10:05 PM

Desain Rumah Orang Jepang

Atsugi/Jepang, 16 November 2007

Setiap hari, pergi dan pulang kerja dari kampus, saya selalu melewati sebuah proyek pembangunan rumah yang tidak jauh dari tempat tinggal saya. Proyek tersebut sudah dikerjakan sekitar sebulan enam minggu yang lalu dan beruntung sekali saya melihatnya mulai dari tahap konstruksi basement-nya. Sebagai gambaran, proyek tersebut terdiri dari tiga buah rumah yang sama dari model, ukuran, luasnya. Sekarang rumah tersebut sudah hampir selesai yang tinggal tahap finishing saja lagi.

Dengan seringnya melihat proyek rumah tersebut, saya bisa mengamati kemajuan dan dari langkah-langkah pembuatan rumah tersebut. Ketiga rumah yang sama ini disain dan modelnya biasa saja, sama halnya dengan rumah orang Jepang yang lain yaitu model seperti kotak saja.

Pengerjaan utama dari rumah tersebut adalah fondasinya, dan seluruh instalasi air bersih dan kotor sudah disiapkan pada kolong yang ada pada fondasi rumah tersebut, jadi tidak ada pipa-pipa yang terbenam dalam tanah seperti halnya sistem pembangunan rumah di Indonesia.

Rumah tersebut terbuat dari kayu dan semua material kayu tersebut dipesan dari perusahaan yang bergerak di bidang bahan bangunan. Saya dapat informasi bahwa seluruh material kayu (baik untuk konstruksi, dinding, dan lantai) semuanya berasal dari Jepang. Beruntung saya sempat melihat sendiri pabrik yang membuat bahan bangunan dari kayu sewaktu konferensi di Sapporo waktu itu. Jika dibandingkan dengan Indonesia, mungkin rumah kayu tidak popular di Indonesia, tetapi di Jepang saya perhatikan, rumah yang sampai tingkat dua banyak terbuat dari kayu. Memang beralasan mengapa dari kayu mengingat Jepang adalah negara yang sering diguncang gempa dan konstruksi kayu dianggap lebih aman daripada konstruksi beton. Kemudian alasan lainnya saya pikir adalah masalah pemakaian energi di rumah tangga, yaitu rumah kayu lebih irit dalam pemakaian AC untuk pendingin pada musim panas dan pemanas (heater) pada musim dingin.

Satu hal lagi adalah rumah di Jepang tidak begitu besar dan banyak sekali ruangannya. Saya pikir ini juga ada alasan pemakaian energi yang lebih hemat untuk ruangan yang lebih kecil. Di samping itu faktor tanah yang mahal sekali harganya untuk dibeli sehingga orang Jepang secukupnya saja untuk membeli tanah untuk rumah mereka.

Untuk sementara, saya mengambil kesimpulan di sini bahwa orang Jepang dalam membangun rumah lebih mementingkan fungsi dan efisiensi daripada model. Dari sistem kolong untuk instalasi akan lebih mempermudah dalam inspeksi kerusakan dan kebocoran dan perawatan. begitu juga dengan pemakaian kayu yang lebih hemat dalam pemakaian energi untuk pendingin dan pemanas, serta ukuran rumah yang tidak begitu besar yang memudahkan dalam operasional aktivitas sehari-hari dan perawatan. Satu hal lagi, rumah yang tidak terlalu besar akan membuat sang pemilik rumah untuk berpikir seribu kali atau mungkin sejuta kali untuk membeli perabot dan elektronik serta mobil karena “lahan” yang tersedia terbatas alias “mau ditempatkan di mana?”

Yah, sekian dulu ya laporan saya ini. Semoga pengunjung puas dengan laporan dadakan ini, mumpung masih ingat nih. Sayang belum sempat ambil foto rumah tersebut, soalnya pas saya lewat di situ, tukangnya lagi mondar-mandir di situ, saya jadi tidak enak untuk “jepret”.

Salam dari Atsugi.

http://erkata.files.wordpress.com/2007/11/3ed4ca36.jpg


http://erkata.files.wordpress.com/2007/11/kurayaneyamaki.jpg

http://erkata.files.wordpress.com/2007/11/07momizi_rinnoji1.jpg

(sumber: erkata.wordpress.com)

0 comments: