari dan perawatan. Satu hal lagi, rumah yang tidak terlalu besar akan membuat sang pemilik rumah untuk berpikir seribu kali atau mungkin sejuta kali untuk membeli perabot dan elektronik serta mobil karena “lahan” yang tersedia terbatas alias “mau ditempatkan di mana?”

Yah, sekian dulu ya laporan saya ini. Semoga pengunjung puas dengan laporan dadakan ini, mumpung masih ingat nih. Sayang belum sempat ambil foto rumah tersebut, soalnya pas saya lewat di situ, tukangnya lagi mondar-mandir di situ, saya jadi tidak enak untuk “jepret”.

Salam dari Atsugi.

http://erkata.files.wordpress.com/2007/11/3ed4ca36.jpg


http://erkata.files.wordpress.com/2007/11/kurayaneyamaki.jpg

http://erkata.files.wordpress.com/2007/11/07momizi_rinnoji1.jpg

(sumber: erkata.wordpress.com)

6:30 PM

JAPAN



Introduction

In 1603, a Tokugawa shogunate (military dictatorship) ushered in a long period of isolation from foreign influence in order to secure its power
. For more than two centuries this policy enabled Japan to enjoy stability and a flowering of its indigenous culture. Following the Treaty of Kanagawa with the US in 1854, Japan opened its ports and began to intensively modernize and industrialize. During the late 19th and early 20th centuries, Japan became a regional power that was able to defeat the forces of both China and Russia. It occupied Korea, Formosa (Taiwan), and southern Sakhalin Island. In 1931-32 Japan occupied Manchuria, and in 1937 it launched a full-scale invasion of China. Japan attacked US forces in 1941 - triggering America's entry into World War II - and soon occupied much of East and Southeast Asia. After its defeat in World War II, Japan recovered to become an economic power and a staunch ally of the US. While the emperor retains his throne as a symbol of national unity, elected politicians - with heavy input from bureaucrats and business executives - wield actual decisionmaking power. The economy experienced a major slowdown starting in the 1990s following three decades of unprecedented growth, but Japan still remains a major economic power, both in Asia and globally.



Geography


Location:

Eastern Asia, island chain between the North Pacific Ocean and the Sea of Japan, east of the Korean Peninsula

Geographic coordinates:

36 00 N, 138 00 E

Area:

total: 377,835 sq km
land: 374,744 sq km
water: 3,091 sq km
note: includes Bonin Islands (Ogasawara-gunto), Daito-shoto, Minami-jima, Okino-tori-shima, Ryukyu Islands (Nansei-shoto), and Volcano Islands (Kazan-retto)

Area - comparative:

slightly smaller than California

Land boundaries:

0 km

Coastline:

29,751 km

Maritime claims:

territorial sea: 12 nm; between 3 nm and 12 nm in the international straits - La Perouse or Soya, Tsugaru, Osumi, and Eastern and Western Channels of the Korea or Tsushima Strait
contiguous zone: 24 nm
exclusive economic zone: 200 nm

Climate:

varies from tropical in south to cool temperate in north

Terrain:

mostly rugged and mountainous

Elevation extremes:

lowest point: Hachiro-gata -4 m
highest point: Mount Fuji 3,776 m

Natural resources:

negligible mineral resources, fish

Land use:

arable land: 11.64%
permanent crops: 0.9%
other: 87.46% (2005)

Irrigated land:

25,920 sq km (2003)

Total renewable water resources:

430 cu km (1999)

Freshwater withdrawal (domestic/industrial/agricultural):

total: 88.43 cu km/yr (20%/18%/62%)
per capita: 690 cu m/yr (2000)

Natural hazards:

many dormant and some active volcanoes; about 1,500 seismic occurrences (mostly tremors) every year; tsunamis; typhoons

Environment - current issues:

air pollution from power plant emissions results in acid rain; acidification of lakes and reservoirs degrading water quality and threatening aquatic life; Japan is one of the largest consumers of fish and tropical timber, contributing to the depletion of these resources in Asia and elsewhere

Environment - international agreements:

party to: Antarctic-Environmental Protocol, Antarctic-Marine Living Resources, Antarctic Seals, Antarctic Treaty, Biodiversity, Climate Change, Climate Change-Kyoto Protocol, Desertification, Endangered Species, Environmental Modification, Hazardous Wastes, Law of the Sea, Marine Dumping, Ozone Layer Protection, Ship Pollution, Tropical Timber 83, Tropical Timber 94, Wetlands, Whaling

Geography - note:

strategic location in northeast Asia



People

Population:

127,288,419 (July 2008 est.)

Age structure:

0-14 years: 13.7% (male 8,926,439/female 8,460,629)
15-64 years: 64.7% (male 41,513,061/female 40,894,057)
65 years and over: 21.6% (male 11,643,845/female 15,850,388) (2008 est.)

Median age:

total: 43.8 years
male: 42.1 years
female: 45.7 years (2008 est.)

Population growth rate:

-0.139% (2008 est.)

Birth rate:

7.87 births/1,000 population (2008 est.)

Death rate:

9.26 deaths/1,000 population (2008 est.)

Net migration rate:

NA

Sex ratio:

at birth: 1.06 male(s)/female
under 15 years: 1.06 male(s)/female
15-64 years: 1.02 male(s)/female
65 years and over: 0.73 male(s)/female
total population: 0.95 male(s)/female (2008 est.)

Infant mortality rate:

total: 2.8 deaths/1,000 live births
male: 3 deaths/1,000 live births
female: 2.58 deaths/1,000 live births (2008 est.)

Life expectancy at birth:

total population: 82.07 years
male: 78.73 years
female: 85.59 years (2008 est.)

Total fertility rate:

1.22 children born/woman (2008 est.)

HIV/AIDS - adult prevalence rate:

less than 0.1% (2003 est.)

HIV/AIDS - people living with HIV/AIDS:

12,000 (2003 est.)

HIV/AIDS - deaths:

500 (2003 est.)

Nationality:

noun: Japanese (singular and plural)
adjective: Japanese

Ethnic groups:

Japanese 98.5%, Koreans 0.5%, Chinese 0.4%, other 0.6%
note: up to 230,000 Brazilians of Japanese origin migrated to Japan in the 1990s to work in industries; some have returned to Brazil (2004)

Religions:

observe both Shinto and Buddhist 84%, other 16% (including Christian 0.7%)

Languages:

Japanese

Literacy:

definition: age 15 and over can read and write
total population: 99%
male: 99%
female: 99% (2002)



Government

Country name:

conventional long form: none
conventional short form: Japan
local long form: Nihon-koku/Nippon-koku
local short form: Nihon/Nippon

Government type:

constitutional monarchy with a parliamentary government

Capital:

name: Tokyo
geographic coordinates: 35 41 N, 139 45 E
time difference: UTC+9 (14 hours ahead of Washington, DC during Standard Time)

Administrative divisions:

47 prefectures; Aichi, Akita, Aomori, Chiba, Ehime, Fukui, Fukuoka, Fukushima, Gifu, Gunma, Hiroshima, Hokkaido, Hyogo, Ibaraki, Ishikawa, Iwate, Kagawa, Kagoshima, Kanagawa, Kochi, Kumamoto, Kyoto, Mie, Miyagi, Miyazaki, Nagano, Nagasaki, Nara, Niigata, Oita, Okayama, Okinawa, Osaka, Saga, Saitama, Shiga, Shimane, Shizuoka, Tochigi, Tokushima, Tokyo, Tottori, Toyama, Wakayama, Yamagata, Yamaguchi, Yamanashi

Independence:

660 B.C. (traditional founding by Emperor JIMMU)

National holiday:

Birthday of Emperor AKIHITO, 23 December (1933)

Constitution:

3 May 1947

Legal system:

modeled after German civil law system with English-American influence; judicial review of legislative acts in the Supreme Court; accepts compulsory ICJ jurisdiction with reservations

Suffrage:

20 years of age; universal

Executive branch:

chief of state: Emperor AKIHITO (since 7 January 1989)
head of government: Prime Minister Yasuo FUKUDA (since 26 September 2007)
cabinet: Cabinet appointed by the prime minister
elections: Diet designates prime minister; constitution requires that prime minister commands parliamentary majority; following legislative elections, leader of majority party or leader of majority coalition in House of Representatives usually becomes prime minister; monarch is hereditary
election results: FUKUDA elected prime minister with 338 of 477 votes cast in the House of Representatives; he received 106 of 240 votes cast in the House of Councillors; vote of House of Representatives prevailed

Legislative branch:

bicameral Diet or Kokkai consists of the House of Councillors or Sangi-in (242 seats - members elected for six-year terms; half reelected every three years; 146 members in multi-seat constituencies and 96 by proportional representation) and the House of Representatives or Shugi-in (480 seats - members elected for four-year terms; 300 in single-seat constituencies; 180 members by proportional representation in 11 regional blocs)
elections: House of Councillors - last held 29 July 2007 (next to be held in July 2010); House of Representatives - last held 11 September 2005 (next election by September 2009)
election results: House of Councillors - percent of vote by party - NA; seats by party - DPJ 109, LDP 83, Komeito 20, JCP 7, SDP 5, others 18
: House of Representatives - percent of vote by party (in single-seat constituencies) - LDP 47.8%, DPJ 36.4%, others 15.8%; seats by party - LDP 296, DPJ 113, Komeito 31, JCP 9, SDP 7, others 24 (2007)

Judicial branch:

Supreme Court (chief justice is appointed by the monarch after designation by the cabinet; all other justices are appointed by the cabinet)

Political parties and leaders:

Democratic Party of Japan or DPJ [Ichiro OZAWA]; Japan Communist Party or JCP [Kazuo SHII]; Komeito [Akihiro OTA]; Liberal Democratic Party or LDP [Yasuo FUKUDA]; Social Democratic Party or SDP [Mizuho FUKUSHIMA]

Political pressure groups and leaders:

NA

International organization participation:

ADB, AfDB (nonregional members), APEC, APT, ARF, ASEAN (dialogue partner), Australia Group, BIS, CE (observer), CERN (observer), CP, EAS, EBRD, FAO, G-5, G-7, G-8, G-10, IADB, IAEA, IBRD, ICAO, ICC, ICCt, ICRM, IDA, IEA, IFAD, IFC, IFRCS, IHO, ILO, IMF, IMO, IMSO, Interpol, IOC, IOM, IPU, ISO, ITSO, ITU, ITUC, LAIA, MIGA, NEA, NSG, OAS (observer), OECD, OPCW, OSCE (partner), Paris Club, PCA, PIF (partner), SAARC (observer), SECI (observer), UN, UN Security Council (temporary), UNCTAD, UNDOF, UNESCO, UNHCR, UNIDO, UNITAR, UNRWA, UNWTO, UPU, WCL, WCO, WFTU, WHO, WIPO, WMO, WTO, ZC

Diplomatic representation in the US:

chief of mission: Ambassador Ichiro FUJISAKI
chancery: 2520 Massachusetts Avenue NW, Washington, DC 20008
telephone: [1] (202) 238-6700
FAX: [1] (202) 328-2187
consulate(s) general: Anchorage, Atlanta, Boston, Chicago, Denver, Detroit, Agana (Guam), Honolulu, Houston, Los Angeles, Miami, New Orleans, New York, Portland (Oregon), San Francisco, Seattle

Diplomatic representation from the US:

chief of mission: Ambassador J. Thomas SCHIEFFER
embassy: 1-10-5 Akasaka, Minato-ku, Tokyo 107-8420
mailing address: APO AP 96337-5004
telephone: [81] (03) 3224-5000
FAX: [81] (03) 3505-1862
consulate(s) general: Naha (Okinawa), Osaka-Kobe, Sapporo
consulate(s): Fukuoka, Nagoya

Flag description:

white with a large red disk (representing the sun without rays) in the center


Economy

Economy - overview:

Government-industry cooperation, a strong work ethic, mastery of high technology, and a comparatively small defense allocation (1% of GDP) helped Japan advance with extraordinary rapidity to the rank of second most technologically powerful economy in the world after the US and the third-largest economy in the world after the US and China, measured on a purchasing power parity (PPP) basis. One notable characteristic of the economy has been how manufacturers, suppliers, and distributors have worked together in closely-knit groups called keiretsu. A second basic feature has been the guarantee of lifetime employment for a substantial portion of the urban labor force. Both features have now eroded. Japan's industrial sector is heavily dependent on imported raw materials and fuels. The tiny agricultural sector is highly subsidized and protected, with crop yields among the highest in the world. Usually self sufficient in rice, Japan must import about 55% of its food on a caloric basis. Japan maintains one of the world's largest fishing fleets and accounts for nearly 15% of the global catch. For three decades, overall real economic growth had been spectacular - a 10% average in the 1960s, a 5% average in the 1970s, and a 4% average in the 1980s. Growth slowed markedly in the 1990s, averaging just 1.7%, largely because of the after effects of overinvestment and an asset price bubble during the late 1980s that required a protracted period of time for firms to reduce excess debt, capital, and labor. From 2000 to 2001, government efforts to revive economic growth proved short lived and were hampered by the slowing of the US, European, and Asian economies. In 2002-07, growth improved and the lingering fears of deflation in prices and economic activity lessened, leading the central bank to raise interest rates to 0.25% in July 2006, up from the near 0% rate of the six years prior, and to 0.50% in February 2007. In addition, the 10-year privatization of Japan Post, which has functioned not only as the national postal delivery system but also, through its banking and insurance facilities as Japan's largest financial institution, was completed in October 2007, marking a major milestone in the process of structural reform. Nevertheless, Japan's huge government debt, which totals 182% of GDP, and the aging of the population are two major long-run problems. Some fear that a rise in taxes could endanger the current economic recovery. Debate also continues on the role of and effects of reform in restructuring the economy, particularly with respect to increasing income disparities.

GDP (purchasing power parity):

$4.29 trillion (2007 est.)

GDP (official exchange rate):

$4.384 trillion (2007 est.)

GDP - real growth rate:

2.1% (2007 est.)

GDP - per capita (PPP):

$33,600 (2007 est.)

GDP - composition by sector:

agriculture: 1.4%
industry: 26.5%
services: 72% (2007 est.)

Labor force:

66.69 million (2007 est.)

Labor force - by occupation:

agriculture: 4.6%
industry: 27.8%
services: 67.7% (2004)

Unemployment rate:

3.9% (2007 est.)

Population below poverty line:

NA%

Household income or consumption by percentage share:

lowest 10%: 4.8%
highest 10%: 21.7% (1993)

Distribution of family income - Gini index:

38.1 (2002)

Inflation rate (consumer prices):

0% (2007 est.)

Investment (gross fixed):

23.8% of GDP (2007 est.)

Budget:

revenues: $1.448 trillion
expenditures: $1.597 trillion (2007 est.)

Public debt:

195.5% of GDP (2007 est.)

Agriculture - products:

rice, sugar beets, vegetables, fruit; pork, poultry, dairy products, eggs; fish

Industries:

among world's largest and technologically advanced producers of motor vehicles, electronic equipment, machine tools, steel and nonferrous metals, ships, chemicals, textiles, processed foods

Industrial production growth rate:

1.3% (2007 est.)

Electricity - production:

1.025 trillion kWh (2005)

Electricity - consumption:

974.2 billion kWh (2005)

Electricity - exports:

0 kWh (2005)

Electricity - imports:

0 kWh (2005)

Oil - production:

125,000 bbl/day (2006)

Oil - consumption:

5.353 million bbl/day (2005)

Oil - exports:

94,830 bbl/day (2004)

Oil - imports:

5.425 million bbl/day (2004)

Oil - proved reserves:

58.5 million bbl (1 January 2006 est.)

Natural gas - production:

4.85 billion cu m (2005 est.)

Natural gas - consumption:

83.67 billion cu m (2005 est.)

Natural gas - exports:

0 cu m (2005 est.)

Natural gas - imports:

77.6 billion cu m (2005)

Natural gas - proved reserves:

38.02 billion cu m (1 January 2006 est.)

Current account balance:

$212.8 billion (2007 est.)

Exports:

$676.9 billion f.o.b. (2007 est.)

Exports - commodities:

transport equipment, motor vehicles, semiconductors, electrical machinery, chemicals

Exports - partners:

US 22.8%, China 14.3%, South Korea 7.8%, Taiwan 6.8%, Hong Kong 5.6% (2006)

Imports:

$572.4 billion f.o.b. (2007 est.)

Imports - commodities:

machinery and equipment, fuels, foodstuffs, chemicals, textiles, raw materials

Imports - partners:

China 20.5%, US 12%, Saudi Arabia 6.4%, UAE 5.5%, Australia 4.8%, South Korea 4.7%, Indonesia 4.2% (2006)

Economic aid - donor:

ODA, $11.19 billion (2006)

Reserves of foreign exchange and gold:

$954.1 billion (31 December 2007 est.)

Debt - external:

$1.492 trillion (30 June 2007)

Stock of direct foreign investment - at home:

$109 billion (2007 est.)

Stock of direct foreign investment - abroad:

$527.8 billion (2007 est.)

Market value of publicly traded shares:

$4.737 trillion (2005)

Currency (code):

yen (JPY)

Exchange rates:

yen per US dollar - 117.99 (2007), 116.18 (2006), 110.22 (2005), 108.19 (2004), 115.93 (2003)

Fiscal year:

1 April - 31 March

Communications

Telephones - main lines in use:

55.155 million (2006)

Telephones - mobile cellular:

101.7 million (2006)

Telephone system:

general assessment: excellent domestic and international service
domestic: high level of modern technology and excellent service of every kind
international: country code - 81; numerous submarine cables provide links throughout Asia, Australia, the Middle East, Europe, and US; satellite earth stations - 5 Intelsat (4 Pacific Ocean and 1 Indian Ocean), 1 Intersputnik (Indian Ocean region), and 1 Inmarsat (Pacific and Indian Ocean regions

Radio broadcast stations:

AM 215 (plus 370 repeaters), FM 89 (plus 485 repeaters), shortwave 21 (2001)

Television broadcast stations:

211 (plus 7,341 repeaters); in addition, US Forces are served by 3 TV stations and 2 TV cable services (1999)

Internet country code:

.jp

Internet hosts:

33.333 million (2007)

Internet users:

87.54 million (2006)

Transportation

Airports:

176 (2007)

Airports - with paved runways:

total: 145
over 3,047 m: 7
2,438 to 3,047 m: 41
1,524 to 2,437 m: 40
914 to 1,523 m: 28
under 914 m: 29 (2007)

Airports - with unpaved runways:

total: 31
914 to 1,523 m: 4
under 914 m: 27 (2007)

Heliports:

14 (2007)

Pipelines:

gas 3,939 km; oil 170 km; oil/gas/water 104 km (2007)

Railways:

total: 23,474 km
standard gauge: 3,204 km 1.435-m gauge (3,204 km electrified)
narrow gauge: 77 km 1.372-m gauge (77 km electrified); 20,182 km 1.067-m gauge (13,334 km electrified); 11 km 0.762-m gauge (11 km electrified) (2006)

Roadways:

total: 1.193 million km
paved: 942,000 km (includes 7,383 km of expressways)
unpaved: 251,000 km (2005)

Waterways:

1,770 km (seagoing vessels use inland seas) (2007)

Merchant marine:

total: 676 ships (1000 GRT or over) 10,386,894 GRT/11,689,142 DWT
by type: bulk carrier 131, cargo 29, carrier 3, chemical tanker 23, container 10, liquefied gas 58, passenger 14, passenger/cargo 142, petroleum tanker 157, refrigerated cargo 2, roll on/roll off 52, vehicle carrier 55
registered in other countries: 2,692 (Bahamas 62, Belize 2, Bermuda 1, Burma 3, Cambodia 3, Cayman Islands 6, China 2, Cyprus 19, France 5, Honduras 4, Hong Kong 78, Indonesia 5, Isle of Man 4, South Korea 1, Liberia 111, Malaysia 4, Malta 3, Marshall Islands 5, Mongolia 1, Norway 1, Panama 2,151, Philippines 69, Portugal 10, Singapore 108, Sweden 1, Thailand 4, UK 1, Vanuatu 28, unknown 2) (2007)

Ports and terminals:

Chiba, Kawasaki, Kobe, Mizushima, Moji, Nagoya, Osaka, Tokyo, Tomakomai, Yohohama

Military

Military branches:

Japanese Ministry of Defense (MOD): Ground Self-Defense Force (Rikujou Jietai, GSDF), Maritime Self-Defense Force (Kaijou Jietai, MSDF), Air Self-Defense Force (Koku Jieitai, ASDF) (2008)

Military service age and obligation:

18 years of age for voluntary military service (2001)

Manpower available for military service:

males age 16-49: 27,819,804
females age 16-49: 26,863,794 (2008 est.)

Manpower fit for military service:

males age 16-49: 22.963 million
females age 16-49: 22,134,127 (2008 est.)

Manpower reaching militarily significant age annually:

males age 16-49: 622,168
females age 16-49: 590,153 (2008 est.)

Military expenditures - percent of GDP:

0.8% (2006)